Saltasi (biologi)

Revisi sejak 12 Februari 2012 12.29 oleh Shamanji (bicara | kontrib)

Saltasi (dari bahasa Latin, saltus, "leap" (Bahasa Inggris), "loncatan") adalah suatu perubahan mendadak dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang besar, atau sangat besar, dibandingkan dengan variasi biasa dari suatu organisme. Istilah ini digunakan untuk hipotesis, perubahan tak-bertahap (terutama spesiasi satu-tahap) yang merupakan khas dari, atau melanggar, konsep standar - gradualisme - yang terlibat dalam evolusi neo-Darwinian.

Saltasi adalah pemikiran bahwa spesies baru tumbuh sebagai hasil dari mutasi besar. Ia dilihat sebagai alternatif yang lebih cepat daripada konsep Darwinian dari proses bertahap dari variasi kecil acak yang bertindak berdasarkan seleksi alami. Ia dikenalkan oleh ahli genetis awal seperti Hugo de Vries, bersama dengan Carl Correns membantu menemukan hukum keturunan-nya Gregor Mendel ditahun 1900, William Bateson, seorang ahli zoologi yang pindah ke genetik, dan karir awalnya Thomas Hunt Morgan. Beberapa ahli genetik mengembangkannya menjadi teori mutasi evolusi. [1] [2]

Saltasi tidak sesuai dengan teori evolusi kontemporer, [3] tapi ada beberapa pendukung utama, termasuk Carl Woese. Woese, dan rekannya, menyatakan bahwa absennya tanda keberlanjutan RNA antara domain pada bakteria, archaea, dan eukarya merupakan suatu indikasi utama bahwa garis hidup dari tiga organisme utama dibentuk lewat satu atau beberapa evolusi saltasi besar dari beberapa keadaan leluhur universal yang mengikutkan perubahan dramatis dalam organisasi selular yang sangat penting awalnya dalam evolusi kehidupan, tapi pada organisme kompleks menerima secara umum konsep Darwinian. [4]

Poliploidi (kebanyakan pada tumbuhan tapi ditemukan juga pada hewan) dianggap sebagai suatu tipe saltasi, [5] walaupun kebanyakan individu poliploid adalah steril Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan[dibutuhkan verifikasi sumber]. Poliploidi memiliki kriteria dasar untuk saltasi dimana suatu perubahan penting (dalam jumlah gen) menghasilkan spesiasi hanya dalam satu generasi. Sel liver mamalia biasanya poliploid, tapi mereka bukan bagian dari keturunan kuman.

Kekeliruan dengan keseimbangan bersela

Adalah kesalahpahaman yang terkenal bahwa keseimbangan bersela merupakan teori saltasi, terkadang dianggap hipotesisnya Richard Goldschmidt tentang "Hopeful Monster" (Monster Harapan). [6] Namun, keseimbangan bersela mengacu bukanlah pada suatu pola evolusi dimana kebanyakan spesiasi terjadi relatif sangat cepat dari perspektif geologi (puluhan ribu tahun bukannya jutaan tahun), tapi melalui evolusi neo-Darwinian, tidak oleh saltasi.

Stephen Jay Gould

Pada tahun 1977 Stephen Jay Gould berargumen bahwa penemuan terbaru dari regulasi gen menyediakan bukti baru yang mendukung beberapa postulasi Goldschmidt. Gould beralasan bahwa instansi dari laju evolusi tidak melemahkan teori Darwinian (seperti yang dipercaya Goldschmidt) dan tidak juga mendiskreditkan langsung (seperti yang banyak neo-Darwinian kira). [7] Gould menekankan bahwa keyakinan Darwin terhadap gradualisme - yang secara luas diturunkan dari pemikiran anti-bencana-alam-nya Charles Lyell - tidak pernah menjadi komponen penting terhadap teori evolusi Darwin. Thomas Henry Huxly juga memperingatkan Darwin bahwa dia membebani pekerjaannya "dengan kerumitan yang tidak perlu dalam mengadopsi Natura non facit saltum secara terus terang." [8] Huxley takut asumsi ini dapat mengecilkan para naturalis yang percaya bahwa loncatan besar dan bencana alam memainkan peranan penting dalam sejarah kehidupan. Gould melanjutkan:

Sebagai seorang Darwinian, Saya berharap mempertahankan postulat Goldschmidt bahwa makroevolusi tidak sesederhana mikroevolusi yang diekstrapolasi, dan transisi struktural besar dapat terjadi secara cepat tanpa adanya seurutan tahap-tahap peralihan. ... Dalam buku terkenalnya tahun 1940, Goldschmidt secara khusus menyebut laju gen sebagai yang berpotensi dari monster harapan: 'Dasar ini dilengkapi dengan adanya mutan-mutan yang menghasilkan tipe yang dibutuhkan dan pengetahuan monstrositas dari determinasi embrionik, yang membolehkan sebuah laju kecil perubahan dalam proses awal embrio untuk memproduksi sebuah efek besar yang mewujudkan yang dianggap bagian-bagian dari organisme.' Menurut saya, opini bias yang sangat kuat, permasalahan dalam menyatukan ketidaksinambungan dalam mikroevolusi dengan Darwinisme adalah secara garis besar diselesaikan dengan observasi bahwa perubahan awal yang kecil pada embriologi dihasilkan lewat pertumbuhan untuk menghasilkan perbedaan yang mendalam diantara para dewasa. [7]

Namun, Gould beralasan bahwa konsep "monster harapan"-nya Goldschmidt tidaklah tepat:

Tema perkembangan dari 'monster harapan' (walau dengan nama yang kurang tepat, secara tidak langsung memancing olokan dan perlawanan), didasarkan pada konsep utama dari 'laju gen', datang pertama dari pemikiran Goldschmidt, dan selalu memakan lebih perhatian dan penelitiannya. Sayangnya, dia mengaitkan tantangan menarik ini dari perkembangan, konsep yang secara parsial valid yang harusnya bisa digabungkan dengan kerangka Darwinian sebagai hipotesi pendukung (dan sekarang telah diterima, secara luas, walau dengan nama yang berbeda), kepada teori mutasi sistematik yang berlawanan dan benar-benar tidak tepat, oleh karena itu merupakan kutukan kemenangan bagi keseluruhan sistemnya. Goldschmidt bisa saja berperan sebagai arsitek dari keruntuhannya, tapi banyak dari karyanya harus mendapatkan perhatian simpati pada saat sekarang. [9]

Teori Mutasimakro

Ahli Paleontologi dari Jerman Otto Schindewolf menolak teori evolusi bertahap, dan di tahun 1930-an menyatakan bahwa transformasi besar evolusi haruslah terjadi dalam loncatan-loncatan besar antara spesies dikarenakan mutasimakro. Pemikiran ini kemudian dikenal dengan teori "Hopeful Monster" (monster harapan) dan kemudian diambil dan dikembangkan lagi oleh genetis kelahiran Jerman Richard Goldschmidt ditahun 1040-an. Schindewolf juga yang pertama menyarankan, ditahun 1950, bahwa kepunahan massal mungkin disebabkan oleh dampak dari luar angkasa atau supernova terdekat.

Goldschmidt berpikir bahwa perubahan kecil bertahap tidak dapat menjebatani perpisahan secara hipotesis antara mikroevolusi dan makroevolusi. Dalam karya seminalnya The Natural Basis of Evolution (1940), dia menulis "perubahan dari spesies ke spesies bukanlah suatu perubahan yang mengikutkan lebih dan lebih penambahan perubahan secara atomistik, tapi suatu perubahan komplit dari pola utama atau sistem reaksi menjadi yang baru, yang kemudian mungkin menghasilkan variasi intraspesifik oleh mutasimikro." [7]

Tesis Goldschmidt bagaimanapun juga secara luas ditolak dan diolok-olok dalam komunitas biologi, yang lebih mendukung penjelasan neo-Darwinian dari R.A. Fisher, J. B. S. Haldane dan Sewall Wright. [10]

Soren Lovtrup menganjurkan hipotesis yang serupa dengan mutasimakro-nya Goldschmidt di tahun 1974. [11] Lovtrup, seorang biokemis dan embriologis dari Denmark, percaya bahwa mutasimakro ikut campur dengan berbagai proses epigenetik, yang mana, mempengaruhi proses-proses kasual dalam perkembangan biologis. Hal ini berlawanan dengan teori gradualistik dari mutasimakro-nya Neo-Darwinisme yang mengklaim bahwa inovasi evolusi adalah secara umum hasil dari akumulasi sejumlah modifikasi yang sangat kecil. Lovtrup juga menolak keseimbangan bersela dari Stephen Jay Gould dan Niles Eldredge mengklaim bahwa itu adalah suatu bentuk gradualisme dan bukan teori mutasimakro. Lovtru mempertahankan banyak kritikan Darwin seperti Schindewolf, Mivart, Goldschmidt, dan Himmelfarb. [12]

Mae Wan Ho menjabarkan teori Lovtrup mirip dengan teori monster harapan-nya Richard Goldschmidt. [13]

Penggunaan oleh para kreasionis

Sudah menjadi praktek umum bagi para kreasionis untuk menghubungkan "monster harapan"-nya Goldschmidt dengan teori keseimbangan bersela, sebagaimana yang diajukan oleh Eldredge dan Gould. [14] Keseimbangan bersela berbeda dengan monster harapan dimana yang pertama berlaku pada populasi daripada individu, yang secara teori lebih bertahap (yang dikatakan membutuhkan 50.000 sampai 100.000 tahun), fungsi-fungsi oleh evolusi dari isolasi reproduksi (lewat mekanisme seperti spesiasi allopatrik), dan yang terakhir mengatakan apapun tentang stasis. Kreasionis seperti Luther Sutherland mengklaim bahwa kedua teori secara tidak sengaja menarik absennya bukti fosil untuk evolusi dan karena itu melemahkan teori evolusi Darwin. Keadaan ini digunakan oleh para kreasionis untuk berargumen bahwa "tidak ada fosil transisi." Ahli paleontologi seperti Niles Eldredge, Stephen Jay Gould, dan Steven M. Stanley menghindari hal tersebut dengan menjelaskan bahwa bentuk transisi mungkin jarang terdapat antara spesies, tapi "mereka melimpah diantara grup-grup besar",[15] dan tidak ada dari ahli paleontologi tersebut yang mendukung hipotesis "monster harapan"-nya Goldschmidt.

Steven M. Stanley berargumen bahwa beberapa pandagan Goldschmidt keliru umumnya dalam melebih-lebihkan pentingnya "pengaturan ulang kromosom" mengarah kepada "perubahan cepat dalam gradien pertumbuhan atau urutan perkembangan, dan dengan apa yang kita sebut sekarang spesiasi quantum."[16]

Lihat juga

Referensi dan catatan

  1. ^ (Bowler 2003, hlm. 265–270)
  2. ^ (Larson 2004, hlm. 127–129, 157–167)
  3. ^ Mayr, Ernst Jay (2001). What Evolution Is. Basic Books. hlm. 78–80. Even though a gap may now exist between two species, it did not necessarily originate by saltation. As we now know, there never was a 'taxic discontinuity,' because the two species were connected with their common ancestor by a continuous series of intermediate populations. 
  4. ^ Elijah Roberts, Anurag Sethi†, Jonathan Montoya, Carl R. Woese, and Zaida Luthey-Schulten (May 19, 2008). "Molecular signatures of ribosomal evolution". Proceedings of the National Academy of Sciences. 
  5. ^ France Dufresne, Paul D. N. Herbert (1994). "Hybridization and origins of polyploidy". Proceedings of the Royal Society. Diakses tanggal 2010-05-06. 
  6. ^ Gould, Stephen Jay. "Punctuated Equilibrium's Threefold History". The Structure of Evolutionary Theory. Harvard University Press. hlm. 1006–1021. Diakses tanggal 2008-05-05. [T]he urban legend rests on the false belief that ... punctuated equilibrium became a saltational theory wedded to Goldschmidt's hopeful monsters as a mechanism. I have labored to refute this nonsensical charge from the day I first heard it. 
  7. ^ a b c Gould, S. J. (1977). "The Return of Hopeful Monsters." Natural History 86 (June/July): 24, 30. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "gould77" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  8. ^ Huxley, T. H. (1859). Letter to Charles Darwin. Nov. 23, 1859.
  9. ^ Gould, S. J. (2002). The Structure of Evolutionary Theory. Cambridge, MA: Harvard Univ. Press, p. 68.
  10. ^ Gould, S. J. (1982). "The uses of heresey; an introduction to Richard Goldschmidt's The Material Basis of Evolution." pp. xiii-xlii. New Haven: Yale University Press.
  11. ^ Hood, Kathryn (2010). Handbook of Developmental Science, Behavior, and Genetics. City: Wiley-Blackwell. hlm. 70. ISBN 1405187824. 
  12. ^ Review of Lovtrup's book in the New Scientist, Oct 15, 1988
  13. ^ Kathryn E. Hood, Carolyn Tucker Halpern, Gary Greenberg, Handbook of Developmental Science, Behavior, and Genetics, 2010, p. 70
  14. ^ Eldredge, Niles and S. J. Gould (1972). "Punctuated equilibria: an alternative to phyletic gradualism" In T.J.M. Schopf, ed., Models in Paleobiology. San Francisco: Freeman Cooper. pp. 82-115.
  15. ^ Gould, S. J. (1981)."Evolution as Fact and Theory." Discover 2 (May): 34-37.
  16. ^ Stanley, S. M. (1981) The New Evolutionary Timetable. New York: Basic Books, p. 135.