Maluku

provinsi di Indonesia, meliputi Kepulauan Maluku bagian tengah dan selatan

Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas adalah salah satu provinsi tertua di Indonesia. Ibukotanya adalah Ambon. Pada tahun 1999, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibukota di Sofifi. Provinsi Maluku terdiri atas gugusan kepulauan yang dikenal dengan Kepulauan Maluku.

Maluku
Motto: 
Siwa Lima
( Milik Bersama)
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU 20/1958, UU 46/1999, UU 40/2003
Ibu kotaAmbon
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 7
  • Kota: 4
Pemerintahan
 • GubernurKarel Albert Ralahalu
Luas
 • Total705.645 km2 (272,451 sq mi)
 • Luas daratan47.350,42 km2 (18,282,10 sq mi)
 • Luas perairan658.294,69 km2 (254,169,00 sq mi)
Populasi
 • Total1.531.402
 • Kepadatan2,2/km2 (5,6/sq mi)
Demografi
 • AgamaProtestan (49.04%), Islam (40,3%), Katolik (10,06%) Lainnya (0,68%)
 • BahasaIndonesia, Dialek Melayu Ambon, Tulehu, Kai, Banda, Seith, Yamdena, Kisar, Dammar, Paulohy, Dawera-Daweloor, (lebih dari 130 bahasa)
Kode Kemendagri81 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS81 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 703.993.953.000,-
Lagu daerahRasa Sayangeeee, Sarinande, Burung Kaka Tua, Sayangkene, Nusaniwe
Situs webwww.malukuprov.go.id

Sosial Budaya

Suku Bangsa

Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.

Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).

Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.

Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo. Bahkan hingga sekarang banyak marga di Maluku yang berasal bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan pula marga bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta Arab (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan marga asli Maluku pun masih mengikuti ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Louhenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen).

Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Belgia, Jerman dan berbagai benua lainnya.

Bahasa

Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah.


Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa Ina/Pulau asal-muasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara adalah sebagai berikut:

  • bahasa Wamale (di Seram Barat)
  • bahasa Alune (di Seram Barat)
  • bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk El-Paputih dan teluk Telutih)
  • bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari)
  • bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur)
  • bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan berdiam di Seram Timur)

Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Jika diakumulasikan, secara keseluruhan, terdapat setidaknya 132 bahasa di kepulauan Maluku, yakni:

  • Alune
  • Amahai
  • Ambelau
  • Asilulu
  • Babar Utara
  • Babar tenggara
  • Banda
  • Batuley
  • Barakai
  • Benggoi
  • Boano
  • Buli
  • Buru
  • Dammar Timur
  • Damar Barat
  • Dawera-Daweloor
  • Dobel
  • Elpaputih
  • Emplawas
  • Fordata
  • Hoaulu
  • Hitu
  • Kadai
  • Kamarian
  • Kai Besar
  • Kai Kecil
  • Karey
  • Kayeli
  • Kisar
  • Koba
  • Kola
  • Kompane
  • Kur
  • Laba
  • Laha
  • Larike
  • Latu
  • Leti
  • Liana-Seti
  • Lisbata-Nuniali
  • Lisela
  • Lola
  • Lorang
  • Luhu
  • Luang
  • Melayu-Ambon
  • Melayu-Banda
  • Manipa
  • Manusela
  • Masela Tengah
  • Masela Timur
  • Masela Barat
  • Naka'ela
  • Nila
  • Nuaulu Utara
  • Nuaulu Selatan
  • Nusa Laut
  • Oirata
  • Pagu
  • Patani
  • Paulohy
  • Perai
  • Piru
  • Rumaolat
  • Roma
  • Sahu
  • Salas
  • Saleman
  • Saparua
  • Sawai
  • Seith
  • Selaru
  • Seluwasan
  • Sepa
  • Serili
  • Serua
  • Talur
  • Tarangan Timur
  • Tarangan Barat
  • Tela-Masbuar
  • Teluti
  • Teor
  • Te'un
  • Tugun
  • Tugutil
  • Tulehu
  • Wakasihu
  • Watubela
  • Wemale Utara
  • Wemale Selatan
  • Yalahatan
  • Yamdena

Dua bahasa yang telah punah adalah Palamata dan Moksela.

Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Portugis, Belanda dan Inggris) menginjakan kakinya di Maluku (termasuk Maluku Utara), bahasa-bahasa tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun.

Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah, mengingat sejak 1980-an berdatangan 5000 KK (lebih) transmigran dari Pulau Jawa. Dengan banyaknya penduduk dari pulau lain tersebut, maka khazanah bahasa di Pulau Seram (dan Maluku) juga bertambah, yaitu kini ada banyak pemakai bahasa-bahasa Jawa, Bali dan sebagainya.

Agama

 
Masjid di Kaitetu di awal abad ke-20

Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan kekristenan dan pengaruh Kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku serta Pedagang Arab di pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya sebelumnya. Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2009 adalah Mesjid 1.188 buah, Gereja 1.597 buah, Pura 10 buah dan Wihara 4 buah. Sedangkan Pemeluk agama Islam sebesar 40,03 persen, Kristen Protestan sebesar 49,04 persen, Kristen Katholik 10,06 persen, Hindu 0,20 persen dan Budha 0,03 persen dan lainnya 0,65. Gereja Protestan Maluku merupakan gereja terbesar yang ada di Maluku, yang memiliki jemaat gereja di hampir seluruh desa dan negeri kristen di seluruh Maluku. Pada tahun 2008, jemaah haji yang pergi ke Mekkah sebanyak 621 orang, dimana jemaah haji terbanyak berasal dari Kota Ambon sebanyak 339 orang.

Perikanan

Provinsi Maluku ditetapkan oleh Menteri KKP (Fadel Mohammad) sebagai Lumbung Ikan Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010.Ikan yang banyak ditemukan di pasar - pasar di Ambon antara lain ; ikan cakalang, ikan momar, ikan puri, dan masih banyak lagi.

Sosial Budaya

Dalam masyarakat Maluku dikenal suatu sistem hubungan sosial yang disebut Pela dan Gandong.

Pemerintahan

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km²)[1] Jumlah penduduk (2023)[1] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Buru Namlea Syarif Hidayat (Pj.) 4.915,566 138.308 10 -/82
 
 
2 Kabupaten Buru Selatan Namrole Safitri Malik Soulisa 3.678,696 77.013 6 -/79
 
 
3 Kabupaten Kepulauan Aru Dobo Johan Gonga 8.096,729 102.920 10 2/117
 
 
4 Kabupaten Kepulauan Tanimbar Saumlaki Alwiyah Fadlun Alaydrus (Pj.) 4.431,082 127.365 10 2/80
 
 
5 Kabupaten Maluku Barat Daya Tiakur Benyamin Thomas Noach 4.551,676 82.560 17 1/117
 
 
6 Kabupaten Maluku Tengah Masohi Rakib Sahubawa (Pj.) 8.253,929 423.094 18 6/186
 
 
7 Kabupaten Maluku Tenggara Langgur Samuel Estefanus Huwae (Pj.) 1.016,924 128.002 11 1/190
 
 
8 Kabupaten Seram Bagian Barat Piru Achmad Jais Ely (Pj.) 5.017,138 212.393 11 -/92
 
 
9 Kabupaten Seram Bagian Timur Bula Abdul Mukti Keliobas 5.725,447 143.438 15 -/198
 
 
10 Kota Ambon - Dominggus Nicodemus Kaya (Pj.) 236,663 348.225 5 20/30
 
 
11 Kota Tual - Raden Affandy Zarkasyi Hassanusi (Pj.) 234,417 88.999 5 3/27
 
 


Daftar Gubernur

Sebagai salah satu Propinsi tertua di Indonesia, Maluku juga telah diperintah berbagai bangsa selama berabad-abad. Adapun daftar Gubernur Maluku sejak Zaman Kolonial dimulai dari Pemerintahan Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris hingga Masa Kemerdekaan Republik Indonesia, adalah sebagai berikut:

No. Nama Masa jabatan
A Masa Pemerintahan Portugal
1 Antonio de Brito 1522 - 1525
2 Garcia Henriques 1525 - 1527
3 Jorge de Meneses 1527 - 1530
4 Gonçalo Pereira 1530 - 1531
5 Vicente da Fonseca 1531 - 1534
6 Tristão de Ataide 1534 - 1536
7 Antonio Galvão 1536 - 1540
8 Jorge de Castro 1540 - 1544
9 Jordão de Freitas 1544 - 1546
10 Bernaldim de Sousa 1546 - 1549
11 Cristovão de Sa Oct 1549 - Oct 1550
12 Francisco Lopes de Sousa 1552 - Feb 1554
13 Cristovão de Sa (memerintah untuk kedua kalinya) Feb 1554 - Nov 1555
14 Duarte d'Eça 1555 - Dec 1558
15 António Pereira Brandão Dec 1558 - Oct 1560
16 Manoel de Vasconcellos Oct 1560 - 1561
17 Bastião Machado Oct 1560 - 1561
18 Henrique de Sa Mar 1562 - 1564
19 Alvaro de Mendonça 1564 - 1567
20 Diogo Lopes de Mesquita 1567 - 1571
21 Alvaro de Ataide 1571 - Dec 1574
22 Nuno Pereira de Lacerda Dec 1574 - 28 Dec 1575
23 Sancho de Vasconcellos 1575 - 1578
24 Diogo de Azambuja Dec 1582 - Jan 1586
25 Duarte Pereire de Sampaio Jan 1586 - 1589
26 Rui Dias da Cunha 1589 - 1592
27 Tristão de Sousa 1592 - 1595
28 Julião de Noronha 1595 - 20 Nov 1598
29 Rui Gonçalves de Sequeira 20 Nov 1598 - Feb 1602
30 Pedro Alvares de Abreu Feb 1602 - 19 May 1605
B Masa Pemerintahan Spanyol 1606 - 1663
1 Juan de Esquivel 1606 - 1609
2 Lucas de Vergara Gaviria 1606 - 1609
3 Cristobál de Azcueata Menchaca 1610 - 1612
4 Jerónimo de Silva 1612 - 1617
5 Lucas de Vergara Gaviria (memerintah untuk kedua kalinya) 1617 - 1620
6 Luis de Bracamonte 1620 - 1623
7 Pedro de Heredia 1623 - 1636
8 Pedro Muñoz de Carmona y Mendiola 1636 - 1640
9 Francesco Suárez de Figueroa 1640 - 1642
10 Pedro Fernández del Rio 1642 - 1643
11 Lorenzo de Olaso Achotegui 1643 - 1652
12 Pedro Fernández del Rio (memerintah untuk kedua kaliya) 1652
13 Francesco de Esteybar 1652 - 1656
14 Diego Sarria Lascano 1659 - 1660
15 Francesco de Esteybar (memerintah untuk kedua kalinya) 1658 - 1659
16 Francesco de Atienza Ibañez 1659 - 1660
17 Juan de Chaves 1660 - 1661
18 Agustín de Cepeda Carnacedo 1661 - 1663
19 Francesco de Atienza Ibañez (memerintah untuk kedua kalinya) 1663
C Masa Pemerintahan Belanda
1 Frank van der Does 1599 - c.1602
2 Jan Pieterszen Suyer Jan 1601 - 1602
3 Christiaen Adriaensz den Dorst Sep 1602 - 1604
4 Anthonie van Suylen van Nyevelt Sep 1602 - 1604
5 Adriaan Antoniszen Jul 1605 - Mar 1606
6 Gerrit Gerritszen van der Buis & Pieter Janszen Boenen 1607 - 1608
7 Adriaen Woutersz 1608 - 1610
8 Paulus van Caerden 1610 - 1612
9 Pieter Both 1612 - 1616
10 Laurens Reaal 1616 - 1621
11 Frederik Houtman 1621 - 1623
12 Jacques le Fèbre 1623 - 1627
13 Gilles van Zeijst 1627 - 1628
14 Pieter Wagensveld 1628 - 1629
15 Gijsbert van Lodestein 1629 - 1633
16 Johan Ottens 1633 - 1635
17 Jan van Broekom 1635 - 1640
18 Anthonij Caen 1640 - 1642
19 Wouter Seroijen 1642 - 1648
20 Gaspar van den Bogaerde 1648 - 1653
21 Jacob Hustaart 1653 - 1656
22 Simon Cos 1656 - 1662
23 Anthonij van Voorst 1662 - 1667
24 Maximilian de Jong 1667 - 1669
25 Abraham Verspreet 1669 - 1672
26 Cornelis Franks 1672 - 1674
27 Willem Corput 1675 - 1675
28 Willem Harthouwer 1676 - 1676
29 Jacob de Ghein 1676 - 1677
30 Robbert Padtbrugge 1677 - 1682
31 Jacob Lobs 1682 - 1686
32 Johan Henrik Thim 1686 - 1689
33 Johannes Cops 1689 - 1692
34 Cornelis van der Duin 1692 - 1696
35 Salomon le Sage 1696 - 1701
36 Pieter Rooselaar 1701 - 1706
37 Jacob Claaszoon 1706 - 1710
38 David van Petersom 1710 - 1715
39 Jacob Bottendorp 1715 - 1720
40 Antoni Heinsius 1720 - 1723
41 Jacob Cloeck 1723 - 1724
42 Joan Happon 1724 - 1728
43 Jacob Christiaan Pielat 1728 - 1731
44 Elias de Haeze 1728 - 1731
45 Johannes Bernard 1728 - 1731
46 Paulus Rouwenhoff 1735 - 1739
47 Marten Lelievelt 1739 - 1744
48 Gerrard van Brandwijk van Blokland 1744 - 1750
49 J.E. van Mijlendonk 1750 - 1754
50 Abraham Abeleven 1754 - 1758
51 Jacob van Schoonderwoert 1754 - 1758
52 Hendrik Breton 1766 - 1767
53 Paulus Jacob Valckenaer 1771 - 1778
54 Jacob Roeland Thomaszen 1778 - 1780
55 Alexander Cornabé 1780 - 1793
56 J. Ekenholm 1793 - 1796
57 Johan Godfried Burdach 1796 - 1799
58 Willem Jacob Cranssen 13 Sep 1799 - 21 Jun 1801
D Masa Pemerintahan Inggris
1 K.T. Farquhar 21 Jun 1801 - 1803
2 H. Webber 1803
3 Peter Adrianus Goldbach 1803 - 1804
4 Carel Lodewijk Wieling 1804 - 1809
5 R. Coop à Groen 1809 - 1810
7 E. Tucker 1810 - 1811
8 Forbes 1811
9 W. Ewer 1811 - 1813
10 W.G. Mackenzie 1813 - 1815
11 R. Stuart 1815 - 1816
12 W.G. Mackenzie (memerintah untuk kedua kalinya) 1816 - 20 Apr 1817
E Masa Kemerdekaan Indonesia Hingga Sekarang
1 Mr. J.J. Latuharhary 1950 - 1955
2 M. Djosan 1955 - 1960
3 Muhammad Padang 1960 - 1965
4 G.J. Latumahina 1965 - 1968
5 Soemitro 1968 - 1973
6 Soumeru 1973 - 1975
7 Hasan Slamet 1975 - 1980
7 Hasan Slamet (memerintah untuk kedua kalinya) 1980 - 1985
8 Sebastian Soekoso 1985 - 1990
9 Sebastian Soekoso (memerintah untuk kedua kalinya) 1990 - 1993
10 M. Akib Latuconsina 1993 - 1998
11 Dr. M. Saleh Latuconsina 1998 - 2003
12 Brigjen TNI (Purn) Karel Albert Ralahalu 2003 - 2013

Perekonomian

Secara makro ekonomi, kondisi perekonomian Maluku cenderung membaik setiap tahun. Salah satu indikatornya antara lain, adanya peningkatan nilai PDRB. Pada tahun 2003 PDRB Provinsi Maluku mencapai 3,7 triliun rupiah kemudian meningkat menjadi 4,05 triliun tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2004 mencapai 4,05 persen dan meningkat menjadi 5,06 persen pada 2005.


Energi

Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya mengalami dampak benturan lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia relatif lebih intensif yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang sangat dinamis dengan berbagai jenis bahan tambang. Pulau Halmahera pada lengan bagian barat laut didominasi oleh batuan vulkanik kalsium-alkalin berumur kwarter yang terdiri dari lava breksi dan tufa andesitik-basaltik dikenal dengan formasi Kayasa dan Togawa. Sedangkan pada lengan bagian selatan didominasi oleh batuan sedimen dan batuan vulkanik menengah berumur tersier. Sebagian besar daerah yang sedang berkembang setelah pasca konflik horizontal tahun 1999, membuktikan bahwa sesungguhnya membawah dampak positif yang global contonya Kota Ternate, kota yang kecil tapi menyimpan segudang potensi yang belum digarap secara optimal baik bahan yang bisa diperbaharui dan bahan barang tambang yang tidak dapat diperbaharui.

Pariwisata

Sejak zaman purba kala, Maluku diakui telah memiliki daya tarik alam selain daripada rempah-rempahnya. Terdiri dari ratusan kepulauan membuat Maluku memiliki keunikan panorama disetiap pulaunya dan mengundang banyak turis asing datang untuk mengunjungi bahkan menetap di kepulauan ini. Selain objek wisata alam, beberapa peninggalan zaman kolonial juga merupakan daya tarik tersendiri karena masih dapat terpelihara dengan baik hingga sekarang. Beberapa dari objek wisata terkenal di Maluku antara lain:

  • Pantai Natsepa, Ambon
  • Pintu Kota, Ambon
  • Benteng Duurstede, Saparua
  • Benteng Amsterdam, Ambon
  • Benteng Victoria, Ambon
  • Banda Neira, Banda
  • Benteng Belgica, Banda
  • Pantai Hunimoa, Ambon
  • Pantai Ngur Sarnadan (Pasir Panjang), Kai
  • Pantai Ngurtafur, Pulau Warbal, Kai
  • Gua Ohoidertavun di Letvuan, Kai
  • Sawai, Seram Utara
  • Leksula, Buru
  • Pintu Kota, Ambon
  • Pantai Latuhalat, Ambon
  • Tanjung Marthafons, Ambon
  • Taman Nasional Manusela, Seram
  • Air Terjun Waihetu, Rumahkay, Seram
  • Pantai Hatuurang
  • Pantai Lokki, Seram
  • Pantai Englas, Seram
  • Pantai Labuan Aisele, Seram Utara
  • Pantai Ora, Saleman, Seram Utara
  • Pulau Kasa, Seram
  • Pulau Pombo
  • Pulau Tiga
  • Pulau Luciapara
  • Pulau Ay, Run dan Rozengain (Hatta), Kepulauan Banda
  • Weluan, Kep. Tanimbar
  • Pulau Bais
  • Tanjung Sesar, Seram
  • Pulau Panjang, Pulau Lulpus dan Pulau Garogos
  • Gunung Boy
  • Kilfura, Seram
  • Pantai Soplessy, Seram
  • Gua Lusiala, Seram
  • Pantai Kobisadar
  • Ahuralo, Amahai
  • Gua Hutan Kartenes
  • Goa Akohy di Tamilouw, Seram
  • Benteng Titaley, Seram
  • Danau Binaya, Piliana

Komunikasi:

Ambon Cyber City

Pada pertengahan tahun 2008, kota Ambon ditetapkan sebagai Cyber City. Pekerjaan proyek Ambon Cyber City yang dilakukan Pemkot Ambon untuk memberikan kemudahan berakses internet telah selesai hingga akhir Desember tahun tersebut. Pelaksanaan proyek ini semata-mata guna memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berakses dengan mudah dan murah ke "dunia maya", tanpa harus antri di "warung internet" atau berlangganan telepon dengan biaya mahal untuk berinternet. Hanya dengan modal laptop atau komputer yang memiliki fasilitas wireless, masyarakat sudah bisa menikmati internet dengan mudah berbagai tempat di pusat kota Ambon. Pemkot Ambon pun telah menjalin kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi Telkomsel untuk meminjam tower perusahaan seluler itu, di mana peralatan Cyber akan dipasang pada menara tower milik perusahaan itu, sehingga bisa memancarkan sinyalnya dan menjangkau seluruh wilayah Kota Ambon.

Stasiun Televisi Lokal

Maluku juga mempunyai televisi lokal yaitu Molucca Tv dan Ambon Tv.

Surat Kabar Harian

  • Ambon Express
  • Suara Maluku
  • Metro Maluku
  • Siwalima
  • Radar Ambon
  • Titah Siwalima
  • Maluku Expose
  • Marinyo
  • Seram Pos
  • Suara Ekspresi

Tabloid/ Koran Mingguan

  • Bela Reformasi
  • Dhara Pos
  • Maluku Media
  • Door
  • Gosepa
  • Maluku Baru
  • Moria
  • Maluku News
  • Pelangi Maluku
  • Suara Rakyat
  • Utusan Rakyat

Stasiun Radio Lokal

  • Suara Pelangi
  • DMS
  • Rock FM
  • Binaya
  • G-Tavlul
  • Dian Mandiri
  • Sangkakala
  • Baku-Bae
  • Resthy Mulya
  • Arika Polnam
  • Manusela FM
  • Kabaresi

Media Citizen Journalism

Maluku Online alamat situs: www.malukuonline.co.id

Pendidikan

Perguruan Tinggi[2]

Negeri

Nama Perguruan Tinggi Tahun Pendirian Pemimpin Lokasi Situs Web
Universitas Pattimura (UNPATTI) 1962 Prof. Dr. Tommy Pentury.Msi Ambon www.unpatti.ac.id
Politeknik Negeri Ambon (POLNAM) 1985 Ir. H. D. Nikijuluw, M.T. Ambon www.polnam.ac.id
Politeknik Perikanan Negeri Tual (POLIKANT) 2004 Ir. P. Beruatwarin, M.Si. Tual [3]
Institut Agama Islam Negeri Ambon (IAIN) 1980 Prof Dr H Dedi Djubaedi, M.Ag. Ambon
Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Ambon R. Souhaly, SM. Mh www.stakpn-ambon.ac.id/

Swasta

Nama Perguruan Tinggi Pemimpin Lokasi
Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) DR. A.M.L. Batlayeri Ambon
Universitas Darussalam (UNIDAR) Prof. Drs. Ismail Tahir Ambon
Universitas Iqra Drs. R. Suyatno S. Kusuma, M.Si. Buru
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Ambon F.C. Renyut. S.Sos. M.Si. Ambon
STIA Abdul Aziz Kataloka Drs. J. Madubun. M.Si. Ambon
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Said Perimtah Dr. A. Wattiheluw, S.Sos., M.Si. Masohi
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Darul Rachman Drs. Muuti Matloan Tual
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Langgur P.C. Renwarin, S.E. M.Si. Tual
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Saumlaki Semuel Luturyali, S.H. Saumlaki
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Umel Asyara Rumkei, S.E. Tual
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Saumlaki Drs. M.M. Lololuan Saumlaki
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Manajemen (STIEM) Rutu Nusa Drs. G.M.B.K. Dahaklory Ambon
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial (STIS) Mutiara Cilifius Reyaan, S.Sos. Tual
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Kebangsaan Drs. J. Kapressy Masohi
Sekolah Tinggi Perikanan Hatta Sjahrir Prof. Dr. Hamadi B. Husein Banda
STKIP Gotong Royong Drs. Autan Sahib Patty Masohi
Akademi Maritim Maluku (AMM) Drs. P.P. Rahaor. M.Pd. Ambon
Akademi Kebidanan (AKBID) Aru Yonita E.O. Uniplaita, A.Kp., M.Kes. Dobo
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada Sahrir Sillehu, S.KM., M.Kes Kairatu, SBB

Seni dan Budaya

Musik

Alat musik yang terkenal adalah Tifa (sejenis gendang) dan Totobuang. Masing-masing alat musik dari Tifa Totobuang memiliki fungsi yang bereda-beda dan saling mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik yang sangat khas. Namun musik ini didominasi oleh alat musik Tifa. Terdiri dari Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong berukuran besar dan Toto Buang yang merupakan serangkaian gong-gong kecil yang di taruh pada sebuah meja dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Adapula alat musik tiup yaitu Kulit Bia (Kulit Kerang).

Dalam kebudayaan Maluku, terdapat pula alat musik petik yaitu Ukulele dan Hawaiian seperti halnya terdapat dalam kebudayaan Hawaii di Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat ketika musik-musik Maluku dari dulu hingga sekarang masih memiliki ciri khas dimana terdapat penggunaan alat musik Hawaiian baik pada lagu-lagu pop maupun dalam mengiringi tarian tradisional seperti Katreji.

Musik lainnya ialah Sawat. Sawat adalah perpaduan dari budaya Maluku dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran budaya termasuk dalam hal musik. Terbukti pada beberapa alat musik Sawat, seperti rebana dan seruling yang mencirikan alat musik gurun pasir.

Diluar daripada beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal handal dalam bernyanyi. Sejak dahulu pun mereka sudah sering bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat banyak penyanyi terkenal yang lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para legenda seperti Broery Pesoelima dan Harvey Malaihollo. Belum lagi para penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth Sahanaya, Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone, Harvey Malaihollo serta penyanyi-penyanyi muda berbakat seperti Glen Fredly, Ello Tahitu dan Moluccas.

Tarian

Tari yang terkenal adalah tari Cakalele yang menggambarkan Tari perang. Tari ini biasanya diperagakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku (Perisai).

Ada pula Tarian lain seperti Saureka-Reka yang menggunakan pelepah pohon sagu. Tarian yang dilakukan oleh enam orang gadis ini sangat membutuhkan ketepatan dan kecepatan sambil diiringi irama musik yang sangat menarik.

Tarian yang merupakan penggambaran pergaulan anak muda adalah Katreji. Tari Katreji dimainkan secara berpasangan antara wanita dan pria dengan gerakan bervariasi yang enerjik dan menarik. Tari ini hampir sama dengan tari-tarian Eropa pada umumnya karena Katreji juga merupakan suatu akulturasi dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya Maluku. Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses biligualisme. Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang.

Selain Katreji, pengaruh Eropa yang terkenal adalah Polonaise yang biasanya dilakukan orang Maluku pada saat kawinan oleh setiap anggota pesta tersebut dengan berpasangan, membentuk formasi lingkaran serta melakukan gerakan-gerakan ringan yang dapat diikuti setiap orang baik tua maupun muda.


Daftar Kasus Korupsi

Silahkan Dilengkapi 1. Teddy Tengko kasus korupsi dana APBD Kepulauan Aru Tahun 2006 - 2008 2. 3.

Adat perkawinan

Daerah Maluku yang terdiri dari beratus-ratus pulau mempunyai berbagai suku bangsa, seperti suku Ternate, suku Ambon, suku Seram, suku Tidore, suku Kei dan sebagainya. dibawah ini akan diterangkan mengenai adat perkawinan di Maluku Utara yang banyak didiami oleh suku Ternate dan suku Tidore.[4]

Sejarah

Maluku memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan didominasi secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol dan Belanda serta menjadi daerah pertempuran sengit antara Jepang dan Sekutu pada era Perang Dunia ke II.

Para penduduk asli Banda berdagang rempah-rempah dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, paling tidak sejak zaman Kekaisaran Romawi. Dengan adanya kemunculan agama Islam, perdagangan didominasi oleh para pedagang Muslim. Salah satu sumber kuno Arab menggambarkan lokasi dari pulau ini berjarak sekitar lima belas hari berlayar dari Timur 'pulau Jaba' (Jawa)namun perdagangan langsung hanya terjadi hingga akhir tahun 1300an. Para pedagang Arab tidak hanya membawa agama Islam, tetapi juga sistem kesultanan dan mengganti sistem lokal yang dimana didominasi oleh Orang Kaya, yang disamping itu lebih efektif digunakan jika berurusan dengan pihak luar.

Melalui perdagangan dengan para pedagang Muslim, bangsa Venesia kemudian datang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari Eropa antara 1200 dan 1500, melalui dominasi atas Mediterania ke kota pelabuhan seperti Iskandariyah (Mesir), setelah jalur perdagangan tradisional mulai terganggu oleh Mongol dan Turki. Dalam menunjang monopoli ini kemudian mereka ikut serta dalam Abad Eksplorasi Eropa. Portugal mengambil langkah awal penjelajahan dengan berlayar ke sekitar tanjung selatan benua Afrika, mengamankan rute-rute penting perdagangan, bahkan tanpa sengaja menemukan pantai Brazil dalam pencarian ke arah selatan. Portugal akhirnya sukses dan pembentukan daerah monompolinya sendiri dan memancing keukasaan maritim lain seperti Spanyol-Eropa, Perancis, Inggris dan Belanda untuk mengganggu posisinya.

Karena tingginya nilai rempah-rempah di Eropa dan besarnya pendapatan yang dihasilkan, Belanda dan Inggris segera terlibat dalam konflik untuk mendapatkan monopoli atas wilayah ini. Persaingan untuk memiliki kontrol atas kepulaiuan ini menjadi sangat intensif bahakn untuk itu Belanda bahkan memberikan pulau Manhattan (sekarang New York), di pihak lain Inggris memberikan Belanda kontrol penuh atas kepulauan Banda. Lebih dari 6.000 jiwa di Banda telah mati dalam perang rempah-rempah ini. Dan dikemudian hari, kemenangan atas kepulauan ini dikantongi Kerajaan Belanda.

Arkeologi

Bukti arkeologi paling awal adanya okupasi manusia di wilayah ini ditemukan sekitar tiga puluh dua ribu tahun, tetapi bukti adanya permukiman yang lebih tua di Australia mungkin mengindikasikan bahwa Maluku telah memiliki pengunjung sebelumnya. Bukti bahwa semakin meluasya hubungan perdagangan jarak jauh dan frekuensi okupasi terhadap kepulauan lain yang menjadi semakin tinggi, dimulai sekitar sepuluh ribu hingga lima belas tahun kemudian. Batu permata dan perak yang biasanya digunakan sebagai mata uang di semenanjung India sekitar 200 sebelum Masehi telah ditemukan pada beberapa pulau. Maluku pada saat itu berkembang menjadi daerah kosmopolitan di mana para pedagang rempah-rempah dari seluruh wilayah menetap disana, termasuk para pedagang Arab dan Cina yang mengunjungi atau bermaksud untuk tinggal di daerah tersebut.


Era Portugis dan Spanyol

Selain dari adanya pengaruh kebudayaan hal yang paling signifikan dari efek kehadiran Portugis adalah gangguan dan disorganisasi perdagangan Asia namun disamping itu adalah adanya penyebaran Agama Kristen di Indonesia Timur termasuk Maluku. Portugis yang telah menaklukkan Malaka pada awal abad keenambelas dan pengaruh mereka terasa sangat kuat di Maluku dan kawasan lain di timur Indonesia. Setelah penaklukan Portugis atas Malaka pada bulan Agustus 1511, Afonso de Albuquerque pelajari rute ke Kepulauan Banda dan Kpulauan Rempah-Rempah lainnya dengan mengirim sebuah penjelajahan tiga kapal ekspedisi di bawah pimpinan António de Abreu, Simao Afonso Bisigudo dan Francisco Serrano. Di tengah perjalanan untuk kembali, Francisco Serrao yang terdampar di pulau Hitu (Ambon utara) pada 1512. Ia mendirikan hubungan dengan penguasa lokal yang terkesan dengan kemampuan militer. Adanya pertikaian antara Kerajaan Ternate dan Tidore juga melibatkan Portugis.

Setelah bergabung dengan Ternate, Serrão kemudian membangun benteng di pulau tersebut dan menjadi kepala duitan dari para serdadu Portugis di bawah pelayanan satu dari dua sultan yang berkuasa mengendalikan perdagangan rempah-rempah. Namun dengan adanya penyebaran agama Kristen mengakibatkan terjadinya ketegangan dengan Penguasa Ternate yang adalah Muslim. Ferdinand Magellan Serrão mendesak dia untuk bergabung di Maluku dan memberikan informasi para penjelajah tentang Kepulauan rempah-rempah. Akan tetapi, keduanya meninggal sebelum sempat bertemu satu sama lain. Pada tahun 1535 Raja Tabariji diberhantikan dan dikirim ke Goa oleh Portugis. Ia kemudaun menganut Kristen serta mengubah namanya menjadi Dom Manuel. Setelah dinyatakan bersalah, dia dikirim kembali ke takhtanya kembali, tetapi meninggal dalam perjalanan di Melaka pada 1545. Meskipun begitu, ia mewariskan pulau Ambon kepada Ayah Baptisnya yang adalah seorang Portugis, Jordão de Freitas. Setelah kejadian pembunuhan Sultan Hairun oleh Portugis, Ternate keudian mengusir mereka pada tahun 1575 setelah pengepungan selama 5 tahun.

Pendaratan Portugis yang pertama di Ambon terjadi pada tahun 1513, yang dikemudian hari akan menjadi pusat kegiatan Portugal di Maluku setelah pengusiran dari Ternate. Kekuatan Eropa didaerah tersebut pada saat itu lemah dan Ternate makin menyebarkan kekuasaannya sebagai Kerajaan Islam anti Portugis dibawah pimpinan Sultan Baab Ullah dan anaknya Sultan Said. Di Ambon, Portugis mendapat perlawanan dari penduduk muslim lokal di daerah utara pulau tesebut terutama di Hitu yang telah lama menjalin hubungan kerjasama perdagangan dan agama dengan kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa.Sesungguhnya, Portugis tidak pernah berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah lokal dan gagal dalam upaya untuk membangun otoritas mereka atas kepulauan Banda, pusat produksi pala.

Spanyol kemudian mengambil kontrol atas Ternate dan Tidore. Misionaris dan saah satu dari Orang Suci Katholik, Santo Fransiscus Xaverius (Saint Francis Xavier), tiba di Maluku pada tahun 1546-1547 kepada orang Ambon, Ternate dan Morotai serta meletakkan dasar untuk misi permanen disana. Dengan tibanya beliau disana, 10.000 orang telah dibaptis menjadi Katholik, dengan persentase terbanyak di pulau Ambon dan sekitar tahun 1590 terdapat 50.000 bahkan 60.000 orang telah dibaptis, walaupun beberapa daerah sekitarnya tetap menjadi daerah Muslim.

Selama pekerjaan Misionaris, telah terdapat komunitas Kristen dalam jumlah besar di daerah timur Indonesia selama beberapa waktu, serta telah berkontribusi terhadap kepentingan bersama dengan Eropa, khususnya di antara orang Ambon. Pengaruh lainnya termasuk sejumlah besar kata berasal dari Indonesia Portugis yang di samping Melayu merupakan bahasa pergaulan sampai awal abad kesembilanbelas. Kata-kata dalam Bahasa Indonesia seperti pesta, sabun, bendera, meja, Minggu, semua berasal dari bahasa Portugis. Banyak pula nama-nama keluarga di Maluku berasal dari Portugis seperti de Lima, Waas, da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendosa, Rodrigues dan da Silva.

Kerajaan Belanda

Orang Belanda tiba pada tahun 1599 dan melaporkan adanya usaha Portugis untuk memonopoli perdagangan tradisional mereka. Setelah Orang Ambon berhasil membantu Belanda dalam membangun benteng di Hitu Lama, Portugis memulai kampanye melawan bantuan terhadap Ambon dari Belanda. Setelah 1605 Frederik Houtman menjadi gubernur Belanda pertama Ambon. VOC merupakan perusahan perdagangan Belanda yang terhambat oleh tiga faktor daam menjalankan usahanya yaitu: Portugis, penduduk lokal dan Inggris. Sekali lagi, penyelundupan merupakan satu-satunya cara untuk monopoli Eropa. Selama abad ke-17, Banda melakukan perdagangan bebas dengan Ingris. Upaya Belanda adalah dengan mengurangi jumlah penduduk asli Banda lalu mengirim lainnya ke luar pulai serta mendirikan instalasi budak kerja.

Walaupun lainnya kembali menetap di Kepulauan Banda, sisa wilayah Maluku lainnya tetap sangat sulit untuk berada dibawah kontrol asing bahkan setelah Portugis mendirikan stasiun perdagangannya di Makassar, terjadi pemberontakan penduduk lokal pada tahun 1636 dan 1646. Dibawah kontrol kompeni Maluku teradministrasi menjadi residen Belanda yaitu Ternate di Utara dan Amboyna (Ambon) di selatan.

Perang Dunia II

Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jendral Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh , melalui radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang dengan Jepang. Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan tentara Jepang di desa Tawiri. Dan untuk memperingatinya dibangun monumen Australia di desa Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura). Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai salah satu propinsi Republik Indonesia. Namun pembentukan dan kedudukan Propinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan kolonial di Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan rempah-rempahnya ini, bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 dengan mensponsori terbentuknya Republik Maluku Selatan (RMS).


Lihat pula

Referensi dan pranala luar

  1. ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-09. 
  2. ^ Daftar Perguruan Tinggi Swasta di Provinsi Maluku
  3. ^ Statuta Peliteknik Perikanan Negeri Tual
  4. ^ Buku Pintar Indonesia. Edi Sigar.2007

Coordinates: Unknown argument format
{{#coordinates:}}: bujur salah