Lydia Kandou

pemeran perempuan asal Indonesia

Lydia Kandou yang bernama lengkap Lydia Ruth Elizabeth Kandou lahir 21 Februari 1963) di Jakarta. Ia seorang aktris Indonesia. Tidak kurang sudah 25 tahun, ia hadir menyemarakkan dunia perfilman Indonesia.

Berkas:Lydia Kandou2.jpg
Lydia Kandou

Biografi

Ia lahir di Jakarta tetapi punya hubungan darah Manado-Belanda. Kehidupan yang dijalaninya terbilang tidak mulus. Sejak kecil sering sakit-sakitan, tidak boleh terlalu gembira, tidak boleh kaget dan terlalu sedih. Akibatnya, ia selalu dipisahkan oleh ibunya dari kakak-kakaknya dan dilarang bermain dengan saudara-saudara dan teman-temannya. Awalnya, ia sedih dan tak mengerti mengapa ibunya bersikap demikian. Akhirnya dia memahami bahwa apa yang dilakukan ibunya adalah untuk kebaikannya semata.

Akibat terlalu banyak menyendiri, ia tumbuh menjadi gadis pemalu dan tampil sederhana dalam bersikap maupun penampilan. Tawaran menjadi model menjadi terhambat karena sifat yang pemalu tadi. Kariernya bisa diraih setapak demi setapak terlalui atas usaha orang-orang yang sabar membinanya. Ibunya selalu mendukung dan memberikan motivasi kepadanya. Sejak SMP, Lydia sudah mengenal kebiasaan merokok. Selain, suka makan. Untuk menjaga kondisi tubuhnya, ia melakukan kegiatan senam dan berenang. Memasak adalah kegemarannya.

Karir Awal

Berkas:Aladin dan Lampu Wasiat.jpg
Film Aladin dan Lampu Wasiat

Bermula sebagai model iklan Sakura Film, ia kemudian bertemu Imam Tantowi dan diajak mendukung film arahan Has Manan, Wanita Segala Zaman, produksi Rapi Film. Lewat film ini namanya melejit di saat usianya belum genap 17 tahun. Permainan aktingnya yang biasa-biasa saja dinilai produser untuk mengontraknya agar bermain film. Lydia Kandou kemudian bermain dalam film Melodi Cinta, Bunga-Bunga SMA, Mahkotaku Hilang, Seindah Rembulan. Ia pun akhirnya bisa menandatangani kontrak untuk empat sampai tujuh film sekaligus.

Pada awal 1980, Gope Samtani dari Rapi Film memberinya peran dalam film Aladin dan Lampu Wasiat (Aladin and His Magic Lamp) yang terkenal itu. Dalam film tersebut, ia bermain bersama Rano Karno. Raam Punjabi dari Parkit Film memberi peran di berbagai film, antara lain; 5 Cewe Jagoan (Five Deadly Angels) dan Perawan Rimba (Jungle Virgin Force). Film-film yang dilakonkan mampu menempatkannya menjadi artis terkenal di Indonesia untuk beberapa masa.

Perkawinan

Pada tahun 1986 Lydia Kandou menikah dengan aktor Jamal Mirdad. Peristiwa ini menjadi begitu kontroversial, karena perbedaan agama. Lydia Kandou yang beragama Kristen dan Jamal Mirdad yang beragama Islam. Perbedaan agama di antara keduanya tidak menghentikan langkah keduanya menuju mahligai pernikahan, walaupun UU Perkawinan 1974 pasal 2 ayat 1 menghalangi mereka untuk bersatu secara sah. Undang-undang tersebut menyatakan : "Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya”. Untuk itu, sebuah perkawinan harus disahkan lebih dulu oleh agama yang bersangkutan sebelum didaftar ke Kantor Catatan Sipil. Konsekuensinya, banyak pasangan berbeda agama tidak dapat mendaftarkan pernikahan mereka di Kantor Catatan Sipil. Karena Undang-undang tersebut, bagi mereka yang akan menikah namun berbeda agama melakukannya secara diam-diam maupun menikah diluar negeri. Namun pasangan Jamal Mirdad dan Lydia Kandou nekad menikah di Indonesia dan memperjuangkan status mereka mati-matian di Pengadilan Negeri. Peristiwa yang terjadi tahun 1986 tersebut begitu menggemparkan. Tentangan dan kecaman dari agamawan dan masyarakat menghantam secara bertubi-tubi pasangan ini. Ketika mereka berdua memang pada saat itu sedang berada dipuncak karir, liputan berbagai media saat itu membuat peristiwa pernikahan beda agama ini semakin heboh. Tetapi setelah melewati perjuangan panjang dan melelahkan dan didasari cinta yang kuat diantara keduanya, akhirnya dengan bantuan pengacara, pernikahan mereka disahkan juga oleh pengadilan pada tahun 1995.

Ibunda Lydia adalah salah seorang menentang habis-habisan pernikahan Lydia yang saat itu berumur 22 tahun dengan Jamal. Karenanya sang ibunda pun pindah dari Jakarta ke Bandung. Lydia tahu bahwa dia menyakiti hati ibunya, maka dua hari sekali Lydia dan Jamal menemui ibunya. Namun dalam kunjungan-kunjungan itu Jamal selalu menunggu didepan rumah. Selama kurang lebih setahun, Jamal rela bolak-balik Jakarta-Bandung dan tidur di mobil, sementara Lydia menginap di rumah sang Ibu. Akhirnya Ibunda Lydia menjadi luluh juga hatinya. Suatu hari, Lydia hendak menginap di rumah Ibundanya, dan tanpa disangka, sang Ibu menyuruh Lydia mengajak Jamal masuk ke dalam rumah. Saat diterima, Jamal pun langsung meminta maaf kepada Ibunda Lydia.

Agama dan orangtua bukan masalah satu-satunya yang dihadapi pasangan Lydia Kandou dan Jamal Mirdad ini. Masalah beda budaya juga merupakan masalah yang harus dihadapi keduanya. Lydia yang berdarah Manado-Belanda dan Jamal yang berdarah Jawa membuat mereka harus melakukan penyesuaian diri terhadap karakter dan latar belakang budaya masing-masing. Namun dengan prinsip perbedaan adalah pelajaran buat mereka yang dianggap berharga dan istimewa dan dengan kesabaran dan menghormati perbedaan, pasangan ini dapat melaluinya dengan baik sampai saat ini.

Keluarga

Dari perkawinan Lydia Kandou dan Jamal Mirdad lahir empat anak. Mereka adalah Hanna Natasya Maria, Kenangkana, Nasyilla, dan Nathanagaja. Hanna (Nana) Natasya dan Naysila telah mengikuti jejak karier orang tuanya. Keduanya bermain dalam sinetron produksi SinemArt yang ditayangkan stasiun televisi RCTI berjudul Liontin 2. Tema lagu: Menunggumu digarap Ariel Peterpan dari album Senyawa yang cerita dan skenarionya digarap Poetri Pranarka dan Alexis Leirissa. Film televisi ini disutradarai oleh Noto Bagaskoro.

Filmografi

Dua puluh lima tahun berkecimpung di dunia film Lydia Kandou telah bermain dibanyak film. Kejarlah Daku Kau Kutangkap, karya Asrul Sani menjadi tonggak penting eksistensi Lydia dalam film komedi lokal. Ia lalu bermain di film sejenis, seperti Cas Cis Cus.

Televisi

Sibuk dengan keluarga dan seiring redupnya perfilman Indonesia, Lydia lama tidak terdengar kabarnya dalam dunia seni peran. Baru pada awal tahun 1990-an, ketika era serial komedi di layar kaca datang, Lidya kembali produktif tampil di layar kaca lewat sinetron Gara-gara yang tercatat sebagai serial komedi terpanjang (5 tahun penanyangannya di RCTI) di mana ia bermain dalam 250 episode. Kesuksesan serial ini kemudian diangkat ke layar lebar.

Berkas:Lydia Kandou.jpg
Lydia Kandou
  • Gara-gara
  • Selendang Sutera Biru
  • Wong Cilik
  • Edwin & Edwina
  • Wong Cilik
  • Misteri Bunga Tasbih
  • Pernikahan Dini
  • Edwin & Edwina
  • Tasya
  • Isi Hatiku
  • Perempuan Pilihan
  • Rahasia Perkawinan
  • Cinta Di Awal 30
  • Wartel dan Warteg
  • Akulah Arjuna
  • Kau di Atas Aku di Bawah
  • Rahasia Perkawinan
  • Tuhan Ada Dimana-Mana
  • Bawang Merah Bwang Putih
  • Si Cantik dan Si Buruk Rupa

Prestasi

Lewat film Untukmu Kuserahkan Segalanya (FFI 1984), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (FFI 1986), dan Cas Cis Cus (FFI 1990), menghantarkan nama Lydia sebagai nominator Aktris Terbaik. Di tangan Nyak Abbas Akup akting Lydia berkembang dengan baik lewat film Kisah Cinta Rojali dan Juleha serta Boneka dari Indiana (1990) yang membawa nama Lidya menjadi peraih Piala Citra pada FFI 1991. Piala Citra kedua diraih pada FFI 1992 saat ia membintangi film Ramadhan dan Ramona. Film ini menjadi film terbaik, Chaerul Umam menjadi sutradara terbaik, dan Jamal Mirdad aktor terbaik. Rumah produksi Citra Wiwitan, adalah rumah produksi milik Lydia Kandou dan Jamal Mirdad. Pada tahun 2002 Lydia Kandou terpilih sebagai Aktris (sinetron) Terpuji di Forum Film Bandung dari sinetron Rahasia Perkawinan.

Lain-lain

Lydia Kandou merupakan pengagum Sophia Loren, Christine Hakim, Rano Karno, dan Michael Jackson. Suka membaca novel karya Barbara Cartland. Selain sebagai artis film, ia juga pernah membintangi beberapa iklan, salah satunya iklan sabun GIV. Penulisan nama untuk Lydia Kandou ternyata mempunyai ejaan yang berbeda-beda, Lydia Kandou, Lydia Kandow, Lidya Kandou dan Lidya Kandow. Namun umumnya lebih banyak menggunakan Lydia Kandou.

Pranala luar