Kabupaten Lima Puluh Kota
Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sarilamak. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.354,30 km2 dan berpenduduk sebanyak 311.773 jiwa (sensus penduduk 2000). Kabupaten ini terletak di bagian timur wilayah provinsi Sumatera Barat atau 124 km dari Kota Padang, ibu kota provinsi.
Kabupaten Lima Puluh Kota | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: - | |
Koordinat: 0°01′00″S 100°35′14″E / 0.0168°S 100.5872°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatera Barat |
Tanggal berdiri | - |
Dasar hukum | - |
Ibu kota | Sarilamak |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | dr Alis Marajo (2005-2010). |
Luas | |
• Total | 3.354,30 km2 (129,510 sq mi) |
Populasi ((2000)) | |
• Total | 311.773 |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0752 |
Kode Kemendagri | 13.07 |
DAU | Rp. 467.068.452.000,- |
Situs web | www.limapuluhkota.go.id |
Kecamatan Kapur IX merupakan penghasil tanaman gambir terbesar di Indonesia. Gambir bersama dengan karet, semen dan kayu lapis termasuk dalam 10 komoditas utama ekspor Sumatera Barat. Tanaman gambir mengandung zat katechine dan tanin, yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, penyamak kulit dan industri batik. Volume ekspor gambir provinsi Sumatera Barat tahun 2000 besarnya 1.339.860 kg. Meskipun gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan kabupaten 50 Kota, namun yang menjadi tulang punggung perekonomian kabupaten ini adalah tanaman bahan makanan. Perkebunan dan tanaman bahan makanan, keduanya tergolong dalam sektor pertanian, menjadi penyumbang kegiatan ekonomi utama kabupaten ini.
Kabupaten ini tergolong daerah paling makmur di Sumatera Barat. Bahkan penduduk di Kecamatan Kapur IX disebut-sebut memiliki pendapatan yang setara dengan gaji bulanan para menteri. Hal ini karena masyarakat Kapur IX memiliki mata pencaharian sebagai penghasil gambir yang langsung diekspor ke Singapura, India, Jepang dan Pakistan. Sayangnya pemerintah daerah ini tidak bisa menyediakan sarana infrastruktur yang memadai seperti sarana telekomunikasi, jalan, air bersih, sehingga potensi kecamatan yang dijuluki negeri "Petro Dollar" ini tidak tergarap optimal.
Peninggalan sejarah
Di pelosok desa Mahat, kecamatan Suliki Gunung Mas, banyak ditemukan peninggalan kebudayaan megalitikum. Di desa ini dapat disaksikan pemandangan kumpulan batu-batu menhir dengan latar belakang perkebunan tanaman gambir yang menyerupai panorama perkebunan teh di daerah Puncak, Jawa Barat. Karena pemandangan inilah, pada tahun 1981 desa Mahat dimasukkan dalam salah satu obyek wisata dari 73 obyek wisata di kabupaten ini.
Menurut sebagian sejarawan, Minanga Tamwan berada di hulu sungai Kampar, di sebelah timur kabupaten Lima Puluh Kota. Daerah ini tercantum dalam Prasasti Kedukan Bukit sebagai daerah asal Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut Dapunta Hyang membawa 20.000 tentara dengan perbekalan sebanyak dua ratus peti berjalan dengan perahu, dan yang berjalan kaki sebanyak seribu tiga ratus dua belas orang. Tambo Minangkabau mencatat bahwa Dapunta Hyang turun dari Gunung Marapi ke Minanga Tamwan dan keturunannya meluaskan rantau ke selatan Sumatera.[1] Minanga Tamwan atau Minanga Kabwa diperkirakan merupakan asal usul nama Minangkabau.
Batas wilayah
Utara | Provinsi Riau |
Timur | Provinsi Riau |
Selatan | Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sijunjung |
Barat | Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman |
Kecamatan
Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 kecamatan yaitu:
Objek Cagar Budaya
Objek Wisata
Referensi
- ^ Jamal. Manyigi Tambo Minangkabau.