Bahtera Nuh
Keakuratan artikel ini diragukan dan artikel ini perlu diperiksa ulang dengan mencantumkan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. |
Netralitas artikel ini dipertanyakan. |
Menurut tradisi Abrahamik, Bahtera Nuh adalah sebuah kapal yang dibangun atas perintah Allah untuk menyelamatkan Nuh, keluarganya, dan kumpulan inti binatang yang ada di seluruh dunia dalam Air Bah. Kisah ini terdapat dalam Kitab Kejadian yang ada di dalam Kitab Suci Ibrani, dan Perjanjian Lama orang Kristen, pasal 6 hingga 9 dan di dalam Al Quran.
Menurut hipotesis dokumen, kisah Bahtera Nuh yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian ini mungkin terdiri dari sejumlah sumber yang setengah independen, dan proses penyusunannya yang berlangsung selama beberapa abad dapat menolong menjelaskan kekacauan dan pengulangan yang tampak di dalam teksnya. Banyak pemeluk Yahudi Ortodoks dan orang Kristen menolak hipotesis ini, dan menyatakan bahwa kisah Bahtera ini adalah sebuah kisah yang benar-benar terjadi, bahwa penulisnya hanya satu orang, dan bahwa apa yang tampaknya sebagai kekacauan dan ketidakmemadaian dapat dijelaskan secara rasional.
Kisah Bahtera yang diceritakan di dalam Kitab Kejadian ini mempunyai paralel di dalam mitos Sumeria tentang Ziusudra, yang mengisahkan bagaimana Ziusudra diperingatkan oleh para dewa untuk membangun sebuah kapal untuk menyelamatkan diri dari banjir yang akan menghancurkan umat manusia. Paralel yang tidak begitu persis juga ditemukan di banyak kebudayaan di seluruh dunia. Memang, kisah tentang banjir ini adalah salah satu cerita rakyat yang paling umum di seluruh dunia.
Kisah Bahtera ini telah diuraikan secara panjang lebar di dalam berbagai tradisi Abrahamik, yang mencampurkan solusi-solusi teoretis dengan masalah-masalah praktis (mis. bagaimana cara Nuh membuang kotoran-kotoran binatang itu), dengan penafsiran-penafsiran alegoris (mis. Bahtera sebagai pendahulu dari Gereja, yang menawarkan keselamatan kepada umat manusia).
Pada awal abad ke-18, perkembangan geologi dan biogeografi sebagai ilmu pengetahuan telah membuat sedikit sejarawan alam yang merasa mampu membenarkan penafsiran yang harafiah atas kisah Bahtera ini. Namun demikian,, para penafsir Alkitab yang harafiah terus meneliti wilayah gunung Ararat di daerah timur laut Turki yang menurut Alkitab merupakan tempat mendaratnya Bahtera Nuh.
Ukuran
Bahtera berukuran panjang 300 hasta, lebar 50 hasta, dan tinggi 30 hasta. Jika dihitung secara konservatif dengan hasta sepanjang 44,5 cm (ada yang berpendapat bahwa hasta kuno mendekati 56 atau 61 cm), bahtera berukuran 133,5 m X 22,3 m X 13,4 m. Artinya volume kotor bahtera itu kira-kira 40.000m3
Kronologis
Catatan Kejadian seperti ditulis di Alkitab memperlihatkan bahwa Allah memutuskan untuk membersihkan bumi dari kefasikan dengan mmebanjiri planet ini dengan air bah. Ia memberi tahu nuh untuk membangun sebuah bahtera guna menyelamatkan dirinya, keluarganya, dan binatang-binatang yang mewakili dunia satwa dari Air Bah ini.
Rancangan Bahtera
Bahtera dibangun bertingkat tiga, yang membuatnya lebih kokoh dan menghasilkan total luas lantai sekitar 8.900 meter persegi. Bahtera dibangun dari kayu bergetah yang tahan air, kemungkinan cemara, dan dilapisi ter di bagian dalam dan luar.(Kejadian 6:14-16) Tidak ada informasi spesifik tentang bagaimana Nuh menyatukan potongan-potongan kayu itu. Tetapi, bahkan sebelum menceritakan tentang Air Bah, Alkitab menyebut tentang para penempa perkakas tembaga dan besi. (Kejadian 4:22)Apapun kasusnya hingga sekarang pasak-pasak kayu masih digunakan untuk membangun beberapa jenis kapal kayu.
Bahtera memiliki ruang-ruang dalam, sebuah pintu di sisinya, dan tso'har setinggi satu hasta, kemungkinan atap pelana yang tampaknya memiliki lubang di bawahnya untuk ventilasi dan cahaya. Namun, catatan Kejadian tidak menyebut tentang lunas atau haluan, maupun layar, dayung atau sirip kemudi pada bahtera itu. Malah, kata Ibrani yang sama untuk "bahtera" digunakan untuk menggambarkan keranjang berlapis minyak ter yang digunakan oleh ibu bayi Musa agar ia tetap terapung di Sungai Nil.(Keluaran 2:3, 10)
Kelayakan Untuk Melaut
Panjang Bahtera enam kali lebarnya dan sepuluh kali tingginya. Perbandingan ukuran yang banyak digunakan oleh kapal-kapal moderen, meskipun untuk kapal-kapal tersebut rasio panjang-lebar ini dipilih sehubungan dengan tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkannya di air. Sedangkan, bahtera hanya perlu mengapung.
Cara kapal bereaksi terhadap angin dan gelombang menentukan apakah ia laik laut atau tidak. Ini pun ditentukan oleh perbandingan ukuran kapal. Alkitab menggambarkan hujan yang sangat deras yang mengakibatkan Air Bah dan juga mengatakan bahwa belakangan Allah menyebabkan angin bertiup. (Kejadian 7:11, 12, 17-20; 8:1) Alkitab tidak mengatakan seberapa kuat gelombang dan angin saat itu, tetapi kemungkinan besar angin dan gelombang itu sangat kuat dan berubah-ubah, seperti halnya angin dan gelombang dewasa ini. Semakin lama dan semakin keras angin bertiup, semakin tinggi dan lebar riak gelombangnya. Selain itu, gerakan seismik dapat menghasilkan gelombang yang kuat.
Perbandingan ukuran bahtera turut membuatnya stabil dan tidak mudah terbalik. Bahtera juga dirancang untuk menghadapi kekuatan-kekuatan yang bisa mmebuatnya terangguk-angguk di laut yang ganas. Anggukan yang ekstrem sewaktu setiap gelombang mengangkat salah satu ujung kapal dan kemudian membiarkannya terjatuh ke bawah pasti sangat tidak nyaman bagi manusia dan binatang di kapal. Anggukan juga menimbulkan tekanan yang hebat di kapal. Strukturnya harus cukup kuat untuk melawan kecenderungan melesak di bagian tengah sewaktu gelombang besar mengangkat kedua ujung kapal pada saat bersamaan. Namun, sewaktu sebuah gelombang besar mengangkat kapal itu di bagian tengahnya, tanpa penopang di kedua ujungnya, haluan dan buritannya bisa membengkok ke bawah. Allah menyuruh Nuh menggunakan rasio 10 banding 1 untuk panjang banding tinggi bahtera. Lewat pengalaman pahit, para pembuat kapal di kemudian hari baru mengetahui bahwa rasio itu dapat mengatasi tekanan-tekanan tersebut.
Karena bahtera berbentuk peti, daya apungnya seragam dari ujung ke ujung. Beratnya pun seragam. Agaknya, Nuh memastikan bahwa muatan-termasuk binatang dan persediaan makanan untuk setahun lebih dibagi secara merata. Distribusi beban yang baik mengurangi tekanan tambahan dari muatan terhadap struktur kapal.
Kapasitas Angkut Bahtera
Bahtera menampung Nuh, istri nuh, ketiga anaknya dan istri mereka masing-masing, makhluk-makhluk hidup "dari setiap jenis daging, masing-masing dua ekor"..."Jantan dan betina. Dari makhluk-makhluk terbang menurut jenisnya dari binatang-binatang peliharaan menurut jenisnya, dari segala binatang yang merayap di tanah menurut jenisnya, masing-masing dua ekor harus masuk ke sana bersamamu agar mereka tetap hidup." Dari setiap jenis binatang dan unggas yang tidak haram harus dibawa tujuh ekor. Selain itu banyak sekali jumlah dan variasi makanan yang harus disiapkan dalam bahtera agar semua makhluk ini dapat bertahan selama lebih dari satu tahun. (Kej 6:18-21; 7:2,3)
'Jenis-jenis' binatang yang dipilih berkaitan dengan batas-batas yang jelas dan tidak dapat berubah sesuai dengan ketentuan sang Pencipta; Di dalam batas tersebut, makhluk-makhluk dapat berkembang biak "menurut jenisnya". Ada yang memperkirakan bahwa ratusan ribu spesies binatang yang ada sekrang dapat diperkecil jumlahnya menjadi relatif sedikit 'jenis' famili.
Ada yang memperkirakan bahwa hanya diperlukan 72 'jenis' hewan berkaki empat dan kurang dari 200 'jenis' burung. Keanekaragaman fauna yang dikenal dewasa ini dapat dihasilkan dengan perkawinan sesama 'jenis' yang sangat sedkit jumlahnya setelah Air Bah; Hal ini dibuktikan dengan keragaman manusia yang tidak ada habisnya - pendek, tinggi, gemuk, kurus, dengan tak terhitung banyaknya variasi warna rambut, mata, dan kulit - yang semuanya berasal dari satu keluarga Nuh.
Perkiraan ini mungkin tampak terlalu sedikit bagi beberapa orang, khususnya karena sumber-sumber seperti The Encyclopedia American menunjukkan bahwa ada lebih dari 1.300.000 spesies binatang. (1977, Jil.1, hlm. 859-873) Akan tetapi, lebih dari 60 persennya adalah serangga. Jika angka-angka tersebut dipilah-pilah lagi, dari 24.000 amfibi, reptilia, burung, dan mamalia, 10.000 adalah burung, 9.000 adalah reptilia dan amfibi, yang banyak di antaranya dapat hidup di luar bahtera, dan hanya ada 5.000 mamalia, termasuk ikan paus dan lumba-lumba, yang juga dapat hidup di luar bahtera. Para peneliti lainnya memperkirakan bahwa hanya ada sekitar 290 spesies mamalia darat yang lebih besar daripada domba dan sekitar 1.360 yang lebih kecil daripada tikus. (The Deluge Story in Stone, Karya B. C. Nelson, 1949, hlm. 156; The Flood in the Light of the Bible, Geology, and Archeology, karya A. M. Rehwinkel, 1957, hlm. 69) Jadi, sekalipun perkiraan-perkiraan didasarkan atas angka yang telah berkembang tersebut, bahtera itu masih dapat dengan mudah menampung sepasang dari segala binatang.
Akhirnya
Lima bulan setelah Air Bah dimulai, "Bahtera tersebut terhenti di atas Pegunungan Ararat"; akan tetapi, kemungkinan besar bukan di puncaknya yang paling tinggi (hampir 5.165 m), melainkan di daerah yang cocok sehingga setiap penumpang dapat hidup dengan nyaman selama beberapa bulan lagi. Semua penumpang bahtera keluar dari dalamnya setelah satu tahun sepuluh hari sejak Air Bah dimulai.(Kejadian 7:11; 8:4, 14)
Pernyataan bahwa sisa-sisa bahtera itu telah ditemukan belum dapat dipastikan.
Narasumber
- Awake. Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc. 2007. Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia(dalam bahasa Indonesia).
- Pemahaman Alkitab Jilid 1. Watchtower Bible and Tract Society of Pennsylvania. 2005. Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia(dalam bahasa Indonesia).