Front Timur (Perang Dunia II)

medan perang Blok Barat dan Uni Soviet

Front Timur pada Perang Dunia II adalah medan perang yang mencakup konflik di Eropa Tengah dan Eropa Timur. Beberapa sumber menyertakan pula Perang Jerman-Polandia pada tahun 1939 dalam medan Perang Dunia II ini, namun artikel ini memusatkan perhatian pada konflik jauh lebih besar yang berlangsung antara Juni 1941 hingga Mei 1945 dan melibatkan Jerman Nazi dan Uni Soviet. Konflik ini menyebabkan bangkitnya Uni Soviet sebagai negara adidaya militer dan industri, pendudukan Eropa Timur oleh Soviet, serta pembagian Jerman.

Dalam catatan sejarah Rusia dan Uni Soviet, konflik ini disebut sebagai Perang Patriotik Besar (Великая Отечественная война, Velikaya Otechestvennaya voyna). Nama yang mengacu pada Perang Patriotik Kekaisaran RusiaNapoleon di tanah Rusia pada tahun 1812. Istilah Perang Patriotik Besar muncul di harian Soviet, Pravda, sehari setelah Hitler menginvasi Uni Soviet, dalam sebuah artikel berjudul "Perang Patriotik Besar Rakyat Soviet" (bahasa Rusia: Великая Отечественная война cоветского народа). Istilah "perang melawan agresi" digunakan Uni Soviet sebelum Amerika Serikat dan Jepang terlibat.

Perang Rusia-Finlandia Perang Kelanjutan dapat dianggap sebagai gugus utara dari Front Timur. Beberapa pakar konflik ini menggunakan istilah Perang Rusia-Jerman, sementara yang lain menggunakan istilah Perang Soviet-Jerman atau Perang Jerman-Soviet.

Tinjauan umum

Perang Patriotik Besar dimulai pada 22 Juni 1941, ketika Jerman menyerang wilayah Polandia yang diduduki Soviet, dan berakhir pada 8 Mei 1945, ketika angkatan bersenjata Jerman menyerah tanpa syarat setelah Pertempuran Berlin. Jerman mampu meminta bantuan tenaga dari beberapa Negara Poros, Rumania, Hungaria, Bulgaria, Slovakia, dan Italia untuk menolong mereka di front dan wilayah-wilayah yang mereka duduki. Mereka mendapatkan bantuan dari sejumlah partisan anti-komunis di Ukraina dan Estonia. Finlandia yang anti-Soviet — saat itu baru saja berperang dengan Uni Soviet — juga berada di pihak Jerman. Selain itu, terdapat divisi Spanyol yang dikirim diktator Spanyol, Franco, agar hubungannya dengan negara-negara Poros tetap utuh. Uni Soviet mendapatkan bantuan dari kaum partisan di banyak negara di Eropa Timur, khususnya yang berada di Polandia dan Yugoslavia. Selain itu, Tentara Polandia Pertama dan Tentara Polandia Kedua, yang dipersenjatai dan dilatih Uni Soviet, berjuang bersama dengan Tentara Merah di front.

Ideologi

Hitler dalam bukunya, "Mein Kampf" (Perjuanganku), menekankan pentingnya lebensraum, yakni mendapatkan wilayah baru untuk rakyat Jerman di Eropa Timur. Dia membayangkan menempatkan rakyat Jerman sebagai ras utama di Rusia barat. Sebaliknya, sebagian besar rakyat Rusia dipindahkan ke Siberia dan sisanya dijadikan budak. Setelah pembersihan (purge?) besar-besaran pada tahun 1930-an, Hitler menganggap Soviet secara militer lemah dan mudah diduduki. Ia menyatakan, "Kami hanya harus menendang pintu dan seluruh struktur yang rapuh akan runtuh." Akibat Pertempuran Kursk dan kondisi militer Jerman yang melemah, Hitler dan propaganda Nazi menyatakan perang tersebut sebagai pertahanan peradaban oleh Jerman dari penghancuran oleh "gerombolan kaum Bolshevik" yang menyebar ke Eropa.

Kebijakan-kebijakan dan sikap ideologi Stalin pun sama agresifnya. Saat perhatian dunia teralih ke Front Barat, ia menduduki tiga negara Baltik pada tahun 1940. Partisipasi aktif Stalin dalam pembagian Polandia pada tahun 1939 pun tidak dapat diremehkan.

Latar belakang

Dibandingkan dengan medan perang lainnya dalam Perang Dunia II, Front Timur jauh lebih besar dan berdarah serta mengakibatkan 25 juta-30 juta orang tewas. Di Front Timur terjadi lebih banyak pertempuran darat daripada semua front pada Perang Dunia II. Karena premis ideologi dalam perang, pertempuran di Front Timur mengakibatkan kehancuran besar. Bagi anggota Nazi garis keras di Berlin, perang melawan Uni Soviet merupakan perjuangan melawan komunisme dan ras Arya melawan ras Slavia yang lebih rendah. Dari awal konflik, Hitler menganggapnya sebagai "perang pembinasaan". Di samping konflik ideologi, pola pikir Hitler dan Stalin mengakibatkan peningkatan teror dan pembunuhan. Hitler bertujuan memperbudak ras Slavia dan membinasakan populasi Yahudi di Eropa Timur. Stalin pun setali tiga uang dengan Hitler dalam hal memandang rendah nyawa manusia untuk meraih kemenangan. Ini termasuk meneror rakyat mereka sendiri dan juga deportasi massal seluruh penduduk. Faktor-faktor ini mengakibatkan kebrutalan kepada tentara dan rakyat sipil, yang tidak dapat disamakan dengan Front Barat.

Perang ini mengakibatkan kerugian besar dan penderitaan di antara warga sipil dari negara-negara yang terlibat. Di belakang garis depan, kekejaman terhadap warga sipil di wilayah-wilayah yang diduduki Jerman sudah biasa terjadi, termasuk Holocaust orang-orang Yahudi. Dua puluh juta warga sipil terbunuh atau meninggal karena penyakit, kelaparan dan siksaan. Setelah perang, penduduk Jerman di Prusia Timur dan Silesia dipindahkan ke sebelah barat dari Garis Oder-Neisse.

Latar belakang

Pakta Molotov-Ribbentrop pada Agustus 1939 membentuk perjanjian non-agresi antara Jerman Nazi dan Uni Soviet, dan sebuah protokol rahasia menggambarkan bagaimana Finlandia, Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia dan Rumania akan dibagi-bagi di antara mereka. Dalam Perang September di Polandia pada 1939 kedua negara itu menyerang dan membagi Polandia, dan pada Juni 1940 Uni Soviet, yang mengancam untuk menggunakan kekerasan apabila tuntutan-tuntutannya tidak dipenuhi, memenangkan perang diplomatik melawan Rumania dan tiga negara Baltik yang de jure mengizinkannya untuk secara damai menduduki Estonia, Latvia dan Lithuania de facto, dan mengembalikan wilayah-wilayah Ukraina, Belorusia, dan Moldovia di wilayah Utara dan Timur Laut dari Rumania ( Bucovina Utara dan Basarabia).

Pembagian Polandia untuk pertama kalinya memberikan Jerman dan Uni Soviet sebuah perbatasan bersama. Selama hampir dua tahun perbatasan ini tenang sementara Jerman menaklukkan Denmark, Norwegia, Prancis, dan daerah-daerah Balkan.

Adolf Hitler telah lama ingin melanggar pakta dengan Uni Soviet itu dan melakukan invasi. Dalam Mein Kampf ia mengajukan argumennya tentang perlunya mendapatkan wilayah baru untuk pemukiman Jerman di Eropa Timur. Ia membayangkan penempatan orang-orang Jerman sebagai ras yang unggul di Rusia barat, sementara mengusir sebagian besar orang Rusia ke Siberia dan menggunakan sisanya sebagai tenaga budak. Setelah pembersihan pada tahun 1930-an ia melihat Uni Soviet lemah secara militer dan sudah matang untuk diserang: "Kita hanya perlu menendang pintu dan seluruh struktur yang busuk itu akan runtuh.”

Joseph Stalin kuatir akan perang dengan Jerman, dan karenanya enggan melakukan apapun yang dapat memprovokasi Hitler. Meskipun Jerman telah mengerahkan sejumlah besar pasukan di Polandia timur dan membuat penerbangan-penerbangan pengintai gelap di perbatasan, Stalin mengabaikan peringatan-peringatan dari intelijennya sendiri maupun dari pihak asing. Selain itu, pada malam penyerbuan itu sendiri, pasukan-pasukan Soviet mendapatkan pengarahan yang ditandatangani oleh Marsekal Semyon Timoshenko dan Jenderal Georgy Zhukov yang memerintahkan (sesuai dengan perintah Stalin): "jangan membalas provokasi apapun" dan "jangan mengambil tindakan apapun tanpa perintah yang spesifik ". Karena itu, invasi Jerman pada umumnya mengejutkan militer dan pimpinan Soviet.

Operasi

Penyerangan: Musim panas 1941

 
Operasi Barbarossa: Penyerangan Jerman Atas Uni Soviet, 21 Juni 1941 hingga 5 Desember 1941

Artikel utama: Operasi Barbarossa

Pada pk. 04:45 22 Juni 1941, empat juta pasukan Jerman, Italia, Rumania dan Poros lainnya menyerbu ke perbatasan dan masuk ke Uni Soviet. Selama sebulan peneyrangan tiga arah ini sama sekali tidak dapat dihentikan sementara tentara-tentara Panzer mengepung ratusan ribu pasukan Soviet dalam kantung-kantung besar yang kemudian dikurangi sementara divisi-divisi infantri yang lebih lambat bergerak menggantikan sementara pasukan-pasukan panzer terus maju menyerang.

Tujuan Gugus Pasukan Utara adalah Leningrad melalui Negara-negara Baltik. Gugus yang terdiri atas Pasukan ke-16 dan ke-18 serta Kelompok Panzer ke-4 formasi ini menerobos masuk ke Lithuania, Latvia, Estonia dan kota-kota milik Rusia: Pskov dan Novgorod.

Gugus Pasukan Tengah terdiri atas dua kelompok Panzer (ke-2 dan ke3), yang bergulir ke timur dari kedua sisi dari Brest-Litovsk dan bertemu di depan Minsk, diikuti oleh Pasukan ke-2, ke-4 dan ke-9. Gabungan kekuatan Panzer mencapai Sungai Berezina dalam enam hari saja, 650 km dari garis awal mereka. Tujuan berikutnya adalah menyeberangi Sungai Dnieper, yang dicapai pada 11 Juli. Setelah itu, target berikut mereka adalah Smolensk, yang jatuh pada 16 Juli, tetapi pertempuran di wilayah Smolensk menghalangi kemajuan Jerman hingga pertengahan September, dan secara efektif mengganggu blitzkrieg.

Gugus Pasukan Selatan, dengan Kelompok Panzer ke-1, ke-6, dan ke-11, serta Tentara ke-17, ditugasi maju melalui Galicia dan masuk ke Ukraina. Namun kemajuan mereka agak lambat, karena hanya astu koridor menuju Kiev yang berhasil diamankan pada pertengahan Juli. Tentara ke-11, dibantu dengan dua satuan tentara Rumania, berperang masuk melalui Bessarabia menuju Odessa. Kelompok Panzer ke-1 berbalik dari Kiev untuk sementara waktu, maju masuk ke lengkungan Dnieper. Ketika bergabung dengan unsur-unsur selatan dari Gugus Pasukan Selatan di Uman, kelompok itu menangkap 100,000 tawanan perang Soviet di sebuah kantong yang besar.

Sementara Tentara Merah mengundurkan diri ke belakang Sungai Dnieper dan Dvina, hierarkhi Soviet mengalihkan perhatiannya pada upaya memindahkan sebanyak mungkin industri berat wilayah itu, membongkar dan mengepaknya ke dalam kereta-kereta barang, jauh dari garis front, membangunnya kembali di daerah-daerah yang jauh di pedalaman di belakang Ural dan di Asia Tengah. Kebanyakan warga sipil tidak dapat dievakuasi bersama-sama dengan perlengkapan itu dan ditinggalkan dalam belas-kasihan pasukan-pasukan yang menyerbu.

Dengan direbutnya Smolensk dan majunya Gugus Pasukan Tengah dan Utara ke Sungai Luga, kedua gugus pasukan itu telah mencapai tujuan besar pertama mereka: menyeberang dan mempertahankan "jembatan darat" antara Dvina dan Dnieper. Jalur Ke Moskwa, yang kini hanya 400 km jauhnya, kini terbuka lebar.

Jenderal-jenderal Jerman generals berdebat tentang gerakan maju segera menuju Moskwa, namun Hitler membantahnya, sambil menyebutkan pentingnya gandum Ukraina dan industri berat bila berada di tangan Jerman, belum lagi berkumpulnya pasukan-pasukan cadangan Soviet di wilayah Gomel antara barisan selatan Gugus Pasukan Tengah dan Gugus Pasukan Selatan yang terjebak di selatan. Perintah dikeluarkan kepada Kelompok Panzer ke-2 untuk berbelok ke selatan dan maju menuju Kiev. Hal ini berlangsung sepanjang bulan Agustus dan masuk ke bulan September, namun ketika Kelompok Panzer ke-2 bergabung dengan Kelompok Panzer Pertama di Lokhvitsa pada 5 September, 665.000 tawanan Soviet ditangkap dan Kiev jatuh pada 19 September.

Moskwa dan Rostov: Musim Gugur 1941

Artikel utama: Operasi Taifun dan Pertempuran Rostov

Kini Hitler memutuskan untuk melanjutkan penyerbuan ke Moskwa, mengganti nama Kelompok Panzer menjadi Pasukan Panzer dalam penyerbuan ini. Untuk Operasi Taifun, yang direncanakan akan dimulai pada 30 September, Tentara Panzer ke-2 segera dikirim melintasi jalan-jalan beraspal dari Orel (direbut 7 Oktober) ke Sungai Oka di Plavskoye, sementara Tentara Panzer ke-4 (yang dipindahkan dari Gugus Pasukan Utara ke Tengah) dan Pasukan Panzer ke-3 mengepung pasukan-pasukan Soviet dalam dua kantong yang besar di Vyazma dan Bryansk. Gugus Pasukan Utara memposisikan dirinya di front Leningrad dan berusaha memotong jalur kereta api di Tikhvin ke sebelah timur. Dengan demikian dimulailah Pengepungan Leningrad selama 900 hari. Di sebelah utara lingkaran Arktik, suatu pasukan Jerman-Finlandia diberangkatkan menuju Murmansk namun tidak dapat maju lebih jauh daripada Sungai Litsa, dan di sana mereka tinggal.

Gugus Pasukan Selatan mendorong ke bawah dari Sungai Dnieper ke pantai Laut Azov, juga bergerak maju melalui Kharkov, Kursk dan Stalino. Tentara ke-11 bergerak masuk ke Krimea dan menguasai seluruh jazirah itu pada musim gugur (kecuali Sevastopol, yang bertahan hingga 3 Juli 1942). Pada 21 November tentara-tentara Jerman merebut Rostov, pintu gerbang masuk ke Kaukasus. Namun, garis depan Jerman terlalu jauh masuk dan pasukan-pasukan pertahanan Soviet menyerang balik ujung tombak Tentara Panzer ke-1 dari utara, memaksa mereka menarik mundur dari kota dan dari belakang Sungai Mius; penarikan mundur pertama Jerman signifikan dalam perang ini.

Persis ketika Operasi Taifun berlangsung, cuaca Rusia menyerang. Selama paruhan kedua Oktober hujan turun dengan deras, mengubah jalan-jalan yang hanya sedikit di sana menjadi lumpur yang tidak habis-habisnya yang memerangkap kendaraan-kendaraan Jerman, kuda-kuda dan manusianya juga. Dengan jarak 160 km lagi yang masih harus ditempuh ke Moskwa, keadaan yang lebih buruk masih akan terjadi ketika temperatur anjlok dan salju mulai turun. Kendaraan-kendaraan dapat bergerak lagi, tetapi manusianya tidak, karena membeku tanpa pakaian musim dingin. Para pemimpin Jerman yang mengharapkan perang akan selesai dalam beberapa bulan saja, tidak melengkapi tentara mereka untuk pertempuran di musim dingin.

Pada sebuah serangan terakhir pada 15 November pasukan-pasukan Jerman mencoba mengepung Moskwa. Pada 27 November Pasukan Panzer ke-4 telah tiba dalam jarak 30 km ke Kremlin ketika pasukan itu mencapai pemberhentian trem terakhir dari jalur Moskwa di Khimki, sementara Pasukan Panzer ke-2, meskipun berusaha keras, tidak dapat merebut Tula, kota teakhir Rusia yang berdiri di jalan menuju ibu kota. Pertentangan hebat menandai perbedaan pendapat antara Hitler, yang memaksa bahwa penyerbuan ke Moskwa tidak dapat dihentikan, dan jenderal-jenderalnya, yang pasukanp-pasukannya sudah sama sekali kepayahan di dalam cuaca dingin yang mematikan. Sementara Hitler mulai memecati komandan-komandan yang menentangnya, pada saat itulah pasukan-pasukan Soviet untuk pertama kalinya memukul balik.

Serangan balik Soviet: Musim Dingin 1941

 
Serangan balik Soviet di musim dingin , 5 Desember 1941 hingga 7 Mei 1942

Artikel utama: Pertempuran Moskwa, Pertempuran Kharkov Kedua

Pada musim gugur, Zhukov memindahkan pasukan-pasukan Soviet yang masih segar dan berperlengkapan cukup dari Siberia dan timur jauh ke Moskwa (pasukan-pasukan ini telah ditempatkan di sana untuk menantikan serangan Jepang, tetapi intelijen menunjukkan bahwa pasukan-pasukan Jepang telah memutuskan untuk sebaliknya menyerang Asia Tenggara dan Pasifik). Pada 5 Desember 1941, pasukan-pasukan tambahan ini menyerang garis-garis Jerman di sekitar Moskwa, yang didukung oleh tank-tank T-34 yang baru dan peluncur roket Katyusha. Pasukan-pasukan Soviet yang baru telah siap untuk perang musim dingin, dan mereka termasuk juga sejumlah batalyon ski. Pasukan-pasukan Jerman yang kepayahan dan kedinginan dikalahkan dan dipukul mundur hingga 100 dan 250 km pada 7 Januari 1942.

Serangan lebih lanjut Soviet dilancarkan pada akhir Januari, dengan memusatkan perhatian pada persimpangan antara Gugus Pasukan Utara dan Tengah antara Danau Seliger dan Rzhev, dan menciptakan sebuah celah antara dua kelompok pasukan Jerman. Bersamaan dengan gerakan maju dari Kaluga ke barat daya Moskwa, hal ini dimaksudkan bahwa kedua serangan itu bertemu di Smolensk, tetapi pasukan-pasukan Jerman berkumpul dan berhasil memisahkan keduanya, dan mempertahankan suatu keunggulan di Rzhev. Suatu penerjunan pasukan payung Soviet di Dorogobuzh yang dikuasai oleh Jerman khususnya gagal total, dan para pasukan paying yang berhasil bertahan harus melarikan diri ke daerah-daerah yang dikuasai oleh para partisan yang mulai membengkak di belakang garis Jerman. Di utara, pasukan-pasukan Soviet mengepung sebuah pos pasukan Jerman di Demyansk, yang bertahan dengan pasokan udara selama empat bulan, dan menempatkan diri di depan Kholm, Velizh dan Velikie Luki.

Di selatan Tentara Merah menyerang ke seberang Sungai Donets di Izyum dan mendorong masuk 100-km. Tujuannya adalah menjepit Gugus Pasukan Selatan ke Laut Azov, tetapi ketika musim dingin mulai menyurut, pasukan-pasukan Jerman sanggup melakukan serangan balasan dan memotong pasukan-pasukan Soviet yang terlalu menyebar di Pertempuran Kharkov Kedua.

Lihat pula

Referensi

  • Antony Beevor, & Artemis Cooper, Stalingrad, Viking, 1998.
  • Antony Beevor, Berlin: The Downfall 1945, Penguin, 2002.
  • John Erickson, The Road to Stalingrad, Harper & Row, 1975.
  • John Erickson, The Road to Berlin, Harper & Row, 1982.
  • John Erickson dan David Dilks, Barbarossa, the Axis dan the Allies, Edinburgh University Press, 1994.
  • David Glantz dan Jonathan House, When Titans Clashed: How the Tentara Merah stopped Hitler, University Press of Kansas, 1995.
  • Heinz Guderian, Panzer Leader, Da Capo Press, New York, 2001.
  • Basil Liddell Hart, History of the Second World War, Cassel & Co; Pan Books, 1973.
  • David Irving, Hitler's War, Hodder & Stoughton, 1977.
  • Richard Overy, Russia's War: A History of the Soviet Effort: 1941–1945, Penguin, 1997.
  • Albert Seaton, The Russian-German War 1941–45, Praeger, 1971.
  • F. W. Winterbotham, The Ultra Secret, Orion, 1974.

Pranala luar

Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link FA