Bahasa Bima
Bahasa Bima adalah sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan oleh suku Bima di Pulau Sumbawa bagian timur, Nusa Tenggara Barat.[3]
Dialek
Adapun dialek-dialek dari bahasa Bima adalah sebagai berikut:
- Kolo
- Sangar (Sanggar)
- Toloweri
- Bima
- Mbojo
Jenis dan Tingkatan Bahasa Aksara bahasa Bima banyak persamaan dengan aksara Makasar kuno dan apabila kedua aksara tersebut dibandingkan dengan aksara sansekerta, maka dapat dipastikan asal usul keduanya berasal dari aksara sansekerta (Zollinger). Pada masa ini bahasa Bima terdiri dari 3 tingkat, yaitu tingkat halus/bahasa istana, tingkat menengah yaitu bahasa sehari-hari dan tingkat rendah/kasar. bahasa dengan symbol tetap digunakan. Dikenak pula tingkatan bahasa berdasarkan umur. Beberapa contoh tingkatan bahasa Bima adalah sebagai berikut :
Halus/Istana | Menengah | Kasar/rendah | Bahasa Indonesia |
---|---|---|---|
Tando | Ngaha | Hoba/lohi ra’a | Makan |
Otu | Maru | Maba timba | Tidur |
Mbora | Made | Made ncaki | Mati |
Rambo ade | Supu | - | Sakit |
Ilo | Mada | Isi mada | Mata |
Made ilo | Mbuda | Mbuda ncaki | Buta |
Lolu | Honggo | Bulunao | Rambut |
Bue | Tangge rima | - | Jari (Tangan) |
Kalende | Loko | wosa/balase | Perut |
Ncaba kalende | Nggana | - | Melahirkan |
Sara | pamerenta | - | Pemerintah |
Selain itu, pengaruh Islam yang dibawa oleh Gowa menghasilkan penggunaan bahasa arab. Sejak masa pemerintahan Sultan II Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682 M), dibuat suatu kebijaksanaan untuk mengganti aksara Mbojo dengan aksara Arab Melayu. Bahasa ini sangat dianjurkan untuk berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Bahkan dalam hal surat menyurat dan berhubungan dengan orang luar, kesultanan menggunakan bahasa arab-melayu. Beberapa contoh penggunaan kata-kata dalam bahasa arab adalah: penggunaan kata sahibul hajat (orang yang mempunyai acara/hajatan); penggunaan nama-nama Islam untuk nama orang seperti abdullah, Aminuddin, Ismail, dan lain-lain; penggunaan tanggalan Islam/hijriah seperti rabi’ul awal, Zulhijah, Syawal, dan lain-lain; penggunaan kata Qualuhul Haq (perkataan/keputusan yang benar) pada setiap surat keputusan sultan, dan sebagainya. Masyarakat Bima, mengikuti perkembangan dalam berinteraksi dan bergaul menggunakan kelompok bahasa Bima baru yang lazim disebut nggahi Mbojo dan bahasa arab. Bahasa Bima baru atau Nggahi Mbojo dipergunakan oleh masyarakat umum di Bima dan berfungsi sebagai bahasa ibu. Bagi masyarakat Bima lama, bahasa Bima berfungsi sebagai bahasa pengantar guna berkomunikasi dengan orang lain di luar kalangan mereka.
Penggunaan Bahasa Dalam berbahasa, masyarakat Bima dianjurkan untuk berbahasa halus tanpa memandang dari mana kalangan orang tersebut. Kalangan Istana, kalangan menengah maupun budak sekalipun akan sangat dihargai bila dapat berbahasa dengan halus. kalangan istana sebaiknya tidak menggunakan bahasa menengah apalagi bahasa kasar. Kalangan orang biasa dianggap wajar bila menggunakan bahasa menengah tapi dianggap tidak sopan bila menggunakan bahasa kasar. Sedangkan kalangan rendah dianggap berbahasa kasar diantara kalangannya.
Referensi
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Bima". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Bima". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Bima Speaking Peoples - Joshua Project
Pranala luar
- (Inggris) Bahasa Bima di Ethnologue