Ulangan 10 (disingkat Ul 10) adalah bagian dari Kitab Ulangan dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Merupakan kitab ke-5 dan terakhir dalam kumpulan kitab Taurat yang disusun oleh Musa.[1][2]

Teks

Waktu

  • Kisah yang dicatat di pasal ini terjadi pada tanggal 1 bulan ke-11 tahun ke-40 perjalanan orang Israel dari tanah Mesir.[4] (~1407 SM)

Lokasi

  • Musa mengucapkan perkataan-perkataan ini kepada seluruh orang Israel di seberang sungai Yordan, di padang gurun, di Araba-Yordan, di tentangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab.di seberang sungai Yordan, di padang gurun, di Araba-Yordan, di tentangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab, sebelas hari perjalanan jauhnya dari Horeb sampai Kadesh-Barnea, melalui jalan pegunungan Seir.[5]

Struktur

Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):

Ayat 12-13

"Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari:
  • takut akan TUHAN, Allahmu,
  • hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya,
  • mengasihi Dia,
  • beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,
  • berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu."[6]

Berkali-kali Allah menekankan pentingnya kasih yang berasal dari "hati" (Ulangan 4:29; Ulangan 6:5)

  1. Allah tidak ingin umat-Nya menggantikan kasih mereka yang sepenuh hati dengan upacara-upacara agama yang formal, seperti halnya melaksanakan berbagai perintah-Nya, mempersembahkan korban, dan sebagainya. Penting bagi mereka untuk senantiasa menaati Allah dengan hati yang sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati Dia. Iman dan kasih dengan sepenuh hati juga perlu dalam hubungan orang percaya dalam Perjanjian Baru dengan Allah (Yohanes 21:15; Kolose 3:4).
  2. Memang, mungkin saja kita membaca Alkitab, berdoa, hadir di gereja, dan ambil bagian dalam Perjamuan Kudus tanpa pengabdian sepenuh hati kepada Allah; inilah yang dimaksud dengan legalisme (Markus 7:6). Ketaatan lahiriah dan pelaksanaan upacara-upacara keagamaan dengan tepat memiliki keabsahan dan makna hanya jika dilandaskan pada pengenalan akan Yesus Kristus melalui iman dan kasih yang sungguh-sungguh kepada-Nya karena diri-Nya dan apa yang telah dilakukan-Nya demi kita.[7]

Referensi

  1. ^ W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
  2. ^ J. Blommendaal. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
  3. ^ Ulangan 1:1
  4. ^ Ulangan 1:3
  5. ^ Ulangan 1:1–2
  6. ^ Ulangan 10:12–13
  7. ^ The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.

Lihat pula

Pranala luar