Septuaginta (kata Latin yang berarti "tujuh puluh") adalah sebuah terjemahan Alkitab Ibrani dan beberapa teks terkait ke dalam bahasa Yunani Koine. Sebagai terjemahan Yunani yang utama dari Perjanjian Lama, maka Septuaginta disebut juga Perjanjian Lama Yunani. Terjemahan ini dikutip berkali-kali dalam Perjanjian Baru,[1][2] terutama dalam surat-surat Paulus,[3] dan juga oleh para Bapa Apostolik serta Bapa Gereja Yunani. Judul ini (Yunani: Ἡ μετάφρασις τῶν Ἑβδομήκοντα, "Terjemahan dari Ketujuh puluh") dan akronim angka Romawi LXX merujuk pada tujuh puluh cendekiawan Yahudi legendaris yang menerjemahkan Lima Kitab Musa pada abad ke-3 SM.[4][5]

Fragmen sebuah Septuaginta: satu kolom teks uncial dari 1 Esdras dalam Kodeks Vaticanus (ca 325–350 M), yang menjadi dasar terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris dan edisi Yunani karya Sir Lancelot Charles Lee Brenton.

Cerita tradisionalnya berasal dari Surat Aristeas bahwa Ptolemaios II Philadelphos merupakan orang yang mensponsori penerjemahan Taurat (Torah, Pentateukh, Lima Kitab Musa). Selanjutnya terjemahan Yunani tersebut beredar di kalangan Yahudi Aleksandria yang mana fasih berbahasa Yunani Koine tetapi tidak menguasai bahasa Ibrani, sementara Yunani Koine sendiri merupakan lingua franca (bahasa pergaulan) di Aleksandria, Mesir, dan Mediterania Timur pada saat itu.[6]

Septuaginta seharusnya tidak dicampuradukkan dengan tujuh atau lebih versi Yunani lainnya dari Perjanjian Lama,[4] yang sebagian besarnya tidak dapat terlestarikan selain dalam bentuk fragmen (beberapa bagian darinya dikenali dari Heksapla karya Origen, suatu perbandingan enam terjemahan dalam kolom-kolom yang bersebelahan, tetapi sekarang hampir seluruhnya hilang). Di antara semuanya itu, yang paling penting adalah karya-karya dari Akwila, Symmakus, dan Theodotion.

Nama Septuaginta berasal dari frasa Latin versio septuaginta interpretum, "terjemahan dari ketujuh puluh juru bahasa", Yunani: ἡ μετάφρασις τῶν ἑβδομήκοντα, hē metáphrasis tōn hebdomḗkonta, "terjemahan dari ketujuh puluh".[7] Namun terjemahan Yunani dari kitab-kitab Yahudi ini sudah disebut dengan istilah Latin "Septuaginta" sebelum zaman St. Agustinus dari Hippo (354–430 M). Angka Romawi LXX (tujuh puluh) biasa digunakan sebagai suatu singkatan dari Septuaginta, seperti halnya  [8] atau G.

Komposisi

sunting

Legenda

sunting
 
Bagian awal Surat Aristeas kepada Filokrates; Perpustakaan Vatikan, abad ke-11.

Judul-judul ini mengacu pada sebuah cerita legendaris yang mengisahkan mengenai 70 atau 72 cendekiawan Yahudi yang diminta oleh Ptolemaios II Philadelphos (seorang raja Yunani di Mesir) untuk menerjemahkan Taurat dari bahasa Ibrani Biblika ke bahasa Yunani, untuk dimasukkan dalam Perpustakaan Aleksandria.[9]

Legenda ini pertama kali ditemukan dalam Surat Aristeas (sebuah pseudopigrafa) kepada Filokrates saudaranya,[10] dan diulangi dengan tambahan-tambahan menarik oleh Filo dari Aleksandria, Flavius Yosefus,[11][12] dan beragam sumber di kemudian hari, termasuk St. Agustinus.[13] Suatu versi dari legenda ini ditemukan dalam Traktat Megillah dari Talmud Babilonia:

Pada suatu waktu Raja Ptolelemaios mengumpulkan 72 Tetua. Ia menempatkan mereka dalam 72 bilik, masing-masing dalam satu bilik terpisah, tanpa mengungkapkan kepada mereka kenapa mereka dipanggil. Ia masuk ke dalam kamar setiap orang dan berkata: "Tuliskan bagiku Torah dari Moshe, gurumu". Allah menaruhnya dalam hati mereka masing-masing agar menerjemahkan secara identik seperti yang dilakukan semua yang lain.[5]

Filo dari Aleksandria, yang mana sangat bergantung pada Septuaginta,[14] mengatakan bahwa sejumlah cendekiawan tersebut dipilih dengan cara memilih enam cendekiawan dari masing-masing kedua belas suku Israel.

Sejarah

sunting

Penanggalan abad ke-3 SM, yang ditunjukkan dalam legenda tersebut, didukung (untuk penerjemahan Taurat) oleh sejumlah faktor, misalnya keberadaan bahasa Yunani dari dialek Koine awal, kutipan-kutipan yang dimulai sejak abad ke-2 SM, naskah-naskah awal dari abad ke-2.[15][16]

Setelah Taurat, kitab-kitab lainnya diterjemahkan dalam rentang waktu dua sampai tiga abad berikutnya. Namun tidak jelas sepenuhnya di mana, kapan, atau yang mana yang diterjemahkan; beberapa di antaranya bahkan mungkin saja diterjemahkan dua kali ke dalam versi yang berbeda, dan kemudian direvisi.[17] Kualitas dan gaya dari masing-masing penerjemah juga cukup bervariasi antara kitab satu dengan yang lainnya, mulai dari cara penerjemahan harfiah, parafrase, sampai interpretatif.

Proses penerjemahan Septuaginta itu sendiri dan dari Septuaginta ke dalam versi-versi lainnya dapat dibagi menjadi beberapa tahap yang berbeda, di mana lingkungan sosial para penerjemah bergeser dari Yudaisme Helenistik ke Kekristenan Awal. Penerjemahan Septuaginta sendiri dimulai pada abad ke-3 SM dan terselesaikan pada tahun 132 SM,[18][19][20] awalnya di Aleksandria, tetapi kemudian di tempat lain juga.[7] Septuaginta merupakan dasar bagi Perjanjian Lama Kristen versi Latin Kuno, Slavonik, Suriah, Armenia Kuno, Georgia Kuno, dan Koptik.[21]

Bahasa

sunting

Beberapa bagian dari Septuaginta mungkin menunjukkan Semitisme, atau ungkapan dan frase yang berdasarkan rumpun bahasa Semit seperti bahasa Ibrani dan Aramaik.[22] Kitab-kitab lainnya, seperti Kitab Daniel dan Amsal, menunjukkan pengaruh bahasa Yunani yang lebih besar.[9] Bahasa Yunani Koine Yahudi dijumpai terutama sebagai suatu kategori literatur, atau kategori budaya; namun, terlepas dari adanya beberapa kosakata keagamaan yang berbeda, perbedaannya tidak terlalu besar dibandingkan dengan varian lainnya dari bahasa Yunani Koine sehingga tidak dapat disebut sebagai suatu dialek tersendiri.

Septuaginta juga dapat menjelaskan pelafalan dari bahasa Ibrani pra-Masoretik: banyak nama diri dieja dengan huruf hidup Yunani dalam LXX, sedangkan teks-teks Ibrani modern tidak memiliki penunjuk huruf hidup.[23] Namun tidak semua pengucapan bahasa Ibrani kuno memiliki padanan yang persis sama dalam bahasa Yunani.[24]

Perdebatan mengenai kanonisitas

sunting

Seiring perkembangan karya penerjemahan, kanon dari Alkitab Yunani diperluas. Taurat (Pentateukh dalam bahasa Yunani) selalu dipertahankan keutamaannya sebagai dasar dari kanon tersebut; tetapi kumpulan tulisan nubuat atau kenabian, berdasarkan Nevi'im Yahudi, memiliki berbagai karya hagiografikal yang dimasukkan ke dalamnya.

Selain itu, beberapa kitab yang lebih baru dimasukkan dalam Septuaginta: yang disebut anagignoskomena dalam bahasa Yunani, karena kitab-kitab tersebut tidak termasuk dalam kanon Yahudi. Di antara kitab-kitab tersebut misalnya Kitab Makabe dan Kebijaksanaan Yesus bin Sirakh. Versi Septuaginta dari beberapa kitab biblika, seperti Kitab Daniel dan Ester, juga lebih panjang dari yang terdapat dalam Teks Masoret.[25]

Tidak diketahui kapan Ketuvim ("tulisan-tulisan"), bagian akhir dari tiga bagian kanon Yahudi, disusun; meskipun beberapa macam proses selektif seharusnya telah diterapkan karena Septuaginta tidak memasukkan dokumen-dokumen Yahudi terkenal lainnya seperti Kitab Henokh, Yobel, atau tulisan lain yang tidak termasuk kanon Yahudi. (kitab-kitab ini sekarang digolongkan sebagai Pseudopigrafa)

Sejak Abad Kuno Akhir, pernah dikaitkan dengan Konsili Yamnia, kaum Yudaisme Rabinik arus utama menolak Septuaginta sebagai teks kitab suci Yahudi yang valid karena beberapa alasan. Alasan pertama, mereka memastikan adanya beberapa kesalahan penerjemahan.[14] Alasan kedua, teks-teks sumber berbahasa Ibrani yang digunakan Septuaginta dalam beberapa kasus (terutama Kitab Daniel) berbeda dengan tradisi Masoretik teks-teks Ibrani, yang mana disahkan kanonisitasnya oleh para rabi Yahudi. Alasan ketiga, para rabi ingin membedakan tradisi mereka dengan tradisi Kekristenan yang baru saja terbentuk.[2][20] Kemudian para rabi tersebut mengklaim bahasa Ibrani sebagai suatu otoritas ilahi, berbeda dengan bahasa Yunani atau Aramaik —kendati bahasa-bahasa ini merupakan bahasa sehari-hari kaum Yahudi selama periode tersebut. Namun, pada akhirnya, Aramaik juga diberi status sebagai bahasa suci, setara dengan bahasa Ibrani).[26] Sebagai akibat dari doktrin ini, berbagai terjemahan dari Torah ke dalam bahasa Yunani Koine oleh para rabi Yahudi hanya terlestarikan berupa framen-fragmen langka saja pada masa kini.

Seiring berjalannya waktu, LXX menjadi identik dengan "Perjanjian Lama Yunani", yakni kanon dari tulisan-tulisan Kristen yang memasukkan semua kitab dari kanon Yahudi beserta teks-teks tambahan. Gereja Ortodoks Timur dan Katolik Roma memasukkan sebagian besar kitab-kitab yang termasuk dalam Septuaginta ke dalam kanon mereka; namun gereja-gereja Protestan pada umumnya tidak memasukkannya. Setelah Reformasi Protestan, banyak Alkitab Protestan mulai mengikuti kanon Yahudi dan tidak memasukkan teks-teks tambahan tersebut, yang kemudian disebut "Apokrifa" (awalnya berarti "tersembunyi", tetapi menjadi disamakan artinya dengan "yang keabsahannya dipertanyakan"). Apokrifa tersebut disertakan dengan suatu judul tersendiri dalam Alkitab Versi Raja James, yang merupakan dasar bagi Revised Standard Version.[27]

Bentuk akhir

sunting
Lihat pula Daftar kitab di bawah.

Semua kitab Perjanjian Lama dalam kanon-kanon Barat termasuk dalam Septuaginta, meskipun urutannya tidak selalu bersesuaian. Pengurutan kitab-kitab Perjanjian Lama dalam Septuaginta terlihat dalam Alkitab-alkitab Kristen paling awal (pada abad ke-4).[9]

Beberapa kitab yang dipisahkan dalam teks Masoretik dikelompokkan bersama. Sebagai contoh, Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja merupakan satu kitab dalam LXX yang dibagi menjadi 4 bagian yang disebut Βασιλειῶν ("Reigns", "Masa-masa Meraja"). Dalam LXX, Kitab Tawarikh merupakan pelengkap Reigns dan disebut Paralipomenon (Παραλειπομένων, hal-hal yang dikesampingkan). Septuaginta menata nabi-nabi kecil dalam 12 bagian dari satu Kitab Dua Belas (Book of the Twelve).[9]

Beberapa kitab suci kuno ditemukan dalam Septuaginta namun tidak ada dalam Alkitab Ibrani. Kitab-kitab tambahan ini yaitu Kitab Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Kebijaksanaan Yesus bin Sirakh, Barukh, Surat Yeremia (kemudian menjadi Barukh bab 6 dalam Vulgata), penambahan pada Daniel (Doa Azarias, Lagu Ketiga Pemuda, Susana, Bel dan Naga), penambahan pada Ester, 1 Makabe, 2 Makabe, 3 Makabe, 4 Makabe, 1 Esdras, Syair Pujian, termasuk Doa Manasye, Mazmur Salomo, dan Mazmur 151.

Penerimaan kanonik atas kitab-kitab ini bervariasi di antara berbagai tradisi Kristen yang berbeda, dan ada juga kitab-kitab kanonik yang tidak berasal dari Septuaginta. Informasi lebih lanjut mengenai kitab-kitab ini termuat dalam artikel apokrifa Alkitab, kanon Alkitab, kitab-kitab dalam Alkitab, dan kitab-kitab Deuterokanonika.

Penggabungan dari Theodotion

sunting

Dalam kebanyakan salinan kuno Alkitab yang memuat Perjanjian Lama versi Septuaginta, Kitab Daniel bukanlah versi asli Septuaginta, tetapi merupakan suatu salinan terjemahan Theodotion dari Alkitab Ibrani, yang mana lebih menyerupai Teks Masoret. Versi Septuaginta tersebut digantikan untuk mendukung versi Theodotion pada abad ke-2 dan ke-3 M. Di daerah-daerah yang menggunakan bahasa Yunani, hal ini terjadi sekitar abad ke-2 akhir, dan di daerah-daerah berbahasa Latin (setidaknya di Afrika Utara) terjadi pada pertengahan abad ke-3. Sejarah tidak mencatat alasan mengenai hal ini, dan St. Hieronimus melaporkan, dalam kata pengantar Daniel versi Vulgata, "Hal ini terjadi begitu saja".[28] Beberapa teks Yunani Kuno dari Kitab Daniel telah ditemukan kembali baru-baru ini dan sekarang sedang berlangsung pekerjaan rekonstruksi bentuk asli dari kitab tersebut.[9]

Ezra–Nehemia kanonik dikenal dalam Septuaginta sebagai "Esdras B", dan 1 Esdras adalah "Esdras A". 1 Esdras adalah suatu teks yang sangat mirip dengan kitab-kitab Ezra-Nehemia, dan para ahli menganggap secara luas keduanya berasal dari teks asli yang sama. Ada pandangan, dan dianggap sangat mungkin oleh para ahli, bahwa "Esdras B" (Ezra-Nehemia kanonik) adalah versi Theodotion dari materi ini, dan "Esras A" adalah versi yang sebelumnya terdapat dalam Septuaginta itu sendiri.[28]

Penggunaan

sunting

Penggunaan di kalangan Yahudi

sunting

Kaum Yahudi pra-Kristen, Filo dan Yosefus menanggap Septuaginta berada pada kedudukan yang sama dengan teks Ibrani.[9][29] Naskah-naskah Septuaginta ditemukan di antara Gulungan Naskah Qumran di Laut Mati, dan dianggap telah digunakan di kalangan orang-orang Yahudi pada masa itu.

Mulai sejak abad ke-2 M, beberapa faktor telah menyebabkan kebanyakan orang Yahudi meninggalkan penggunaan LXX. Umat Kristen awal yang bukan Yahudi menggunakan LXX karena merupakan satu-satunya Alkitab versi Yunani pada masa itu, dan sebagian besar (atau semuanya) dari mereka tidak dapat dapat membaca bahasa Ibrani. Asosiasi LXX dengan suatu agama saingan mungkin membuatnya dicurigai dalam pandangan para cendekiawan Yahudi dan orang-orang Yahudi dari generasi yang lebih baru.[21] Sebaliknya, kaum Yahudi menggunakan naskah-naskah Targum yang belakangan disusun oleh kaum Masoret; dan juga terjemahan-terjemahan Aramaik otoritatif, seperti karya-karya Onkelos dan Rabi Yonatan ben Uziel.[30]

Orang-orang Yahudi berbahasa Yunani sendiri cenderung lebih memilih versi-versi Yahudi lainnya yang berbahasa Yunani, daripada LXX, seperti hasil terjemahan Akwila pada abad ke-2, yang tampaknya lebih sesuai dengan teks-teks Ibrani masa kini.[21]

Penggunaan di kalangan Kristen

sunting

Gereja Kristen Awal menggunakan teks-teks Yunani,[31] karena bahasa Yunani merupakan suatu lingua franca (bahasa sehari-hari) dalam Kekaisaran Romawi pada saat tersebut, dan bahasa dari Gereja Yunani-Romawi (Aramaik merupakan bahasa dari Kekristenan Suriah, yang mana menggunakan Targumim).

Hubungan antara penggunaan Perjanjian Lama pada zaman para rasul, misalnya, Septuaginta dan teks-teks Ibrani yang sekarang telah hilang (meskipun dalam tingkatan dan bentuk tertentu dilanjutakan dalam tradisi Masoretik) adalah hal yang rumit. Tampaknya Septuaginta menjadi satu sumber utama bagi para Rasul, walaupun bukan satu-satunya. St Hieronimus menyajikan Matius 2:15 dan 2:23, Yohanes 19:37, Yohanes 7:38, 1 Korintus 2:9[32] sebagai contoh-contoh ayat yang tidak ditemukan dalam Septuaginta, tetapi terdapat dalam teks-teks Ibrani. Matius 2:23 juga tidak terdapat dalam tradisi Masoretik saat ini, kendati St. Hieronimus menganggapnya terdapat dalam Yesaya 11:1. Para penulis Perjanjian Baru, ketika mengutip kitab-kitab suci Yahudi, atau ketika menyebut Yesus melakukannya, dengan bebas menggunakan terjemahan Yunani, sehingga mengisyaratkan bahwa Yesus, para Rasul-Nya, dan pengikut-pengikut mereka menganggapnya dapat diandalkan.[2][3][22]

Dalam Gereja perdana, anggapan bahwa Septuaginta diterjemahkan oleh orang-orang Yahudi sebelum zaman Kristus, dan bahwa di beberapa tempat tertentu Septuaginta lebih memberikan suatu penafsiran kristologis daripada teks-teks Ibrani abad ke-2, digunakan sebagai bukti bahwa orang-orang Yahudi telah mengubah teks Ibrani dengan suatu cara tertentu sehingga membuatnya kurang kristologis. Sebagai contoh, tulisan St. Ireneus tentang Yesaya 7:14: Septuaginta dengan jelas menuliskan bahwa seorang perawan (bahasa Yunani: παρθένος) yang akan mengandung.[33] Sedangkan teks Ibraninya, menurut Ireneus, pada waktu itu ditafsirkan oleh Theodotion dan Akwila (keduanya adalah proselit dari agama Yahudi) sebagai seorang perempuan muda yang akan mengandung. Menurut Ireneus, kaum Ebionit menggunakan hal ini untuk mengklaim bahwa Yusuf adalah ayah biologis Yesus. Dari sudut pandangnya hal tersebut murni ajaran sesat, difasilitasi oleh perubahan-perubahan anti Kristen (di kemudian hari) terhadap kitab suci dalam bahasa Ibrani, sebagaimana terlihat pada bukti yang termuat dalam Septuaginta yang lebih dahulu ada, sebelum adanya Kekristenan.[34]

Ketika Hieronimus melakukan revisi terjemahan-terjemahan Latin Kuno (Vetus Latina) dari Septuaginta, ia membandingkan Septuaginta dengan teks-teks Ibrani yang tersedia belakangan. Ia tidak mengikuti tradisi gereja dan menerjemahkan sebagian besar Perjanjian Lama (Vulgata) dari teks Ibrani, bukannya Yunani. Pilihannya itu dikritik oleh Agustinus, yang hidup sezaman dengannya; banyak kritikan lain berasal dari mereka yang menganggap Hieronimus sebagai seorang pemalsu. Di satu sisi ia menganggap teks-teks Ibrani lebih unggul untuk mengoreksi Septuaginta baik dengan alasan teologis maupun filologis; di sisi lain, dalam konteks tuduhan bidah terhadapnya, Hieronimus mengakui teks Septuaginta juga.[35] Dengan berlalunya waktu, penerimaan atas versi Hieronimus meningkat secara bertahap hingga menggantikan terjemahan-terjemahan Latin Kuno dari Septuaginta.[21]

Gereja Ortodoks Timur masih lebih suka menggunakan LXX sebagai dasar penerjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa-bahasa lain. Selain itu, Ortodoks Timur juga menggunakan LXX tanpa diterjemahkan sama sekali pada Gereja di mana bahasa liturgisnya adalah Yunani, misalnya dalam Gereja Ortodoks Konstantinopel, Gereja Yunani, dan Gereja Siprus. Terjemahan-terjemahan kritis dari Perjanjian Lama, jika Teks Masoret digunakan sebagai dasar penerjemahan, tetap menggunakan Septuaginta — serta versi-versi lainnya — sebagai rujukan untuk merekonstruksi makna dari teks Ibrani yang tidak jelas, korup, atau membingungkan.[21] Sebagai contoh, Kata Pengantar Alkitab Yerusalem Baru menuliskan, "Hanya jika [Teks Masoret] ini menyajikan kesulitan-kesulitan tak teratasi memiliki perbaikan atau versi lainnya, seperti ..., LXX digunakan."[36] Kata Pengantar Penerjemah dari New International Version menuliskan: "Para penerjemah menelusuri versi-versi awal yang lebih penting (termasuk) Septuaginta ... Bacaan-bacaan dari versi-versi ini adakalanya diikuti jika MT tampak meragukan ..."[37]

Sejarah tekstual

sunting

Daftar kitab

sunting
Perjanjian Lama
Ortodoks [7][38][39]
Nama berbasis
bahasa Yunani
Nama Inggris
konvensional
Bahasa
Indonesia
Hukum
Γένεσις Génesis Genesis Kitab Kejadian
Ἔξοδος Éxodos Exodus Kitab Keluaran
Λευϊτικόν Leuitikón Leviticus Kitab Imamat
Ἀριθμοί Arithmoí Numbers Kitab Bilangan
Δευτερονόμιον Deuteronómion Deuteronomy Kitab Ulangan
Sejarah
Ἰησοῦς Nαυῆ Iêsous Nauê Joshua Kitab Yosua
Κριταί Kritaí Judges Kitab Hakim-hakim
Ῥούθ Roúth Ruth Kitab Rut
Βασιλειῶν Αʹ[40] I Reigns I Samuel Kitab 1 Samuel
Βασιλειῶν Βʹ II Reigns II Samuel Kitab 2 Samuel
Βασιλειῶν Γʹ III Reigns I Kings Kitab 1 Raja-raja
Βασιλειῶν Δʹ IV Reigns II Kings Kitab 2 Raja-raja
Παραλειπομένων Αʹ I Paralipomenon[41] I Chronicles Kitab 1 Tawarikh
Παραλειπομένων Βʹ II Paralipomenon II Chronicles Kitab 2 Tawarikh
Ἔσδρας Αʹ I Esdras 1 Esdras; Kitab 1 Esdras
Ἔσδρας Βʹ II Esdras Ezra-Nehemiah Kitab Ezra–Nehemia
Τωβίτ[42] Tobit Tobit or Tobias Kitab Tobit
Ἰουδίθ Ioudith Judith Kitab Yudit
Ἐσθήρ Esther Esther with additions Kitab Ester dengan tambahan
Μακκαβαίων Αʹ I Maccabees (I Makkabees) 1 Maccabees Kitab 1 Makabe
Μακκαβαίων Βʹ II Maccabees (II Makkabees) 2 Maccabees Kitab 2 Makabe
Μακκαβαίων Γʹ III Maccabees (III Makkabees) 3 Maccabees Kitab 3 Makabe
Hikmat
Ψαλμοί Psalms Psalms Kitab Mazmur
Ψαλμός ΡΝΑʹ Psalm 151 Psalm 151 Mazmur 151
Προσευχὴ Μανάσση Prayer of Manasseh Prayer of Manasseh Doa Manasye
Ἰώβ Iōb Job Kitab Ayub
Παροιμίαι Proverbs Proverbs Kitab Amsal
Ἐκκλησιαστής Ecclesiastes Ecclesiastes Kitab Pengkhotbah
Ἆσμα Ἀσμάτων Song of Songs Song of Solomon Kitab Kidung Agung
Σοφία Σαλoμῶντος Wisdom of Solomon Wisdom Kitab Kebijaksanaan Salomo
Σοφία Ἰησοῦ Σειράχ Wisdom of Jesus the son of Seirach Sirach or Ecclesiasticus Kitab Yesus bin Sirakh
Ψαλμοί Σαλoμῶντος Psalms of Solomon Psalms of Solomon[43] Mazmur dari Salomo
Nabi-nabi
Δώδεκα The Twelve Minor Prophets Nabi-nabi Kecil
Ὡσηέ Αʹ I. Osëe Hosea Kitab Hosea
Ἀμώς Βʹ II. Ämōs Amos Kitab Amos
Μιχαίας Γʹ III. Michaias Micah Kitab Mikha
Ἰωήλ Δʹ IV. Ioel Joel Kitab Yoel
Ὀβδίου Εʹ[44] V. Obdias Obadiah Kitab Obaja
Ἰωνᾶς Ϛ' VI. Ionas Jonah Kitab Yunus
Ναούμ Ζʹ VII. Naoum Nahum Kitab Nahum
Ἀμβακούμ Ηʹ VIII. Ambakum Habakkuk Kitab Habakuk
Σοφονίας Θʹ IX. Sophonias Zephaniah Kitab Zefanya
Ἀγγαῖος Ιʹ X. Ängaios Haggai Kitab Hagai
Ζαχαρίας ΙΑʹ XI. Zacharias Zachariah Kitab Zakharia
Ἄγγελος ΙΒʹ XII. Messenger Malachi Kitab Maleakhi
Ἠσαΐας Hesaias Isaiah Kitab Yesaya
Ἱερεμίας Hieremias Jeremiah Kitab Yeremia
Βαρούχ Baruch Baruch Kitab Barukh
Θρῆνοι Lamentations Lamentations Kitab Ratapan
Ἐπιστολή Ιερεμίου Epistle of Jeremiah Letter of Jeremiah Surat Nabi Yeremia
Ἰεζεκιήλ Iezekiêl Ezekiel Kitab Yehezkiel
Δανιήλ Daniêl Daniel with additions Kitab Daniel dengan tambahan
Lampiran
Μακκαβαίων Δ' Παράρτημα IV Maccabees (IV Makkabees) 4 Maccabees[45] Kitab 4 Makabe

Analisis tekstual

sunting
 
Hubungan timbal-balik antara berbagai naskah kuno penting dari Perjanjian Lama (beberapa diidentifikasi dengan siglum). LXX di sini menunjukkan Septuaginta yang asli.

Keilmuan modern menyatakan bahwa LXX ditulis antara abad ke-3 sampai abad ke-1 SM. Namun hampir semua upaya penanggalan atas kitab-kitab tertentu, kecuali Taurat (awal hingga pertengahan abad ke-3 SM), sifatnya tentatif dan tanpa konsensus.[9]

Orang-orang Yahudi di kemudian hari yang membuat berbagai turunan (recension) dan revisi atas penerjemahan teks Ibrani ke Yunani terbukti telah melakukannya dengan baik, yang paling terkenal adalah: Akwila (128 M), Symmakus, dan Theodotion. Ketiganya, dalam berbagai tingkat berbeda, melakukan penerjemahan secara lebih harfiah atas kitab-kitab suci Ibrani pada zaman mereka bila dibandingkan dengan teks-teks Yunani Lama (Old Greek, maksudnya teks-teks terjemahan Yunani awal). Para akademisi modern menganggap setidaknya seorang dari ketiga penerjemah tersebut menghasilkan Alkitab Ibrani dalam versi-versi Yunani yang benar-benar baru.[46]

Sekitar tahun 235 M, Origen, seorang akademisi Kristen di Aleksandria, menyelesaikan Heksapla karyanya, sebuah perbandingan yang komprehensif atas teks Ibrani dan versi-versi kuno secara paralel dalam 6 kolom, dengan penandaan diakritikal ("tanda penyunting", "tanda kritis" atau "simbol Aristarkhus"). Banyak dari karyanya ini yang telah hilang, tetapi beberapa kompilasi dari fragmen-fragmen tersebut masih terlestarikan. Kolom pertama berupa teks Ibrani kontemporer, kolom kedua berupa transliterasi Yunani darinya, lalu masing-masing versi Yunani yang lebih baru pada kolomnya tersendiri. Origen juga membuat suatu kolom untuk teks Yunani Lama (maksudnya Septuaginta) dan di sebelahnya adalah suatu apparatus criticus (sumber primer dan penting) yang memadukan bacaan-bacaan dari semua versi Yunani beserta tanda-tanda diakritik yang menunjukkan asal versi dari masing-masing baris (bahasa Yunani: στίχος).[47] Heksapla yang sangat tebal itu kemungkinan tidak pernah disalin secara keseluruhan, tetapi teks gabungan karya Origen ("kolom kelima") sering disalin; pada akhirnya penyalinan dilakukan tanpa tanda-tanda penyuntingan, dan teks LXX yang lebih lama itu menjadi terabaikan. Dengan demikian teks gabungan ini menjadi turunan utama LXX Kristen yang pertama, sering kali disebut Hexaplar recension. Pada abad berikutnya setelah Origen, dua turunan utama lainnya diidentifikasi oleh St. Hieronimus, yang mengaitkan keduanya ini dengan St. Lusianus dan Hesikhius.[9]

Naskah

sunting

Naskah-naskah tertua LXX antara lain fragmen-fragmen Imamat dan Ulangan (Rahlfs nos. 801, 819, dan 957) dari abad ke-2 SM; dan fragmen-fragmen Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, dan Nabi-nabi Kecil (Alfred Rahlfs nos. 802, 803, 805, 848, 942, dan 943) dari abad ke-1 SM. Naskah-naskah LXX yang relatif lengkap antara lain Kodeks Vaticanus dari abad ke-4 M dan Kodeks Alexandrinus dari abad ke-5 M. Semuanya ini merupakan naskah-naskah tertua yang hampir lengkap dari Perjanjian Lama dalam berbagai bahasa dan masih terlestarikan; teks-teks Ibrani tertua yang lengkap, dan masih ada hingga saat ini, berasal dari sekitar 600 tahun kemudian, dari paruh pertama abad ke-10.[21][48] Kodeks Sinaiticus dari abad ke-4 juga terlestarikan sebagian, dan masih mengandung banyak teks Perjanjian Lama.[49] Walaupun ada berbagai perbedaan antara ketiga kodeks ini, konsensus keilmuan masa kini menganggap bahwa satu LXX — yaitu terjemahan asli pra-Kristen — menjadi dasar atas ketiganya. Beragam turunan dan revisi dari kalangan Yahudi, serta kalangan Kristen di kemudian hari, berperan atas perbedaan-perbedaan dari semua kodeks tersebut.[9]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ (Inggris) Nicole, Roger - New Testament Use of the Old Testament Revelation and the Bible, ed. Carl. F.H. Henry (Grand Rapids: Baker, 1958), pp. 137-151.
  2. ^ a b c (Inggris) "Bible Translations – The Septuagint". JewishEncyclopedia.com. Diakses tanggal 10 February 2012. 
  3. ^ a b (Inggris) "Paul, the Apostle of the Heathen". JewishEncyclopedia.com. Diakses tanggal 10 February 2012. 
  4. ^ a b (Inggris) "Bible Translations – The Septuagint". JewishEncyclopedia.com. Diakses tanggal 29 October 2012. 
  5. ^ a b (Inggris) Tractate Megillah, pages 9a-9b. The Talmud identifies fifteen specific unusual translations made by the scholars, but only two of these translations are found in the extant LXX.
  6. ^ (Inggris) Jewish Encyclopedia: Hellenism: Range of Hellenic Influence
  7. ^ a b c (Inggris) Karen H. Jobes and Moises Silva (2001). Invitation to the Septuagint. Paternoster Press. ISBN 1-84227-061-3. 
  8. ^ Misalnya pada Biblia Hebraica Stuttgartensia
  9. ^ a b c d e f g h i (Inggris) Jennifer M. Dines, The Septuagint, Michael A. Knibb, Ed., London: T&T Clark, 2004.
  10. ^ (Inggris) Davila, J (2008). "Aristeas to Philocrates". Summary of lecture by Davila, February 11, 1999. University of St. Andrews, School of Divinity. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-18. Diakses tanggal 19 June 2011. 
  11. ^ (Inggris) Flavius Josephus. Antiquities of the Jews. 
  12. ^ (Inggris) William Whiston (1998). The Complete Works of Josephus. T. Nelson Publishers. ISBN 0-7852-1426-7. 
  13. ^ (Inggris) Augustine of Hippo, The City of God 18.42.
  14. ^ a b (Inggris) "Bible Translations – The Septuagint". JewishEncyclopedia.com. Diakses tanggal 10 February 2012. 
  15. ^ (Inggris) J.A.L. Lee, A Lexical Study of the Septuagint Version of the Pentateuch (Septuagint and Cognate Studies, 14. Chico, CA: Scholars Press, 1983; Reprint SBL, 2006)
  16. ^ (Inggris) Jennifer Mary Dines (2004). "The Septuagint". A&C Black. ISBN 9780567084644. 
  17. ^ (Inggris) Joel Kalvesmaki, The Septuagint
  18. ^ (Inggris) Life after death: a history of the afterlife in the religions of the West (2004), Anchor Bible Reference Library, Alan F. Segal, p.363
  19. ^ (Prancis) Gilles Dorival, Marguerite Harl, and Olivier Munnich, La Bible grecque des Septante: Du judaïsme hellénistique au christianisme ancien (Paris: Cerfs, 1988), p.111
  20. ^ a b (Jerman) Verband der Deutschen Juden (Hrsg.), neu hrsg. von Walter Homolka, Walter Jacob, Tovia Ben Chorin: Die Lehren des Judentums nach den Quellen; München, Knesebeck, 1999, Bd.3, S. 43ff
  21. ^ a b c d e f (Inggris) Ernst Würthwein, The Text of the Old Testament, trans. Errol F. Rhodes, Grand Rapids, Mich.: Wm. Eerdmans, 1995.
  22. ^ a b (Inggris) H. B. Swete, An Introduction to the Old Testament in Greek, revised by R.R. Ottley, 1914; reprint, Peabody, Mass.: Hendrickson, 1989.
  23. ^ (Inggris) Hoffman, Book Review, 2004. Diarsipkan 2015-11-25 di Wayback Machine.
  24. ^ (Inggris) Paul Joüon, SJ, A Grammar of Biblical Hebrew, trans. and revised by T. Muraoka, vol. I, Rome: Editrice Pontificio Instituto Biblico, 2000.
  25. ^ (Inggris) Rick Grant Jones, Various Religious Topics, "Books of the Septuagint", (Accessed 2006.9.5).
  26. ^ (Inggris) Mishnah Sotah (7:2–4 and 8:1), among many others, discusses the sacredness of Hebrew, as opposed to Aramaic or Greek. This is comparable to the authority claimed for the original Arabic Koran according to Islamic teaching.
  27. ^ (Inggris) "NETS: Electronic Edition". Ccat.sas.upenn.edu. 2011-02-11. Diakses tanggal 13 August 2012. 
  28. ^ a b Artikel ini memuat teks dari Encyclopaedia Biblica (1903), artikel "TEXT AND VERSIONS", suatu penerbitan yang sekarang berada dalam ranah publik.
  29. ^ (Inggris) Alexander Zvielli, Jerusalem Post, June 2009, pp. 37
  30. ^ (Inggris) Natalio Fernández Marcos, The Septuagint in Context: Introduction to the Greek Bible, Leiden: Brill, 2000.
  31. ^ "Terjemahan ini, yang kadang tidak mengikuti penggunaan lazim bahasa Ibrani, jelas dibuat dari suatu naskah sumber yang berbeda jauh di sejumlah bagian dengan naskah yang menjadi sumber Teks Masoret dari golongan Masorah (..) Namun, dua hal membuat Septuaginta lambat laun tidak disukai oleh orang Yahudi. Perbedaannya dengan naskah yang diterima (kemudian disebut Teks Masoret) terlalu nyata; dan karenanya tidak dapat menjadi dasar diskusi teologi atau tafsiran homiletik (khotbah). Kesangsian ini diperkuat dengan fakta bahwa terjemahan ini diterima sebagai Tulisan Suci oleh kepercayaan baru yaitu Kekristenan (..) Sejalan dengan waktu terjemahan ini menjadi kanon (diakui resmi sebagai) Alkitab Yunani (..) Terjamahan ini menjadi bagian dari Alkitab di Gereja Kristen." (Inggris) "Bible Translations – The Septuagint". JewishEncyclopedia.com. Diakses tanggal 10 February 2012. 
  32. ^ St. Jerome, Apology Book II.
  33. ^ (Inggris) Paulkovich, Michael (2012), No Meek Messiah, Spillix Publishing, hlm. 24, ISBN 0988216116 
  34. ^ Irenaeus, Against Herecies Book III.
  35. ^ (Inggris) Rebenich, S., Jerome (Routledge, 2013), p. 58. ISBN 978-1-134-63844-4
  36. ^ (Inggris) New Jerusalem Bible Readers Edition, 1990: London, citing the Standard Edition of 1985
  37. ^ (Inggris) "Life Application Bible" (NIV), 1988: Tyndale House Publishers, using "Holy Bible" text, copyright International Bible Society 1973
  38. ^ (Inggris) Timothy McLay, The Use of the Septuagint in New Testament Research ISBN 0-8028-6091-5. — The current standard introduction on the NT & LXX.
  39. ^ Kanon dari LXX Yunani Kuno asli masih diperdebatkan. Tabel ini berisi kanon Perjanjian Lama yang digunakan dalam Gereja Ortodoks.
  40. ^ Βασιλειῶν (Basileiōn) adalah kata ganti kepunyaan jamak dari Βασιλεῖα (Basileia).
  41. ^ Yaitu, Hal-hal yang dipisahkan di samping dari Ἔσδρας Αʹ.
  42. ^ Juga disebut Τωβείτ atau Τωβίθ dalam sejumlah sumber.
  43. ^ Tidak ada dalam Kanon Ortodoks, tetapi asalnya termasuk ke dalam LXX. http://ccat.sas.upenn.edu/nets/edition/
  44. ^ Obdiou adalah bentuk kata kepunyaan dari "Penglihatan dari Obdias," kata-kata yang mengawali kitab ini.
  45. ^ Asalnya ditempatkan setelah 3 Makabe dan sebelum Mazmur, tetapi dalam Kanon Ortodoks ditempatkan di lampiran.
  46. ^ Bandingkan Dines, yang hanya meyakini karya Symmakus sebagai sebuah versi yang benar-benar baru, dengan Würthwein, yang hanya menganggap karya Theodotion sebagai suatu revisi, dan itu pun mungkin sebuah versi non-LXX yang lebih awal.
  47. ^ (Inggris) Jerome, From Jerome, Letter LXXI (404 CE), NPNF1-01. The Confessions and Letters of St. Augustin, with a Sketch of his Life and Work, Phillip Schaff, Ed.
  48. ^ Disebabkan oleh praktik menguburkan gulungan-gulungan Taurat yang dibatalkan penggunaannya karena usia, umumnya setelah 300-400 tahun.
  49. ^ Würthwein, op. cit., pp. 73 & 198.

Bacaan lanjutan

sunting
  • (Inggris) Timothy Michael Law, When God Spoke Greek, Oxford University Press, 2013.
  • (Inggris) Eberhard Bons and Jan Joosten, eds. Septuagint Vocabulary: Pre-History, Usage, Reception (Society of Biblical Literature; 2011) 211 pages; studies of the language used
  • (Inggris) Kantor, Mattis, The Jewish time line encyclopedia: A yearby-year history from Creation to the present, Jason Aronson Inc., London, 1992
  • (Inggris) Alfred Rahlfs, Verzeichnis der griechischen Handschriften des Alten Testaments, für das Septuaginta-Unternehmen, Göttingen 1914.
  • (Inggris) Makrakis, Apostolos, Proofs of the Authenticity of the Septuagint, trans. by D. Cummings, Chicago, Ill.: Hellenic Christian Educational Society, 1947. N.B.: Published and printed with its own pagination, whether as issued separately or as included together with 2 other works of A. Makrakis in a single volume published by the same film in 1950, wherein the translator's name is identified on the common t.p. to that volume.
  • (Inggris) W. Emery Barnes, On the Influence of Septuagint on the Peshitta, JTS 1901, pp. 186–197.
  • (Inggris) Andreas Juckel, Septuaginta and Peshitta Jacob of Edessa quoting the Old Testament in Ms BL Add 17134 JOURNAL OF SYRIAC STUDIES
  • (Inggris) Martin Hengel, The Septuagint As Christian Scripture, Continuum International Publishing Group, 2004.
  • (Inggris) Rajak, Tessa, Translation and survival: the Greek Bible of the ancient Jewish Diaspora (Oxford; New York: Oxford University Press, 2009).
  • (Inggris) Bart D. Ehrman. The New Testament: A Historical Introduction to the Early Christian Writings; 608 pages, Oxford University Press (July, 2011); ISBN 978-0-19-975753-4
  • (Inggris) Hyam Maccoby. The Mythmaker: Paul and the Invention of Christianity; 238 pages, Barnes & Noble Books (1998); ISBN 978-0-7607-0787-6

Pranala luar

sunting

Teks dan terjemahan

sunting

LXX dan Perjanjian Baru

sunting