Puteri Gunung Ledang

Revisi sejak 18 Februari 2007 07.21 oleh Zack2007 (bicara | kontrib)

Puteri Gunung Ledang termuncul dalam dua buku lama, yaitu "Hikayat Hang Tuah" dan "Sulalatus Salatin". Sulalatus Salatin lebih dikenali sebagai "Sejarah Melayu". Buku Sejarah Melayu lebih daripada Hikayat Hang Tuah.

Dalam Sejarah Melayu, Puteri Gunung Ledang dikatakan amat cantik hingga diinginkan oleh Sultan Mahmud dari Kesultanan Melaka. Pendekar yang diutuskan meminang ialah Laksamana Hang Tuah, Tun Mamat dan beberapa orang lain. Semasa kecil, Hang Tuah berguru silat di atas Gunung Ledang dan biasa dengan jalan ke puncak Gunung Ledang. Akan tetapi kala ini, umurnya telah terlalu tua untuk ke puncak Gunung Ledang.

Dengan itu, Tun Mamat ditugaskan ke puncak dan menemui seorang nenek tua yang sebenarnya, samaran kepada Puteri Gunung Ledang. Puteri Gunung Ledang dikatakan menolak pinangan Sultan Mahmud dengan mengenakan tujuh syarat yang tak mampu ditunaikan, ialah:

  • 1 jembatan emas dari Melaka ke Gunung Ledang;
  • 1 jembatan perak dari Melaka ke Gunung Ledang;
  • 7 baki hati nyamuk;
  • 7 tempayan air pinang muda (Pinang muda tidak ada air);
  • 1 tempayan air mata;
  • 1 mangkuk darah Sultan Mahmud sendiri;
  • 1 mangkuk darah Sultan Ahmad, yaitu anak Sultan Mahmud Shah, dan yang masih bayi lagi.

Semua syarat itu sanggup ditunaikan oleh Sultan Melaka kecuali darah puteranya.

Dalam Hikayat Hang Tuah, sultan yang menikah dengan Puteri Gunung Ledang bukannya Sultan Mahmud, tetapi Sultan Mansor Shah. Sahabat yang mendurhakai ialah Hang Jebat. Akan tetapi dalam Sejarah Melayu, cerita Shellabear ialah Hang Kasturi.

Lihat Juga