Zuber Usman

Penulis
Revisi sejak 22 Desember 2012 16.06 oleh Sulakbar (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox writer <!-- for more information see Template:Infobox writer/doc --> | name = Zuber Usman | image = Zuber Usman.jpg | imagesize = | capt...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Zuber Usman (12 Desember 1916 – 25 Juli 1976) adalah seorang guru dan penulis Indonesia, yang dikenal sebagai perintis kritik sastra Indonesia. Lahir di Padang, Sumatera Barat, ia dididik di sekolah-sekolah Islam sampai tahun 1937, setelah itu ia pindah ke Jakarta dan menjadi seorang guru. Berkecimpung dalam penulisan cerpen selama pendudukan Jepang di Indonesia dan perjuangan perang kemerdekaan, ia terus mengajar dan menulis tentang sastra sampai sisa umurnya.

Zuber Usman
Berkas:Zuber Usman.jpg
Lahir12 Desember 1916
Padang, Sumatera Barat, Hindia-Belanda
Meninggal25 Juli 1976(1976-07-25) (umur 59)
Jakarta, Indonesia
PekerjaanPenulis, guru
BahasaIndonesia
KebangsaanIndonesia
Periode1940-an sampai 1973
GenreCerita pendek, sejarah

Biography

Zuber Usman lahir di Padang, Sumatera Barat pada 12 Desember 1916. Ia mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Islam sejak kecil. Tamat dari Adabiyah School di Padang, ia belajar ke Sumatera Thawalib di Padang Panjang.[1] Pada tahun 1937, setelah menyelesaikan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi di Padang, ia pindah ke Batavia (sekarang Jakarta). Pada tahun-tahun berikutnya, ia menjadi guru bahasa Melayu di sebuah sekolah Muhammadiyah.[2] Selama hidupnya, ia telah mengajar di sejumlah sekolah.

Selama periode pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945) dan perjuangan perang kemerdekaan (1945–1949), ia menulis sejumlah cerita pendek yang umumnya berkaitan dengan tema ketekunan dan perjalanan menuju cinta sejati. Sebelas dari cerita pendek yang ia tulis kemudian disusun dalam antologi Sepanjang Jalan (dan beberapa Cerita Lain), yang diterbitkan pada tahun 1953 oleh Balai Pustaka. Pada tahun 2005, buku itu telah mengalami cetakan ketiga.[3]

Setelah Sepanjang Jalan diterbitkan, ia menerbitkan dua buku sejarah sastra Indonesia, yaitu Kesusastraan Lama Indonesia (1954) danKesusastraan Baru Indonesia (1957).[1] Kedua buku ini ditulis ringkas dan disusun berdasarkan urutan waktu.[4] Bekerja sama dengan H.B. Jassin, ia kemudian menerjemahkan beberapa karya Poerbatjaraka dalam Tjerita Pandji pada tahun 1958.[5] Pada tahun 1960, ia menerbitkan sebuah karya akademis mengenai bahasa dan sastra Indonesia berjudul 'Kedudukan Bahasa dan Sastra Indonesia.[2]

Usman lulus dari Universitas Indonesia pada tahun 1961 dengan meraih gelar sarjana sastra sebelum mendapatkan diploma pada tahun berikutnya.[1] Selama lima belas tahun sesudah itu, sampai ia meninggal di Jakarta pada tanggal 25 Juli 1976, ia menulis secara ekstensif, di antaranya 20 Dongeng Anak-Anak (1971) dan Putri Bunga Karang (1973).[1]

Views

Usman defined old Malay literature as those written before Abdullah bin Abdulkadir Munsyi came to prominence. He cites the latter author's focus on the day-to-day experiences of the average person, a divergence from the traditional stories of "gods, giants, or fabulous fairy tales with beautiful princesses and magnificent castles".[6] This can be differentiated with the more nationalist periodisation, such as that of A. Teeuw, which emphasise an "Indonesian" awareness.[6]

Regarding Balai Pustaka's language policies during the colonial period, Usman wrote that although the publisher's prescribed Malay was not as organic or free to develop as those in outside publications, it was much less restrictive than traditional written forms.[7]

Legacy

Zuber Usman telah dicatat oleh Guru besar sastra dan bahasa Indonesia di Universitas Sydney, sebagai perintis kritik sastra Indonesia.[8]

Zuber Usman merupakan orang yang pertama kali yang mengemukakan ide pembentukan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya dalam makalah yang dipaparkannya pada seminar "Pembangunan Daerah Sumatera Barat" di Padang pada tahun 1964. The speech called for the area's educational facilities to be further developed to reunite West Sumatra with the rest of Indonesia after it had been alienated for housing the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia. However, Usman was uninvolved in the administrative efforts behind the faculty's establishment, which took until 1982.[9]

Footnotes

  1. ^ a b c d JCG, Zuber Usman.
  2. ^ a b Usman 2005, back cover.
  3. ^ Usman 2005, hlm. 1–185.
  4. ^ Salleh 2010, hlm. 70.
  5. ^ Salleh 2010, hlm. 170.
  6. ^ a b Christomy 2008, hlm. 12.
  7. ^ Wahab Ali 2012, hlm. 78.
  8. ^ Foulcher 2002, hlm. 101.
  9. ^ Andalas 2011, Sejarah Ringkas.

Works cited