Akbar yang Agung
Jellaladin Muhammad Akbár yang Agung (1542–1605) ialah Sultan Mogul (Moghul/Mughal) dari 1556 hingga 1605. Ia dianggap sebagai Sultan Mogul yang paling agung.
Sultan Mogul
Akbar dilahirkan di Umarkot, Sind pada 15 Oktober 1542. Ayahandanya Humayun didepak dari tahta dalam beberapa pertempuran dengan Sher Shah Suri, pemerintah Afghan. Setelah 12 tahun di luar negeri, Humayun mendapatkan kembali kekuasaannya tetapi hanya untuk beberapa bulan sebelum meninggalnya. Akbar menggantikan ayahandanya pada 1556 di bawah pengawasan Bairam Khan, bangsawan Turkoman, yang berusaha menghalangi pesaing kepada tahta, memperketat disiplin tentara, dan membantu memantapkan kesultanan yang baru dibangun kembali itu. Bagaimanapun, Bairam adalah seorang yang mabuk kekuasaan dan kejam. Setelah ketenteraman kembali, Akbar mengambil alih tampuk pemerintahan dengan sebuah pengistiharan pada Maret 1560.
Pada 5 November 1556, 80 km ke utara Delhi, angkatan Tentara Mogul mengalahkan tentara Hindu yang dipimpin Jeneral Hemu demi menyerahkan pada Akbar takhta India di Pertempuran Panipat Kedua. Ketika Akbar naik tahta, hanya sebagian kecil bekas jajahan Kesultanan Mogul masih dibawah kekuasaannya, lalu ia berupaya untuk mengembalikan kawasan-kawasan lama itu ke dalam kekuasaan Mogul. Ia meluaskan Kerajaan Mogul dengan penaklukan Malwa (1562), Gujarat (1572), Benggala (1574), Kabul (1581), Kashmir (1586), dan Kandesh (1601), dan beberapa negeri yang lain. Untuk setiap negeri itu, baginda meletakkan seorang wazir baru, dan mengawal administratif mereka.
Akbar tidak berniat membiarkan para menterinya terpusat di Delhi, lalu ia memindahkan kementeriannya ke Fatehpur Sikri, dekat dengan Agra, namun karena langkah ini terbukti tidak mencapai tujuan, baginda mendirikan "kerajaan bergerak" supaya dapat memperhatikan perkembangan di dalam negaranya. Ia menggalakkan perdagangan dan telah membagikan tanah-tanah untuk memudahkan urusan bea cukai. Ia menitahkan agar para pemungut cukai tidak mengambil cukai lebih besar daripada yang sepatutnya.
Keagamaan
Terdapat masyarakat Hindu dan Islam di dalam kesultanan Akbar, dan perbedaan kepercayaan yang lebar memisahkan budaya kedua masyarakat ini. Muslim boleh memakan daging lembu, sedangkan agama Hindu tidak membenarkan memakan binatang; orang Hindu boleh meminum arak, tetapi hal ini diharamkan dalam kehidupan masyarakat Islam. Di dalam jurang perbedaan pendapat inilah Akbar berusaha supaya tidak terjadi huru-hara di dalam negaranya.
Walaupun terdapat pelbagai masalah keagamaan, Akbar tetap mengamalkan dasar 'toleransi' kepada semua agama. Dan ia turut mengambil langkah baru dengan mencoba untuk menghasilkan agama baru yang dipanggil Din-i-Ilahi, yang mengandungi unsur-unsur Islam dan Hindu (kurang baik juga). Baginda turut menghapus cukai yang pernah dikenakan terhadap rakyat bukan Islam di dalam kerajaannya.
Pelindung keilmuan
Walaupun buta huruf (atau mungkin menghidap disleksi), Sultan Akbar amat memuliakan ilmu pengetahuan, iapun mengundang pendeta-pendeta dan cendikiawan dari pelbagai agama untuk memperbincangkan mengenai pelbagai perkara dengannya. Ia juga menjadi majikan kepada banyak orang berbakat, di antaranya dari keluarga Feizi dan Abul Fazl. Feizi dan saudara-saudaranya pernah diarahkan untuk menterjemahkan beberapa hasil kajian ilmiah dari bahasa Sansekerta ke bahasa Persia; dan menurut catatan di dalam Akbar-Nameh, Abul Fazl pula telah meninggalkan jasa yang amat berharga semasa pemerintahan Akbar. Disebutkan Akbar pernah memberi perintah supaya Jerome Xavier, seorang pastor Yesuit, untuk menterjemahkan 4 Injil ke dalam bahasa Persia.
9 Permata yang Tersohor
Sebagai seorang pemerintah agung dan peminat kesenian, Akbar telah memanggil para cerdik pandai buat menghadapnya. Ada 9 tokoh yang disebut berbakat dalam bidang mereka masing-masing, dan mereka dikenal sebagai "nau-rathan", atau 9 Permata. Akbar mengumpulkan banyak orang bijaksana, tetapi yang paling terkenal adalah 9 Permata.
Abul Fazl (1551-1602) adalah pencatat perkembangan pemerintahan Akbar. Ia telah menulis sebuah biografi berjudul "Akbarnama", yang memakan waktu selama 7 tahun diselesaikan. Ia mencatatkan sejarah pemerintahan itu dengan terperinci, dan memberikan gambaran bahwa negerinya aman makmur semasa zaman Akbar. Iapun menerangkan tentang betapa teratur dan bijaknya pemerintahan kerajaan Mogul di bawah naungan Akbar.
Feizi (1547-1595) adalah saudara Abul Fazl. Ia merupakan seorang penyair, dengan tumpuan di dalam bahasa Parsi. Akbar amat menghormati tokoh ini sehingga melantiknya untuk menjadi guru kepada puteranya. Antara karya beliau ialah "Lilabati", berkenaan dengan matematika.
Mian Tansen adalah seorang penyanyi. Ia dilahirkan dari sebuah keluarga Hindu pada tahun 1520 di dekat Gwalior. Ayahnya Mukund Mishra ialah seorang penyair. Mian Tansen menuntut ilmu musik dengan berguru pada Swami Haridas dan Hazrat Mohammad Ghaus. Ia menjadi penghibur di istana putera negeri Mewar, dan kemudian dipanggil Akbar untuk tinggal di istananya pula, menyebabkan Putera Mewar sedih dengan kepergiannya. Tansen menjadi seorang yang terkenal di India dan telah menggubah banyak raga (ritma musik) klasik. Raga Deepak dan Megh Malhar adalah antara lain yang termasyhur di India. Tatkala menyanyikan raga-raga ini, Tansen disebutkan menyalakan pelita dan mengakibatkan hujan turun. Ia juga disebut sebagai orang yang menciptakan raga Darbari Kanada dan menjadi peletak dasar nyanyian Drupad. Malah para Ghanara masa kini selalu mencoba untuk meniru cara klasik Mian Tansen. Ia dikubur di Gwalior, di mana sebuah makam telah kemudiannya dibuat. Terdapat sebuah pohon asam bersebelahan makam itu, dan dikatakan setua makam itu sendiri. Adalah menjadi kepercayaan penduduk setempat bahwa sesiapa yang mengunyah sehelai daun pohon itu maka dia akan dikaruniai bakat dalam bidang musik. Tidak dapat dipastikan apakah Tansen memeluk Islam atau tidak, namun Akbar sangat berkenan dengannya sehingga menerima pangkat Mian. Anaknya Billas Khan mengarang raga Bilaskhani Todi dan putrinya Saraswati Devi menjadi seorang penyanyi Drupad yang banyak dikenal
Birbal (1528-1583) adalah seorang Brahmana yang miskin, dan telah dilantik ke kementerian Akbar kerana kebijaksanaan dan daya pemikirannya. Pada awalnya ia bernama Maheshdas, tetapi diberikan nama Raja Birbal oleh Akbar. Sultan Akbar amat mempercayainya kerana kepandaiannya, dan juga karena ia berbakat dalam menghibur sultan dan para menteri. Terdapat pelbagai kisah-kisah lucu dan cerdik berkenaan maharaja Akbar dan menteri-menterinya, dan kisah-kisah itu masih diceritakan sampai sekarang. Cerita-cerita itu kebanyakan mencabar minda dan berisi pengetahuan. Birbal juga adalah seorang sastrawan dan kumpulan karyanya bertuliskan nama samaran "Brahma", dan masih disimpan di Museum Bharatpur. Raja Birbal terbunuh di medan tempur dalam usaha menumpas pemberontakan suku-suku Afghan di barat laut India. Terdapat suatu cerita yang mengatakan bahwa Akbar berkabung dalam waktu yang agak lama setelah mendengar berita itu.
Raja Todar Mal adalah menteri keuangan Akbar, dan ia bertugas untuk menguruskan pendapatan cukai negara sejak tahun 1560. Ia memperkenalkan sistem piawai untuk mengukur berat dan ukuran, hasil pendapatan daerah, dan kepegawaian. Caranya yang teratur lagi sistematik berkenaan pemungutan cukai kemudian menjadi contoh pada kesultanan Mogul dan kerajaan Inggris. Selain sebagai seorang menteri, ia turut melibatkan diri sebagai seorang perwira, dan ia pernah menyertai Akbar dalam perebutan Benggala dengan pemberontak Afghan. Raja Todar Mal belajar ilmu pemerintahannya dari Sher Shah, seorang yang juga pernah menjadi seorang administrator. Karena jasanya, Akbar memberikan gelar "Diwan-I-Ashraf" pada tahun 1582 kepadanya.
Raja Man Singh ialah raja Kacchwaha di negeri Amber. (Kaum Kacchwaha kemudian mendirikan Jaipur, berdekatan dengan Amber). Laksamana ini yang amat dipercayai Akbar ialah cucu saudaranya. Keluarga sultan telah diberikan pangkat "amir" ketika dimasukkan ke dalam susunan alur kerajaan Mogul. Raja Man Singh banyak mengabdi kepada Akbar di dalam pelbagai medan tempur, termasuk menghalangi gerak maju Hakim (saudara tiri Akbar, dan wizurai di Kabyul) di Lahore. Ia juga memimpin tentara untuk melawan Orissa.
Abdul Rahim Khan-I-Khan ialah seorang penyair, dan anak pengawas Akbar semasa baginda kecil, Bairam Khan. Setelah Bairam Khan terbunuh akibat perbuatan khianat, isterinya menjadi isteri kedua Akbar. Fagir Aziao Din dan Mullan Do Piaza merupakan 2 penasihat di dalam kementerian Akbar.
Nama-nama lain turut disebut sebagai "permata" di dalam kerajaan Akbar. Di antaranya adalah Daswant (pelukis), Abdu us-Samad (penulis tulisan tangan atau kaligrafi), Mir Fathullah Shiraz (pedagang, filsuf, dokter). Bagaimana pun, adalah diakui bahawa Akbar pernah mengumpulkan orang-orang yang bijaksana di dalam kesenian dan peperangan.
Tahun-tahun terakhir
Tahun-tahun terakhir pemerintahan Akbar diwarnai dengan kesedihan karena putera-putera baginda. 2 di antaranya meninggal dunia semasa masih kecil, dan seorang lagi, Salim, yang kemudian dikenali sebagai maharaja Jahangir, selalu cekcok dengan ayahandanya sehingga tercetus beberapa pemberontakan yang dipimpinnya. Asirgarh, sebuah kubu pertahanan di pegunungan Deccan, menjadi tempat terakhir yang ditaklukkan sultan. Pada tahun 1599 sultan menuju ke utara untuk menghadapi pemberontakan anaknya. Akbar amat tidak tenteram dengan tantangan ini, sehingga mempercepat mangkatnya sultan karena kejadian ini. Sultan Akbar mangkat di Agra pada 15 Oktober 1605, dan dimakamkan di Sikandra, berdekatan Agra.
Didahului oleh: Humayun |
Sultan Mogul 1556–1605 |
Diteruskan oleh: Jahangir |