Kota Banjarmasin
Kota Banjarmasin adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 72 km² atau 0,019% dari luas wilayah Kalimantan Selatan. Jumlah penduduk di kota ini adalah sebanyak 527.250 jiwa (2000) dengan kepadatan penduduk 7.325/km².
Banjarmasin | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Kayuh Baimbai Banjar: Mendayung Bersama-sama | |
Koordinat: 3°18′52″S 114°35′32″E / 3.31442947°S 114.59225374°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kalimantan Selatan |
Tanggal berdiri | - |
Dasar hukum | - |
Hari jadi | 24 September 1526 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | H.A. Yudhi Wahyuni |
Luas | |
• Total | 72 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 572,300 (2.004) |
Demografi | |
• Agama | Islam dan agama lainnya |
• Bahasa | Banjar, Indonesia |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0511 |
Kode Kemendagri | 63.71 |
DAU | - |
Flora resmi | Kasturi (Mangifera Casturi) |
Fauna resmi | Bekantan (Nasalis Larvatus) |
Situs web | [1] |
Kota Banjarmasin terletak pada 3°,15 sampai 3°,22 Lintang Selatan dan 114°,32 Bujur Timur, ketinggian tanah berada pada 0,16 m di bawah permukaan laut dan hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang.
Kota Banjarmasin dibelah oleh sungai Martapura dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut Jawa, sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakat, terutama pemanfaatan sungai sebagai salah satu prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan dan perdagangan.
Tanah aluvial yang didominasi struktur lempung adalah jenis tanah yang mendominasi wilayah kota Banjarmasin. Sedangkan batuan dasar yang terbentuk pada cekungan wilayah berasal dari batuan metamorf yang bagian permukaannya ditutupi oleh krakal, kerikil, pasir dan lempung yang mengendap pada lingkungan sungai dan rawa.
Adapun komposisi penggunaan tanah/lahan antara lain :
- Tanah perumahan 2.969,3 Ha
- Tanah pertanian 3.059,9 Ha
- Tanah perusahaan 307,9 Ha
- Tanah jasa 427,3 Ha
Letak kota Banjarmasin di sebelah selatan provinsi Kalimantan Selatan yaitu :
- Sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar
Wilayah Administratif
Kota Banjarmasin terdiri atas 5 kecamatan :
- Banjarmasin Barat: 13,37km²
- Banjarmasin Selatan: 20,18 km²
- Banjarmasin Tengah: 11,66 km²
- Banjarmasin Timur: 11,54 km²
- Banjarmasin Utara: 15,25 km²
Rumah Ibadah
Rumah ibadah yang terdapat di Kota Banjarmasin antara lain:
- Masjid 141 buah
- Musholla 155 buah
- Langgar 717 buah
- Gereja Protestan 19 buah
- Balai Jemaat 1 buah
- Gereja Katolik 3 buah
- Kapel 1 buah
- Pura 1 buah
- Vihara 8 buah
Rumah ibadah di Banjarmasin, diantaranya :
- Masjid Jami Banjarmasin
- Masjid Raya Sabilal Muhtadin
- Masjid Sultan Suriansyah
- Gereja Kathedral Banjarmasin
- Gereja Hati Yesus yang Mahakudus Banjarmasin
- Gereja Santa Perawan Maria Banjarmasin
- Gereja Maranatha Banjarmasin
- Tempat Ibadah Tridharma Banjarmasin
- Gereja Eppata Banjarmasin
- Vihara Dhammasoka Banjarmasin
Suku bangsa
Suku bangsa di kota ini antara lain:
- Suku Banjar: 417.309 jiwa
- Suku Jawa: 56.513 jiwa
- Suku Madura: 12.759 jiwa
- Suku Bukit: 7.836 jiwa
- Suku Bugis: 2.861 jiwa
- Suku Sunda: 2.319 jiwa
- Suku Bakumpai: 1.048 jiwa
- Suku Mandar: 105 jiwa
- Lainnya: 26.500 jiwa
(Sumber: Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk Tahun 2000)
Suku lainnya antara lain :
- Suku Dayak Ngaju
- Suku Dayak Maanyan
- Suku Batak
- Suku Bali
- Suku Ambon
- Etnis Arab
- Etnis Cina
Keberadaan suku-suku ini ditandai dengan adanya rumah ibadah yang berlatang belakang suku-suku tersebut.
Obyek Wisata
Sejarah
- 1526 : "Banjarmasih", yang artinya perkampungan "Oloh Masih" (orang Melayu), dipimpin kepala kampung berasal dari Sumatera yang bergelar Patih Masih.
- 1526-1550 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Banjarmasin. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.
- 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. Tanggal ini dijadikan Hari Jadi Kota Banjarmasin, sekarang 480 tahun.
- 1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
- 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
- 1520-1620 : Masa pemerintahan Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
- 1596 : Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
- 7 Juli 1607 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin.
- 1612 : Belanda menembak hancur Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
- 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
- 10 Sya'ban 1159 H : Renovasi dan pembuatan Lawang Agung Masjid Sultan Suriansyah oleh Kiai Demang Astungkara di masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I.
- 27 Rajab 1296 H : Pembuatan mimbar Masjid Sultan Suriansyah oleh Haji Muhammad Ali an-Najri.
- 15 Muharram 1251 H/1825 : Undang Undang Sultan Adam/UUSA 1825.
- 1857-1859 : Pemerintahan Sultan Tamjidillah yang ditetapkan Belanda menjadi raja Banjar menggantikan Sultan Adam.
- 1859 : Sultan Tamjidillah diasingkan ke Bogor, Pangeran Mangkubumi Hidayat diasingkan ke Cianjur.
- 1860 : Wilayah Kerajaan Banjar dijadikan Afdeeling Bandjermasin dan Afdeeling Oloe Soengai.
- 1900 : Soeara Borneo, didirikan di Banjarmasin, menggunakan bahasa Melayu.
- 1901 : Pewarta Borneo, terbit menggunakan bahasa Melayu. Berdirinya perkumpulan sosial Seri Budiman.
- 1904 : Budi Sempurna, perkumpulan sosial yang didirikan Kiai Mohammad Zamzam.
- 1906 : Sinar Borneo, terbit menggunakan bahasa Melayu. Berdirinya perkumpulan Indra Buana.
- 1907 : Pengharapan terbit menggunakan bahasa Melayu.
- 1916 : Al Madrasatul Arabiah dan Al Waliah berdiri di Seberang Mesjid, Banjarmasin Tengah.
- 1918 : Banjarmasin, ibukota Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat Gemeente-Raad.
- 1 Juli 1919 : Deean gemeente mulai berlaku beranggotakan 7 orang Eropa, 4 Bumiputra dan 2 Timur Asing.
- 1923 : Nasional Borneo Kongres I. Dunia Isteri, organisasi wanita Sarekat Islam dipimpin Ny. Masiah.
- 1924 : Nasional Borneo Kongres II
- 1926 : Surat kabar Bintang Borneo(bahasa Melayu-China) dan Borneo Post (bahasa Belanda) dengan W. Schmid sebagai redakturnya.
- 1927 : Soeara Borneo, didirikan oleh Hausman Baboe, bercorak nasional serta memuat berita-berita nasional.
- 1929 : Persatuan Putera Borneo, merupakan cabang dari Persatuan Pemuda Borneo Surabaya di Banjarmasin yang dipengaruhi nasionalisme PNI Soekarno.
- 1930 : Bendahara Borneo, nama suatu usaha Studi Fonds di Banjarmasin yang anggotanya dari kaum pegawai.
- 1938 : Otonomi kota Banjarmasin ditingkatkan dengan Stads Gemeente Banjarmasin.
- 1942 : R. Mulder, walikota Banjarmasin dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
- Februari 1942 :Borneo Shimbun, nama surat kabar yang diterbitkan Jepang untuk Kalimantan Selatan.
- 1945 : Banjarmasin sebagai ibukota provinsi Kalimantan dengan gubernur Ir. H. Pangeran Muhammad Noor.
- 9 November 1949 : Pertempuran di Banjarmasin
- 10 Nopember 1991 : Peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalsel Ir. H. Muhammad Said
- 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA (partai).
- 2005 : Terpilihnya H. Ahmad Yudhi Wahyuni Usman sebagai walikota untuk masa jabatan 2005-2009
=Banjarmasin di Masa Hindia Belanda
Kesultanan Banjar dihapuskan Belanda pada tanggal 11 Juni 1860, merupakan wilayah terakhir di Kalimantan yang masuk ke dalam Hindia Belanda, walaupun perlawanan rakyat baru berakhir pada tahun 1905, dengan terbunuhnya Sultan Muhammad Seman di pedalaman Barito, Kalteng. Pada tahun 1898 Belanda kemudian mengangkat seorang Residen berkedudukan di Banjarmasin yaitu C.A. Kroesen, dengan dibantu oleh Sekretaris: E.J. Gerrits, Commies (komis): G.J. Mallien, Commies ke-2 : F.N. Messchaert dan landmeter en rooi meester : G.J. Beaupain. Sedangkan dalam Afdeeling Banjarmasin, jabatan Asisten Residen : E.B. Masthoff, Kepala polisi : C.W.H. Born, jabatan Ronggo : Kiahi Mas Djaja Samoedra, Luitenants der Chinezen : The Sin Yoe dan Ang Lim Thay, Kapitein der Arabieren : Said Hasan bin Idroes Al Habesi. Setiap kampung Belanda dipimpin Wijkmeester, seperti kampung Litt. A oleh G.J. Mallien; Litt. B oleh R.R. Hennemann, Litt. C. oleh K.F. Pereira, Litt. D oleh G. Weidema, Litt. E oleh H.G.A. Henevelt. Ekspansi modal dan teritorial setelah tahun 1870 diikuti dengan imigrasi intelek Belanda dan pengusaha hingga muncullah "enclave masyarakat bule" sebagai pusat kebudayaan Barat di tengah masyarakat Banjar yang tradisional. Masyarakat kolonial yang pluralistik dengan ciri adanya pemisahan warna kulit antara penguasa dengan rakyat yang dikuasai, adanya sub ordinasi politik serta ketergantungan ekonomi, dan ekslusivisme setiap golongan hidup terpisah dabn merasa lebih unggul dari yang lainnya. Dengan bertambah penduduk kulit putih yang berkuasa politis dan ekonomi atas suatu kota, timbullah hasrat untuk mengatur urusan sendiri lebih bebas dari ketentuan pemerintah kolonial. Dimana masyarakat kulit putih diberi keleluasan untuk mengatur kepentingan kelompok mereka melalui sebuah Dewan Gemeente. Penghibahan otonomi yang pertama kepada masyarakat kulit putih di Banjarmasin tercantum dalam Lembaran Negara Hindia Belanda tahun 1919 no.252 tertanggal 1 Juli 1919. Gemeente Raad Banjarmasin beranggotakan 13 orang yaitu 7 orang Eropa, 4 bumiputera dan 2 Timur Asing. Dewan ini diketuai : P.J.F.D. Van De Riveira (Asisten Residen Afdeeling Banjarmasin), dengan anggota : Pangeran Ali, Amir Hasan Bondan, B.J.F.E. Broers, A.H. Dewald, H.M.G. Dikshoorn, Mr. L.C.A. Van Eldick Theime, Hairul Ali, H.H. Gozen, Lie Yauw Pek, Mohammad Lelang, J. Stofkoper, Tjie San Tjong, J.C. Vergouwen dan sekretaris : G. Vogel. Walaupun pada kulitnya pembentukan Gemeente Banjarmasin dan Gemeente Raad menyangkut segi politik semua golongan masyarakat Banjarmasin, dalam peleksanaan selanjutnya meliputi segi-segi kepentingan golongan kulit putih semata, kepentingan pemnerintah dan pengusaha Belanda, pendidikan anak-anak kulit putih, rekreasi kulit putih, kebersihan kota, penerangan, air minum dan sebagainya seperti telihat pada jalanan kampung Belanda (Residen de Haanweg). Selanjutnya tahun 1938, Kalimantan menjadi sebuah provinsi yang terdiri dari Karesidenan Borneo Barat, dan Karesidenan Selatan dan Timur Borneo yang berkedududkan di Banjarmasin, dengan Gubernur A. Haga. Sejak adanya Provincial Raad (Banjar Raad) sejak Agustus 1938 wakil Kalimantan dalam Volksraad adalah Pangeran Muhammad Ali, selanjutnya digantikan anaknya yaitu Ir. Pangeran Muhammad Noor. Masuknya Jepang ke wilayah Kalsel tanggal 6 Februari 1942 menyebabkan gubernur Haga terpaksa mengungsi dari Banjarmasin menuju Puruk Cahu, Murung Raya. Tanggal 10 Februari 1942, walikota Banjarmasin H. Mulder menjalani hukuman tembak oleh Bala Tentara Jepang.
Lagu Daerah
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi
- (Indonesia) Banjarmasin Bungas