Ahmadiyаh
Ahmadiyyah (Urdu: احمدیہ Ahmadiyyah) atau sering pula disebut Ahmadiyah, adalah Jamaah Muslim yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889 di satu desa kecil yang bernama Qadian, Punjab, India. Ia mengaku sebagai Mujaddid, Al Masih dan Al Mahdi.[1]
Menurut Pendirinya, Missi Ahmadiyah adalah untuk menghidupkan Islam dan menegakkan Syariah Islam. Ahmadiyah bukanlah sebuah agama baru namun merupakan bagian dari Islam. Para pengikut Ahmadiyah mengamalkan Rukun Iman yang enam dan Rukun Islam yang lima.
Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jamaah Muslim Ahmadiyah Internasional. Di Indonesia khususnya, Organisasi ini telah berbadan hukum dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953) [2].
Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah satu organisasi keagamaan Internasional yang telah tersebar ke lebih dari 185 negara di dunia[3]. Pergerakan Jemaat Ahmadiyah dalam Islam adalah suatu organisasi keagamaan dengan ruang lingkup internasional yang memiliki cabang di 174 negara tersebar di Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia dan Eropa. Saat ini jumlah keanggotaannya di seluruh dunia lebih dari 150 juta orang. [4]
Menurut Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Tujuan didirikan Jemaat Ahmadiyah adalah untuk meremajakan moral Islam dan nilai-nilai spiritual. Pergerakan ini mendorong dialog antar agama dan senantiasa membela Islam serta berusaha untuk memperbaiki kesalah-pahaman mengenai Islam di dunia Barat. Gerakan ini menganjurkan perdamaian, toleransi, kasih dan saling pengertian diantara para pengikut agama yang berbeda. Gerakan ini sebenar-benarnya percaya dan bertindak berdasarkan ajaran Al-Quran : "Tidak ada paksaan dalam agama" (2:257) serta menolak kekerasan dan teror dalam bentuk apapun untuk alasan apapun. [5]
Jemaat Ahmadiyah Internasional juga telah menerjemahkan Alquran kedalam bahasa-bahasa besar di dunia dan sedang merampungkan penerjemahan Alquran kedalam 100 bahasa di dunia. Sedangkan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia telah menerjemahkan Alquran dalam bahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa. Sedangkan Tazkirah adalah bukan Kitab Suci Jemaat Ahmadiyah.
Ahmadiyyah Qadiani & Lahore
Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa Almasih yang telah dijanjikan Rasulullah saw. Akan tetapi dua kelompok tersebut memiliki perbedaan prinsip:
- Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Bogor [6], yakni kelompok yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Mujaddid dan seorang Nabi.
- Ahmadiyah Lahore, di Indonesia dikenal dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Yogyakarta). Secara umum kelompok ini tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, melainkan hanya sekedar pembaharu/Mujaddid dari ajaran Islam [7].
Selengkapnya, Ahmadiyah Lahore mempunyai keyakinan bahwa mereka:
- Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan percaya pada semua perkara agama yang telah disetujui oleh para ulama salaf dan ahlus-sunnah wal-jama’ah, dan yakin bahwa Nabi Suci Muhammad saw. adalah nabi yang terakhir.
- Nabi Muhammad saw. adalah khatamun-nabiyyin. Sesudah beliau tidak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru.
- Sesudah Nabi Suci Muhammad saw., malaikat Jibril tidak akan membawa wahyu nubuwat kepada siapa pun.
- Apabila malaikat Jibril membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu kata saja kepada seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walâkin rasûlillâhi wa khâtamun-nabiyyîn (QS 33:40), dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat.
- Sesudah Nabi Muhammad saw. silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, akan tetapi silsilah wahyu walayat tetap terbuka, agar iman dan akhlak umat tetap cerah dan segar.
- Sesuai dengan sabda Rasulullah saw., bahwa di dalam umat ini tetap akan datang auliya Allah, para Mujaddid dan para Muhaddats, akan tetapi tidak akan datang nabi.
- Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujaddid abad 14 H. Dan menurut Hadits, mujaddid akan tetap ada. Dan kepercayaan kami bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi, tetapi berkedudukan sebagai mujaddid.
- Percaya kepada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bukan bagian dari Rukun Islam dan Rukun Iman, maka dari itu orang yang tidak percaya kepada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa disebut kafir.
- Seorang muslim, apabila mengucapkan kalimah thayyibah, dia tidak boleh disebut kafir. Mungkin dia bisa salah, akan tetapi seseorang dengan sebab berbuat salah dan maksiat, tidak bisa disebut kafir.
- Kami berpendapat bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah pelayan dan pengemban misi Nabi Suci Muhammad saw.[8]
Sejarah penyebaran di Indonesia
Ahmadiyah masuk ke Indonesia tahun 1925 oleh Rahmat Ali HAOT. yang datang dari Qadian, India atas perintah dari Khalifatul Masih II, Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad.
Tahun 2000 yang lalu, khalifah Ahmadiyah (alm) Hazrat Mirza Tahir Ahmad datang dari London menuju Indonesia. Ketika itu beliau sempat bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid dan Ketua MPR, Amin Rais.
Kontroversi ajaran Ahmadiyah
Menurut sudut pandang umum umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian)dianggap melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi yaitu Isa Al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir walaupun masih menunggu kedatangan Isa as dan Imam Mahdi [9].
Perbedaan Ahmadiyah dengan kaum Muslim pada umumnya adalah karena Ahmadiyah menganggap bahwa Almasih dan Imam Mahdi telah datang ke dunia ini seperti yang telah dinubuwwatkan Rasulullah saw. Namun umat Islam pada umumnya mempercayai bahwa Isa Almasih dan Imam Mahdi belum turun ke dunia. Sedangkan permasalahan-permasalahan selain itu adalah perbedaan penafsiran ayat-ayat Alquran saja.
Sedangkan Ahmadiyah Lahore mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah Mujaddid dan tidak disetarakan dengan posisi Nabi, sesuai keterangan Gerakan Ahmadiyyah Lahore/Ahmadiyyah Lahore untuk Indonesia yang berpusat di Yogyakarta.
Ahmadiyah Menurut Pengikutnya
Nama Ahmadiyah mengindikasikan kebangkitan kembali agama Islam, Al-Quran dan satu dakwah yang terlahir berdasar bimbingan Ilahi kepada sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah. Sebutan Ahmadi atau Ahmadiyat hanyalah sebagai pembeda bagi Muslim Ahmadi dari umat Muslim lainnya yang masih saja sedang menunggu kedatangan Al-Masih dan Imam Mahdi yang Dijanjikan. Muslim Ahmadi meyakini bahwa pendiri Jemaat mereka adalah Al-Masih yang Dijanjikan tersebut.
Sekarang ini, penganut dari semua agama besar di dunia masih sedang menunggu kedatangan kedua kalinya dari pendiri agama mereka. Apakah pesan dan fungsi dari masing-masing pembaharu itu akan sama dan identik? Ataukah masing-masing dari mereka membawa pesan sendiri-sendiri yang berbeda dan bertentangan satu sama lain dengan pesan dari para guru akbar tersebut pada saat Kedatangan yang Kedua kalinya itu? Jika pesan mereka adalah identik satu sama lain maka akan diperlukan lebih dari satu wujud guna menyampaikan pesan dan memberi teladan yang selaras dengan yang dimaksud. Kalau sampai pesan-pesan itu saling bertentangan, maka kedatangan sekian banyak pembaharu, alih-alih menciptakan kedamaian, pemenuhan ruhani dan kesatuan, malah hanya akan membuncahkan permusuhan, perselisihan dan chaos.
Al-Quran seperti juga kitab-kitab suci agama lainnya, mengandung nubuatan-nubuatan akbar mengenai kemunculan seorang guru universal dan pembaharu di akhir zaman, yang akan menghidupkan kembali dan memperbaharui keimanan kepada Tuhan serta membawa persatuan, kedamaian dan kepuasan ruhani. Umat Muslim seperti juga umat Kristiani, sama sedang menunggu kembalinya sang Al-Masih dan juga turunnya Imam Mahdi. Umat Buddha juga sedang mengharapkan kedatangan kembali Buddha, sedangkan umat Hindu menunggu kembalinya Krishna. Semua nubuatan itu terpenuhkan dalam kedatangan wujud satu orang. Karena Tuhan itu Maha Esa, maka kebenaran tidak bisa terbagi dan petunjuk bagi umat manusia serta penawar dari segala penyakit zaman, tentunya juga harus berbentuk satu, komprehensif dan konsisten.
Pada tahun 1835, di sebuah desa bernama Qadian, di daerah Punjab, India, lahir seorang anak laki-laki bernama Ghulam Ahmad yang kemudian diagungkan sebagai sang Mujaddid dari zaman ini oleh para cendekiawan Muslim. Ia bukan seorang anak laki-laki biasa. Orang tuanya Muslim dan ia tumbuh dewasa menjadi seorang Muslim yang luar biasa. Sejak awal kehidupannya, Mirza Ghulam Ahmad sudah amat tertarik pada telaah dan khidmat agama Islam. Beliau sering bertemu dengan individual Kristiani, Hindu atau pun Sikh dalam perdebatan publik serta menulis dan bicara tentang mereka. Hal ini menjadikan lingkungan keagamaan menjadi tertarik kepadanya dan beliau jadinya dikenal baik oleh para pimpinan komunitas.
Semua mereka itu, baik Hindu, Kristiani atau Muslim, sependapat bahwa hidup beliau bersih dari cacat cela, selalu menunjukkan belas kasih dan perhatian kepada yang lainnya dan selalu bersikap jujur dan lurus dalam semua urusannya. Beliau dipercaya oleh semua orang. Singkat kata, orang-orang mengenal beliau sebagai orang yang paling terhormat dan dipercaya, seseorang yang tidak pernah mau kompromi jika menyangkut kebenaran dan keadilan. Walau orang-orang Kristiani, Hindu dan Sikh amat tidak sependapat dengan beliau mengenai hal-hal keagamaan, mereka mengakui kesucian kehidupan dan karakter pribadi beliau. Bahkan para ulama Muslim pun menganggap beliau sebagai pembela Islam.
Hazrat Ahmad as. mulai menerima wahyu Ilahi sejak usia muda dan dengan berjalannya waktu maka pengalaman perwahyuannya berlipat kali secara progresif. Setiap wahyu yang diterimanya kemudian terpenuhi pada saatnya, sebagian di antaranya yang berkaitan dengan masa depan masih menunggu pemenuhannya. Dakwah beliau menyatakan diri sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau'ud di lakukan di akhir tahun 1890 dan dipublikasikan ke seluruh dunia. Pernyataan beliau seperti juga halnya para Pembaharu Ilahiah lainnya seperti Nabi Isa dan Muhammadsaw langsung mendapat tentangan luas. Sebelum menyatakan diri sebagai Masih Mau'ud, Allah SWT telah menjanjikan melalui wahyu bahwa:
‘Aku akan membawa pesanmu sampai ke ujung-ujung dunia.’
Wahyu ini memberikan janji akan adanya dukungan Ilahi dalam penyebaran ajaran Jemaat yang telah dimulainya di dalam Islam. Mentaati perintah Tuhan, Hazrat Ahmad menyatakan diri sebagai Al-Masih bagi umat Kristiani, sebagai Mahdi bagi umat Muslim, sebagai Krishna bagi umat Hindu, dan lain sebagainya. Jelasnya, beliau adalah Nabi yang Dijanjikan bagi masing-masing bangsa dan ditugaskan untuk menyatukan umat manusia di bawah bendera satu agama. Muhammad Saw, Nabi Suci umat Islam adalah seorang nabi yang membawa ajaran yang bersifat universal dan sosok Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang menyatakan diri sebagai Al-Masih yang Dijanjikan, juga menyatakan dirinya tunduk dan menjadi refleksi dari Muhammad, Khataman Nabiyin.
Menjelaskan tentang tujuan diutusnya wujud Masih Mau'ud, beliau menjelaskan:
Tugas yang diberikan Tuhan kepadaku ialah agar aku dengan cara menghilangkan hambatan di antara hamba dan Khalik-nya, menegakkan kembali di hati manusia, kasih dan pengabdian kepada Allah. Dan dengan memanifestasikan kebenaran lalu mengakhiri semua perselisihan dan perang agama, sebagai fondasi dari kedamaian abadi serta memperkenalkan manusia kepada kebenaran ruhaniah yang telah dilupakannya selama ini. Begitu juga aku akan menunjukkan kepada dunia makna kehidupan keruhanian yang hakiki yang selama ini telah tergeser oleh nafsu duniawi. Dan melalui kehidupanku sendiri, memanifestasikan kekuatan Ilahiah yang sebenarnya dimiliki manusia namun hanya bisa nyata melalui doa dan ibadah. Di atas segalanya adalah aku harus menegakkan kembali Ketauhidan Ilahi yang suci, yang telah sirna dari hati manusia, yang bersih dari segala kekotoran pemikiran polytheistik[10].
— Mirza Ghulam Ahmad
Hazrat Masih Mau'ud as. menekankan peningkatan nilai-nilai akhlak dan keruhanian serta mematuhinya secara ketat dalam segenap lingkup kehidupan. Hasilnya ialah beliau telah berhasil mengukuhkan suatu komunitas beranggotakan banyak orang yang hidup berdasar petunjuk dan teladan beliau, mengikuti ajaran Islam selaras dengan fitrat dan kemampuannya masing-masing. Pola dan tradisi yang beliau terapkan telah menjadi jaringan alamiah dalam diri para anggota komunitas tersebut sehingga bisa dikatakan kalau Jemaat yang beliau dirikan itu adalah satu-satunya yang mencerminkan tujuan hakiki kehidupan manusia dan cara-cara pencapaiannya.
Menyusul wafatnya Hazrat Masih Mau'ud as. pada tahun 1908, para Muslim Ahmadi memilih seorang pengganti beliau sebagai Khalifah. Sistem khilafat merupakan rahmat Ilahi yang turun setelah seorang nabi dan meneguhkan solidaritas, kohesi dan persatuan di antara para mukminin. Sosok Khalifah merupakan pimpinan keruhanian dan administratif dari Jemaat Islam Ahmadiyah. Pimpinan tertinggi dari Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia pada saat ini (2007) adalah Hazrat Mirza Masroor Ahmad yang berkedudukan di London dan terpilih sebagai Khalifah kelima. Beliau banyak berjalan ke berbagai negara dan cermat mengamati budaya dan masyarakat lainnya.
Dengan bimbingan seorang Khalifah, Jemaat ini selalu berada di barisan terdepan dalam khidmat dan kesejahteraan kemanusiaan. Banyak sudah sekolah-sekolah, klinik dan rumah sakit yang didirikan di berbagai negeri. Dalam rumah-rumah sakit tersebut, mereka yang papa dan miskin dirawat secara gratis. Pada saat-saat bencana alam di seluruh dunia, Jemaat ini selalu membantu secara sukarela untuk menolong mereka yang terkena dan akan terus demikian Insha Allah, baik secara finansial atau pun phisikal, tanpa membedakan agama, warna kulit atau pun bangsa. Jemaat ini juga telah memiliki jaringan televisi global yang bernama MTA International yang mengudara duapuluh empat jam sehari dalam beberapa bahasa dunia. Layanan ini diberikan tanpa memungut biaya.
Di negeri mana pun mereka tinggal, Muslim Ahmadi selalu mematuhi hukum di tempat itu serta memberikan kesetiaannya kepada negeri kediamannya dan kepada bangsa yang mendiaminya.
Dunia ini yang telah demikian banyak menyaksikan tragedi seabad terakhir dan yang sekarang juga masih belum lepas dari kungkungannya, sesungguhnya sedang berada di tepi jurang mala petaka yang pasti tiba sebagai ganjaran dari keserakahan, sikap mementingkan diri sendiri, prasangka dan terutama sekali karena ketiadaan keadilan yang absolut dan hakiki. Hazrat Masih Mau'ud as. telah memberikan petunjuk bagi manusia akhir zaman ini tentang bagaimana berperilaku di tengah komunitas dunia guna mencapai kedamaian dan keharmonisan. Beliau berujar:
Nasihatku kepada kalian adalah agar kalian ini menjadi teladan dalam semua kebaikan. Jangan sampai kalian malas dalam melaksanakan kewajiban kalian kepada Tuhan dan jangan juga mengabaikan kewajiban kalian kepada sesama manusia[11].
— Mirza Ghulam Ahmad
Hazrat Masih Mau'ud as. telah diberitahukan bahwa pesan-pesannya akan sampai ke pelosok-pelosok dunia. Dari tempat terpencil di Qadian tersebut, sekarang Jemaat ini berkat rahmat Allah SWT, telah menyebar ke lebih dari 170 negara di dunia dan populasinya sudah demikian banyak dimana sebanyak 80 juta manusia telah baiat ke dalam Jemaat pada tahun lalu (artikel ini ditulis tahun 2002). Saya sendiri mengakui kebenaran Ahmadiyat lebih dari 14 tahun yang lalu dan sedetik pun saya tidak pernah menyesalinya, bahkan saya bersyukur setiap hari kepada Tuhan karena telah menuntun saya kepada ajaran universal yang bernama Islam. Saya tidak tertarik kepada agama ini karena paksaan, karena anda tidak bisa memaksakan hati untuk mencintai sesuatu. Saya tertarik karena keindahan ajarannya dan orang-orang yang melaksanakan ajaran tersebut yang menyebut diri mereka sebagai Muslim Ahmadi.
Jemaat Islam Ahmadiyah meyakini dirinya sebagai perwujudan dari Islam hakiki. Fungsinya adalah untuk mempersatukan manusia dengan sang Khalik-nya dan menciptakan kedamaian, baik di tingkat individual mau pun kolektif. Saya menganjurkannya bagi siapa saja yang ingin mencari makna kehidupan yang hakiki.
Baiat dalam Jemaat Ahmadiyah
Dipandang dari segi etimologi, Baiat berarti "menjual". Sedangkan secara istilah berarti menjual diri kepada Allah Ta'ala. Atau dengan kata lain sebagai sumpah setia kepada seorang khalifah/pemimpin umat. Sebagai balasannya, Allah Ta'ala akan memberikan Surga kenikmatan. Selain itu keuntungan Baiat adalah terciptanya keteguhan keimanan terhadap agama dan hilangnya rasa takut terhadap ancaman "musuh" karena mempunyai pemimpin yang dipercaya oleh umat (QS. An Nur: 55)
Pada zaman Rasulullah saw. baiat/sumpah setia pernah dilakukan dibawah pohon Akasia guna menguatkan keimanan.
Bulan Desember 1888, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah menerima ilham Ilahi untuk mengambil bai'at dari orang-orang. Bai'at yang pertama diselenggarakan di kota Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889 di rumah seorang mukhlis bernama Mia Ahmad Jaan. Dan orang yang bai'at pertama kali adalah Hz. Maulvi Nuruddin ra. (yang nantinya menjadi Khalifah pertama Jemaat Ahmadiyah). Pada hari itu kurang lebih 40 orang telah bai'at [12].
Sepuluh Syarat Baiat
- Orang yang bai'at, berjanji dengan hati jujur bahwa dimasa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur, senantiasa akan menjauhi syirik.
- Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasik, kejahatan, aniaya, khianat, huru-hara, pemberontakan; serta tidak akan dikalahkan oleh gejolak-gejolak hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
- Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu tanpa putus-putusnya, semata-mata karena mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan dengan sekuat tenaga akan senatiasa mengerjakan shalat tahajjud, dan mengirimkan shalawat kepada Yang Mulia Rasulullah saw, dan memohon ampun dari kesalahan dan memohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukuri dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecinataan.
- Tidak akan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, baik dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara papaun juga.
- Akan tetap setia terhadap Allah Taala baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat dan musibah; pandeknya, akan rela atas putusan Allah. Dan senatiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di dalam jalan Allah. Tidak akan memalinghkan mukanya dari Allah Taala ketika ditrimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.
- Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu. Dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Al Quran Suci atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam setiap langkahnya.
- Meniggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti halus, dan sopan santun.
- Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hartanya, anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya.
- Akan selamanya menaruh belas kasihan terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nimat yang dianugerahkan Allah Taala kepadanya.
- Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini "Imam Mahdi dan Al Masih Mau'ud", semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal ma'ruf dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan, ataupun ikatan kerja.
Khalifah-Khalifah Ahmadiyah Qadiani
- Hadhrat Hakim Maulana Nur-ud-Din, Khalifatul Masih I, 27 Mei 1908 - 13 Maret 1914
- Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad, Khalifatul Masih II, 14 Maret 1914 - 7 November 1965
- Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III, 8 November 1965 - 9 Juni 1982
- Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV, 10 Juni 1982 - 19 April 2003
- Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V, 22 April 2003 - sekarang
Media Elektronik
Salah satu media Elektronik milik Ahmadiyah yang terbesar adalah melalui televisi. Mereka telah membuat satu televisi yang mereka namai MTA, yaitu Moslem Television Ahmadiyya. Proyek ini dirintis oleh Khalifah Ahmadiyah yang ke-empat, Mirza Tahir Ahmad [13].
Rujukan
- ^ http://www.alislam.org/introduction/index.html
- ^ http://www.thepersecution.org/world/indonesia/05/jai_pr2108.html
- ^ http://alislam.org/introduction/index.html
- ^ "Bukan Sekedar Hitam Putih", [1] halaman 1
- ^ http://www.ahmadiyya.or.id/pengantar
- ^ http://www.ahmadiyya.or.id/kontak
- ^ http://www.ahmadiyah.org/
- ^ http://www.ahmadiyah.org/index.php
- ^ http://www.halalguide.info/index.php?option=com_content&task=view&id=111&Itemid=29
- ^ Khutbah Islamiah, h. 34
- ^ Malfuzat vol. II, h. 298
- ^ http://www.ahmadiyya.or.id/pustaka/buku/riwayatahmad/ahmad2.php
- ^ "MTA"[2]
Pranala luar
- (Inggris) Situs resmi jemaat Ahmadiyyah Internasional (Qadiani)
- (Inggris) Situs resmi Ahmadiyyah Lahore
- (Inggris) Situs Televisi Muslim Ahmadiyah Internasional
- (Indonesia) Situs Gerakan Ahmadiyyah Indonesia (Lahore)
- (Indonesia) Artikel-artikel tentang Ahmadiyyah di isnet.org
- (Inggris) Situs Pertemuan Tahunan Ahmadiyah (Jalsah Salanah)
- (Indonesia) Perbedaan Antara Kaum Muslimin dan Pengikut Ahmadiyyah
- (Indonesia) Ahmadiyah : Selayang pandang
- (Inggris) Situs anti Ahmadiyah
- (Inggris) Situs anti Ahmadiyah II