Busana muslim
Penganut agama Islam sangat peduli terhadap busana dalam dua konteks, yaitu pakaian sehari-hari untuk kegiatan di dalam atau luar rumah dan pakaian khusus beribadah. Di Indonesia sendiri, busana muslim[1] mendapat perhatian yang besar. Populasi penganut agama Islam di Indonesia berjumlah kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk (2010). Hal ini menjadikan industri mode untuk pakaian muslim pun menjadi besar minatnya dengan terlihat munculnya situs web belanja kebutuhan busana muslim. busana muslim adalah model pakaian yang disesuaikan dengan aturan kehidupan penganut agama Islam. Di dalam Al-Qur'an tertulis anjuran-anjuran dan kewajiban bagi orang muslim dalam hal berpakaian. Model baju yang tertutup dan serba panjang menjadi ciri khasnya. Untuk wanita, busana muslim menutupi bagian tubuh seperti rambut, leher, tangan dan kaki.
Sejarah Kontemporer Busana Muslim di Indonesia
Dari Kemerdekaan Hingga Orde Baru
Dari sejak kemerdekaan Indonesia, ada lima agama yang diakui secara resmi oleh Negara, yaitu Islam (85,1%) Protestan (9,2% Protestan), Katolik (3,5%), Hindu (1,8%), dan Buddha (0,4% ). Meskipun sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam, pemerintah menolak permintaan untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam.
Pemerintah Orde Baru selalu mendorong partisipasi organisasi Islam dalam masalah sosial. Penggunaan jilbab[2] menjadi populer di tahun 1980-an. Hal itu disebabkan oleh situasi politik di Indonesia yang membuka jalan bagi perkembangan organisasi-organisasi Islam. Meski demikian, masih ada perusahaan dan organisasi yang melarang pegawai atau anggota perempuannya menggunakan jilbab.
Gerakan Global Islam
Gerakan revolusi Islam di Iran, yang salah satunya mewajibkan perempuan di sana menggunakan jilbab, membawa pengaruh besar bagi dunia. Pengguna busana muslim wanita menjadi lebih terbuka, termasuk di Indonesia. Globalisasi Islam terjadi seiiring dengan perkembangan media audio visual massa. Penganut agama Islam akhirnya merasa menjadi anggota masyarakat internasional.
Popularisasi Busana Islam
Pemimpin rezim Orde Baru, Soeharto, melakukan pendekatan kepada para pemimpin Negara Islam. Pemerintah kala itu memberi bantuan dana untuk pembangunan institusi dan perkembangan organisasi Islam. Anak kepala Negara, Siti Hardijanti Rukmana, yang akrab dipanggil Mbak Tutut pun mulai mengenakan jilbab dengan gaya yang menarik perhatian di masa itu. Efeknya, banyak perempuan mengikuti gayanya. Bisa dikatakan, inilah awal mula gerakan mode dalam hal baju muslim.