Kabupaten Banjar
Kabupaten Banjar adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Martapura. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ± 4.688 km² dan berpenduduk sebanyak 506.204 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Kabupaten Banjar termasuk dalam calon Wilayah Metropolitan Banjar Bakula[1][2]
Kabupaten Banjar | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
| |
Motto: Barakat | |
Koordinat: 3°24′29″S 114°50′55″E / 3.40813134°S 114.84854166°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kalimantan Selatan |
Dasar hukum | UU No. 27 Tahun 1959 |
Ibu kota | Martapura |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Pangeran H. Khairul Saleh |
• Wakil Bupati | Hatim Salman |
Luas | |
• Total | 4,688 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi ((2010)) | |
• Total | 506.204 |
• Kepadatan | 107/km2 (280/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0511 |
Kode Kemendagri | 63.03 |
DAU | Rp. 590.526.945.000.- |
Situs web | http://www.banjarkab.go.id/ |
Motto daerah ini adalah "Barakat" yang artinya "Berkah" (bahasa Banjar).
Sejarah pembentukan kabupaten
Sejak tahun 1826 dibuat perjanjian perbatasan antara Sultan Adam dengan pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1835 sewaktu pemerintahan Sultan Adam Alwasiqubillah telah dibuat untuk pertama kalinya ketetapan hukum tertulis dalam menerapkan hukum Islam di Kesultanan Banjar yang dikenal dengan Undang-Undang Sultan Adam.[3]Tahun 1855, daerah Kesultanan Banjarmasin merupakan sebagian dari De zuider-afdeeling van Borneo termasuk sebagian daerah Dusun (Tamiang Layang) dan sebagian Tanah Laut.[4]
Dari beberapa sumber disebutkan ada beberapa tempat yang menjadi kedudukan raja (istana pribadi Sultan) setelah pindah ke Martapura, seperti Kayu Tangi, Karang Intan dan Sungai Mesa. Tetapi dalam beberapa perjanjian antara Sultan Banjar dan Belanda, penanda tanganan di Bumi Kencana. Begitu juga dalam surat menyurat ditujukan kepada Sultan di Bumi Kencana Martapura. Jadi Keraton Bumi Kencana Martapura adalah pusat pemerintahan (istana kenegaraan) untuk melakukan aktivitas kerajaan secara formal sampai dihapuskannya Kesultanan Banjar oleh Belanda pada tanggal 11 Juni 1860.[5]
Setelah jatuh menjadi daerah protektorat Hindia Belanda, Sultan Banjar dan mangkubumi cukup hanya menerima gaji tahunan dari Belanda. Dibawah mangkubumi yang dilantik Belanda, daerah protektorat Kesultanan Banjar dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi Banua Lima di bawah regent Raden Adipati Danu Raja dan divisi Martapura di bawah regent Pangeran Jaya Pamenang. Divisi Martapura terbagi dalam 5 Distrik, yaitu Distrik Martapura, Distrik Riam Kanan, Distrik Riam Kiwa, Distrik Benua Empat dan Distrik Margasari. Regent Martapura terakhir adalah Pangeran Suria Winata. Jabatan regent dihapuskan pada tahun 1884.
Status Kesultanan Banjar setelah dihapuskan masuk ke dalam Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo. Daerah-daerah bekas Kesultanan Banjar digabungkan dengan daerah-daerah yang sudah menjadi milik Belanda sebelumnya.
Wilayah Kalimantan Selatan dibagi dalam 4 afdeeling, salah satunya adalah afdeeling Martapura. Selanjutnya terjadi perubahan dalam keorganisasian pemerintahan Hindia Belanda. Sejak 1898 di bawah Afdeeling terdapat Onderafdeeling dan distrik. Pembagian administratif tahun 1898 menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178, Afdeeling Martapoera dengan ibukota Martapura terdiri dari :[6]
- Onderafdeeling Martapoera terdiri dari : Distrik Martapura.
- Onderafdeeling Riam Kiwa dan Riam Kanan terdiri dari :
- Onderafdeeling Tanah Laoet terdiri dari :
Afdeeling Martapura terdiri 3 onderafdeeling, salah satunya adalah onderafdeeling Martapura dengan distrik Martapura. Dalam tahun 1902, Afdeeling Martapura membawahi 3 onderafdeeling: Martapura, Pengaron dan Tanah Laut.[7] Perubahan selanjutnya Martapura menjadi onderafdeeling di bawah Afdeeling Banjarmasin. Afdeeling dipimpin oleh Controleur dan Kepala Distrik seorang Bumiputera dengan pangkat Kiai. Setelah kedaulatan diserahkan oleh pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949, ditetapkan daerah Otonomi Kabupaten Banjarmasin. Daerah otonom Kabupaten Banjarmasin meliputi 4 Kawedanan.
DPRDS pada tanggal 27 Februari 1952, mengusulkan perubahan nama Kabupaten Banjarmasin menjadi Kabupaten Banjar yang disetujui dengan Undang-undang Darurat 1953, kemudian dikukuhkan dengan Undang-undang No. 27 Tahun 1959.[8]
Administrasi
Kabupaten Banjar terbagi menjadi 20 kecamatan, yaitu:
Layanan Publik
- RSUD Ratu Zalecha di Martapura.
- RS Danau Salak di Mataraman.
- Terminal Induk di Km. 17.
- Pasar Sekumpul.
Perekonomian
Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dari perkebunan karet yang rata-rata adalah kebun perseorangan. Selain itu perkebunan jeruk menjadi penopang hidup sebagian masyarakat yang merupakan produk unggulan dari Kecamatan Astambul. Keberadaan perusahaan lokal, nasional dan asing yang bergerak dibidang Tambang Batubara turut memberikan andil besar terhadap perekonomian di Kabupaten Banjar.
Tambang Batubara di kabupaten ini dikelola oleh perusahaan seperti PT. Pamapersada Nusantara, PT. Kalimantan Prima Persada, PT. Pinang Coal Indonesia dan lain-lain yang diawasi oleh Perusahaan Daerah (PD. Baramarta).
Suku bangsa
Suku bangsa yang ada di Kabupaten Banjar antara lain: [9]
- Suku Banjar: 361.692 jiwa
- Suku Jawa: 29.805 jiwa
- Suku Bugis: 828 jiwa
- Suku Madura: 13.047 jiwa
- Suku Bukit: 1.737 jiwa
- Suku Mandar: 17 jiwa
- Suku Bakumpai: 34 jiwa
- Suku Sunda: 1.187 jiwa
- Suku lainnya: 3.554 jiwa
Kepala daerah
Daftar Regent di masa Hindia Belanda
Berikut ini adalah daftar nama-nama Regent Martapoera:
No. | Foto | Nama | Periode | Keterangan |
1. | Pangeran Djaja Pamenang | 1860–1870 | Regent (Bupati) Martapoera | |
2. | Pangeran Soeria Winata | 1870–1884 | Regent (Bupati) Martapoera |
Daftar Bupati Banjar
Berikut ini adalah daftar nama-nama yang pernah memimpin Kabupaten Banjar sejak tahun 1950:
No. | Foto | Nama | Periode | Keterangan |
1. | A. Basoeni | 1950–1952 | Bupati | |
2. | A. Roeslan | 1952–1953 | Bupati | |
3. | H.M. Yusran | 1953–1956 | Bupati | |
4. | Mansyah | 1956–1958 | Bupati | |
5. | Gt.Masrudin | 1958–1959 | Bupati | |
6. | Wahyu Arief | 1959 | Kepala Daerah | |
7. | H.A. Hudari | 1959–1960 | Bupati KDH | |
8. | H. Basri, BA | 1960–1965 | Bupati KDH | |
9. | H.A.H. Budhigawis | 1965–1972 | Bupati KDH | |
10. | Soendijo | 1972–1982 | Bupati KDH | |
11. | Drs.H.Mochtar Sofyan | 1982–1987 | Bupati KDH | |
12. | Rusiansjah, B.Ac | 1987–1989 | Bupati KDH | |
13. | Drs. Fadhullah Thaib | 1989–1990 | Pejabat sementara (pjs.) Bupati KDH | |
14. | Drs. Faisal Hasanuddin | 1990–1995 | Bupati KDH | |
15. | H. Abdul Madjid | 1995–1999 | Bupati KDH | |
16. | Drs.H. Rudy Ariffin, MM | 1999–2005 | Bupati Banjar | |
17. | Ir.H.Gusti Khairul Saleh, MM | 2005–sekarang |
Terpilih secara demokratis melalui Pilkada 2005 dan 2010 |
Lagu Daerah
Lagu-lagu daerah yang berasal dari wilayah ini adalah:
Lihat pula
Galeri
-
Kerajinan rakyat dari kabupaten Banjar.
-
Rumah Adat Kabupaten Banjar.
-
Rumah Batu yang juga menjadi tempat penggosokan intan tradisional di kota Martapura.
-
Taman Cahaya Bumi Selamat.
-
Gerbang masuk menuju makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Referensi
- ^ oza (3 Februari 2011). "Prospek Menjadi Kota Metropolis". Radar Banjarmasin.
- ^ "Konsep Metropolitan Banjar Bakula Akhirnya Diakui Pusat". Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. 4 Februari 2011.
- ^ zamanbaru.pdf
- ^ (Belanda) J. B. J Van Doren (1860). Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz. 1. J. D. Sybrandi. hlm. 241.
- ^ melayuonline.com - Kesultanan Banjar
- ^ Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta, 1986.
- ^ Administrative divisions in Dutch and British Borneo, 1902
- ^ Pemkab Banjar - Sejarah Kerajaan Banjar.pdf
- ^ Sumber: Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk Tahun 2000