Kesultanan Sulu
Kesultanan Sulu adalah sebuah pemerintahan Muslim yang pernah suatu masa dahulu menguasai Laut Sulu di Filipina Selatan. Kesultanan ini didirikan pada tahun 1450. Pada zaman kegemilangannya, negeri ini telah meluaskan perbatasannya dari Mindanao hingga negeri Sabah. Dalam Kakawin Nagarakretagama, negeri Sulu disebut Solot, salah satu negeri di kepulauan Tanjungnagara (Kalimantan-Filipina) yaitu salah satu kawasan yang menjadi daerah pengaruh mandala kerajaan Majapahit di Nusantara. Negeri Sulu terletak di lepas pantai timur laut pulau Kalimantan.
سلطنة سولو دار الإسلام Kesultanan Sulu Darussalam | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1457–1917 | |||||||||||||
Lambang
| |||||||||||||
Ibu kota | Jolo | ||||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Arabic (official), Tausug, Bajau, Bisaya, Banguingui, Malay languages | ||||||||||||
Agama | Islam | ||||||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||||||
Sultan | |||||||||||||
• 1457–80 | Sharif ul-Hashim of Sulu | ||||||||||||
• 1480–1505 | Sultan Kamalud-Din | ||||||||||||
• 1505–27 | Sultan Amirul-Umara | ||||||||||||
• 1884–99 | Jamal ul-Kiram I | ||||||||||||
Sejarah | |||||||||||||
• Didirikan | 1457 | ||||||||||||
• Pembubaran Kesultanan | 1917 | ||||||||||||
| |||||||||||||
Sekarang bagian dari | Indonesia Malaysia Philippines | ||||||||||||
Sejarah
Pada tahun 1380, seorang ulama keturunan Arab, Karim ul-Makdum memperkenalkan Islam di Kepulauan Sulu. Kemudian tahun 1390, Raja Bagindo yang berasal dari Minangkabau[1] melanjutkan penyebaran Islam di wilayah ini. Hingga akhir hayatnya Raja Bagindo telah mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke Pulau Sibutu.[2]
Sekitar tahun 1450, seorang Arab dari Johor yaitu Shari'ful Hashem Syed Abu Bakr tiba di Sulu. Ia kemudian menikah dengan Paramisuli, putri Raja Bagindo. Setelah kematian Raja Bagindo, Abu Bakr melanjutkan pengislaman di wilayah ini. Pada tahun 1457, ia memproklamirkan berdirinya Kesultanan Sulu dan memakai gelar "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr". Gelara "Paduka" adalah gelar setempat yang berarti tuan sedangkan "Mahasari" bermaksud Yang Dipertuan.
Pada tahun 1703, Kesultanan Brunei menganugerahkan Sabah Timur kepada Kesultanan Sulu atas bantuan mereka menumpas pemberontakkan di Brunei. Pada tahun yang sama, Kesultanan Sulu menganugerahkan Pulau Palawan kepada Sultan Qudarat dari Kesultanan Maguindanao sebagai hadiah perkawinan Sultan Qudarat dengan puteri Sulu dan juga sebagai hadiah persekutuan Maguindanao dengan Sulu. Sultan Qudarat kemudian menyerahkan Palawan kepada Spanyol.