Arief Koeshariadi (lahir 1945) merupakan saksi sejarah dan terlibat langsung dalam detik-detik pergantian kepemimpinan Nasional atau era awal reformasi, Laksamana TNI Arief seperti dituturkannya dalam berbagai kesempatan sangat heran ketika terjadi kerusuhan Mei 1998, Arief berkeliling Jakarta dan tak melihat adanya pasukan di lapangan. Padahal, jumlah pasukan yang di bawah kendali operasi di Jakarta kala itu 110 satuan setingkat kompi. Pasukan tersebut terdiri dari pasukan Yonif 327 Brawijaya, Grup I Kopassus, Kostrad, marinir, dan tiga skuadron helikopter TNI Angkatan Udara.

Melihat kejanggalan itu, Arief lalu mendatangi lokasi parkir panser-panser marinir. Di tempat ini pun tak seorang marinir ditemukan. Karena khawatir, Arief lalu memerintahkan pasukan marinir di Surabaya datang di Jakarta.

Pasukan yang tiba di Halim Perdanakusuma ditempatkan di Cilandak. Dari markas marinir di Jakarta tersebut, pasukan disebar. "Pasukan tiba sebelum Jenderal Wiranto ke Malang,"tidak ada pasukan yang terlihat atau berusaha melakukan pengamanan sehingga atas inisiatifnya dia mengkontak Kesatuan Korps Marinir dari Surabaya untuk mengirim pasukan ke Jakarta.

Sebagai KSAL saat itu Arief berhasil membawa TNI AL melewati krisis tanpa menimbulkan korban dan kecaman yang dialamatkan ke TNI AL, tidak seperti koleganya TNI AD yang saat itu muncul banyak friksi dan gesekan gesekan di dalamnya. Tetapi hal tersebut mengakibatkan dirinya harus digantikan di tengah jalan oleh Jendral TNI Wiranto.

Arief pernah menjadi Panglima Armada RI Kawasan Barat dan komandan kapal, jenjang kariernya dia jalani dari bawah. Ia memiliki tiga putri.


Didahului oleh:
Tanto Kuswanto
Kepala Staf TNI Angkatan Laut
1996-1998
Diteruskan oleh:
Widodo AS