Tudung es kutub
Tudung es kutub adalah wilayah lintang utara suatu planet atau satelit alami yang tertutup es.[1] Tidak ada aturan soal ukuran atau komposisi badan es agar bisa disebut tudung es kutub. Tidak ada pula aturan geologi bahwa esnya harus berada di daratan. Satu-satunya syarat pasti adalah badan zat padat yang terletak di wilayah kutub. Ini menyebabkan istilah "tudung es kutub" salah pakai, karena kata tudung es itu sendiri memiliki beberapa syarat seperti letaknya harus di daratan dan memiliki luas kurang dari 50.000 km², lebih besar daripada itu disebut lembar es.
Komposisi esnya beragam. Misal, tudung es kutub Bumi didominasi es air, sedangkan tudung es kutub Mars adalah campuran es air dan karbon dioksida padat.
Tudung es kutub terbentuk karena wilayah lintang tinggi menerima radiasi surya dari Matahari lebih sedikit daripada wilayah khatulistiwa, sehingga suhu permukaannya lebih rendah..
Tudung es kutub Bumi telah berubah drastis dalam kurun 12.000 tahun terakhir. Variasi tudung es secara musiman terjadi akibat tidak tentunya penyerapan energi surya saat planet atau bulan mengitari Matahari. Selain itu, dalam skala waktu geologi, tudung es bisa berkembang atau menyusut karena perubahan iklim.
Bumi
-
Bentang es laut Arktik bulan September, 1978–2002
-
Bentang es laut Arktik bulan Februari, 1978–2002
Kutub Utara
Kutub utara Bumi ditutupi oleh es tumpuk (es laut) yang mengambang di Samudra Arktik. Bagian es yang tidak mencair musiman bisa menjadi sangat tebal, 3–4 meter di beberapa titik dan 20 meter di punggung es. Es yang tidak mencair sepanjang tahun biasanya setebal 1 meter. Wilayah yang terutup es laut berkisar antara 9 dan 12 juta km². Selain itu, lembar es Greenland menduduki daerah seluas 1,71 juta km² dan mengandung es seluas 2,6 juta km³. Ketika es mencair, muncul potongan-potongan es kecil yang mengambang dan tersebar di seluruh kutub utara.[2]
Menurut National Snow and Ice Data Center, sejak 1979, bentang es Arktik saat musim dingin berkurang 4,2 persen setiap dekadenya. Pada 2008 dan 2009, bentangan es laut minimum Arktik melebihi bentangan tahun 2007. Kadang bentangan es mendekati rata-rata 1979–2000, seperti yang terjadi bulan April 2010, berdasarkan data National Snow and Ice Data Center.[3]
Kutub Selatan
Massa daratan kutub selatan Bumi, Antarktika, tertutupi oleh lembar es Antarktika. Tudung es ini menduduki wilayah seluas 14,6 juta km² dan mengandung 25–30 juta km³ es. Sekitar 70% air tawar di Bumi tersimpan di lembar es ini (lihat iklim Antarktika).
Data dari National Snow and Ice Data Center menunjukkan bahwa cakupan es laut di Antarktika sedikit bertambah dalam tiga dasawarsa terakhir (1979–2009).[4]
Historical cases
Over the past several decades Earth’s polar ice caps have gained a significant amount of attention due to their alarming decrease in landmass. NASA reports that sea ice in the Arctic has been declining at a rate of nine percent per decade for the past 30 years. "Warming trends like those found in these studies could greatly affect ocean processes, which, in turn, impact Arctic and global climate."[5]
Due to polar ice caps current rate of decline, there have been many investigations and discoveries on glacier dynamics and their influence on the world’s climate. In the early 1950s, scientists and engineers from the US Army began drilling into polar ice caps for geological insight. These studies resulted in “nearly forty years of research experience and achievements in deep polar ice core drillings… and established the fundamental drilling technology for retrieving deep ice cores for climatologic archives.” [6] Polar ice caps have been used to not only track current climate patterns, but also patterns over the past several thousands years due to traces of CO2 and CH4 found trapped in the ice. In the past decade, polar ice caps have shown their most rapid decline in size with no true sign of recovery. Josefino Comiso, a senior research scientist at NASA, found that the “rate of warming in the Arctic over the last 20 years is eight times the rate of warming over the last 100 years.”[7] In September 2012, sea ice reached its smallest size ever. Journalist John Vidal stated that sea ice is "700,000 sq km below the previous minimum of 4.17m sq km set in 2007".[8]
Mars
[[File:Mars NPArea-PIA00161 modest.jpg|right|200px|thumb|[[Wilayah kutub utara Mars dengan tudung esnya. Gambar komposit dari wahana Viking 1 (NASA/JPL-Caltech).]] Selain Bumi, planet Mars juga memiliki tudung es kutub. Tudung es tersebut didominasi es air dengan sekian persen debu.[9] Karbon dioksida beku mewakili sebagian kecil permanen Planum Australe atau Deposit Lapisan Kutub Selatan. Di kedua belahan, karbon dioksida beku mengendap saat musim dingin dan menyublim saat musim semi.
Data yang dikoleksi tahun 2005 dari beberapa misi NASA ke Mars menunjukkan bahwa tudung es residu di selatan mengalami sublimasi setiap tahun. Penjelasan yang lebih diterima sebagai penyebab perubahan ini adalah fluktuasi orbit planet.[10]
Lihat pula
Referensi
- ^ The National Snow and Ice Data Center Glossary
- ^ "NSIDC Arctic Sea Ice News Fall 2007". nsidc.org. Diakses tanggal 2008-03-27.
- ^ "Arctic Sea Ice News & Analysis". National Snow and Ice Data Center. Diakses tanggal 2010-05-09.
- ^ "State of the Cryosphere / Arctic and Antarctic Standardized Anomalies and Trends Jan 1979 - Jul 2009". National Snow and Ice Data Center. Diakses tanggal 2010-04-24.
- ^ Thompson, Elvia. "Recent Warming of Arctic May Affect Worldwide Climate". NASA. Diakses tanggal 2 October 2012.
- ^ Langway, Chester (2008). "The history of early polar ice cores, Cold Regions Science and Technology". 52 (2): 101–117.
- ^ Thompson, Elvia. "Recent Warming of Arctic May Affect Worldwide Climate". NASA. Diakses tanggal 2 October 2012.
- ^ Videl, John. "Arctic Ice Shrinks 18% against Record, Sounding Climate Change Alarm Bells". The Guardian. London. Diakses tanggal 3 October 2012.
- ^ Grima, Cyril G.; Kofman, W.; Mouginot, J.; Phillips, R. J.; Herique, A.; Biccardi, D.; Seu, R.; Cutigni, M. (2009). "North polar deposits of Mars: Extreme purity of the water ice". Geophysical Research Letters. 36 (3). doi:10.1029/2008GL036326.
- ^ Ravilious, Kate (2007-02-28). "Mars Melt Hints at Solar, Not Human, Cause for Warming, Scientist Says". National Geographic News. National Geographic Society. Diakses tanggal 2008-10-28.