Saifuddin Zuhri
Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (1 Oktober 1919 – 25 Maret 1986) adalah Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Kerja III, Kabinet Kerja IV, Kabinet Dwikora I, Kabinet Dwikora II, dan Kabinet Ampera I.
Saifuddin Zuhri | |
---|---|
Berkas:KH Saifuddin Zuhri.jpg | |
Menteri Agama Republik Indonesia 9 | |
Masa jabatan 6 Maret 1962 – 17 Oktober 1967 | |
Presiden | Soekarno |
Informasi pribadi | |
Lahir | Banyumas, Jawa Tengah, Hindia Belanda | 1 Oktober 1919
Meninggal | 25 Februari 1986 Indonesia | (umur 66)
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | NU |
Sunting kotak info • L • B |
Awal Kehidupan
Ayahnya bernama Haji Muhammad Zuhri dari keluarga petani yang taat beragama. Ibunya bernama Siti Saudatun, salah seorang cucu Kiai Asraruddin, seorang ulama yang berpengaruh dan memimpin sebuah pesantren kecil di daerahnya. Ketika tak dapat menghindari penunjukan Bupati (Regent) Banyumas untuk memangku jabatan penghulu, pengaruh Kiai Asraruddin bertambah besar. Jadilah ia seorang ulama, politisi, pejuang sekaligus seorang penghulu.
K.H. Saifuddin Zuhri dibesarkan dalam pendidikan pesantren di daerah kelahirannya, sebuah pesantren kecil yang tidak tenar namanya. Masa mudanya ditempuh dalam keprihatinan untuk mendidik diri sendiri. Ia memasuki pergerakan pemuda dalam tempaan zaman pergolakan bersenjata dan pergerakan politik. Pada usia 19 tahun ia dipilih menjadi pemimpin Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama Daerah Jawa Tengah Selatan, dan Konsul Nahdlatul 'Ulama Daerah Kedu merangkap Guru Madrasah. Berbarengan dengan itu ia aktif dalam dunia kewartawanan, menjadi koresponden kantor berita Antara (kini Lembaga Kantor Berita Nasional Antara) dan beberapa harian dan majalah.
Perjuangan
K.H. Saifuddin Zuhri diangkat sebagai Komandan Divisi Hizbullah Jawa Tengah dan Anggota Dewan Pertahanan Daerah Kedu ia memimpin laskar Hizbullah untuk bersama-sama pasukan TKR di bawah pimpinan Kol. Soedirman, dan berbagai pasukan kelasykaran rakyat lainnya ikut pertempuran Ambarawa (yang terkenal dengan peristiwa Palagan Ambarawa) itu dan berhasil mengusir penjajah. Karena keterlibatan aktif, sungguh-sungguh, dan penuh kepahlawanan dari KH. Saifuddin Zuhri dalam Perang Ambarawa dan perang gerilya lainnya, maka Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menganugerahkan “Tanda Kehormatan Bintang Gerilya”, sesuai dengan SK Presiden Republik Indonesia No. 2/Btk/1965 tanggal 4 Januari 1965.
Selain dari Pemerintah Republik Indonesia, KH. Saifuddin Zuhri sering mendapatkan penghargaan berupa tanah dari masyarakat. Dalam surat hibah tanah itu ditulis ucapan terima kasih kepada Komandan Hizbullah KH. Saifuddin Zuhri karena telah membantu menyelamatkan keluarganya di zaman revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, tanah itu tidak dijadikan sebagai tanah pribadi. KH. Saifuddin memberikan tanah itu kepada kiai lokal untuk dijadikan sebagai pesantren atau lembaga pendidikan Islam.
Kenapa KH. Saifuddin Zuhri meminta agar tanah yang diterima dari orang kaya yang pernah ditolongnya menjadi pesantren? Bagi beliau, pesantren merupakan lembaga di mana para pelajar dididik secara holistik, baik secara intelektual maupun secara mental. Lebih dari itu, pesantren merupakan basis dan pondasi untuk memupuk nasionalisme, terutama di kalangan umat Islam. Pesantren yang biasanya didatangi pelajar dari penjuru tanah air merupakan “kawah candradimuka” yang paling ampuh untuk mengenalkan persaudaraan antar sesama bangsa yang dalam tradisi Nahdlatul Ulama sering disebut dengan ukhuwah wathaniyah.
Pendidikan
- SD-MI, Madrasah Manbaul Ulum dan Salafiyah,
- LP Al-Islam, Solo.
Pengabdian/ Karier
- Konsul daerah Ansor Dan NU Jateng
- Komandan Barisan Hizbullah
- Anggota KNPI
- Sekjen Partai NU
- Mustasyar PBNU
- Ketua DPP PPP
- Menteri Agama
- Anggota DPR
- Guru Besar IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
- Rektor IAI Al-Akidah
- Pelopor Pengembangan IAIN
- Pemimpin Umum/Redaksi “Duta Masyarakat”.
Karya
- (1947) Palestina dari Zaman ke Zaman
- (1965) Agama Unsur Mutlak dalam National Building
- (1972) K.H. Abdul Wahab Hasbullah, Bapak Pendiri NU
- (1974) Guruku Orang-orang dari Pesantren
- (1979) Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia
- (1981) Kaleidoskop Politik Indonesia (tiga jilid)
- (1982) Unsur Politik dalam Dakwah
- (1983) Secercah Dakwah
- Berangkat dari Pesantren – karyanya yang rampung menjelang akhir hayat.
Penghargaan
Pada usia 45 tahun KH. Saifuddin Zuhri mendapat diwisuda menjadi Guru Besar Luar Biasa dalam bidang dakwah dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada tahun 1965 menerima penghargaan Bintang Equitem Commendatorem Ordinis Sancti Silvestri Papae dari Sri Paus di Vatican, Roma.
Selaku tentara, KH. Saifuddin Zuhri juga menerima beberapa bintang penghargaan:
- Tanda Kehormatan Bintang Gerilya
- Satyalancana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kesatu
- Satyalancana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kedua
- Satyalancana Gerakan Operasi Militer I
- Satyalancana Gerakan Operasi Militer V
- Satyalancana Gerakan Operasi Militer VI
Sumber
Jabatan pemerintahan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: K.H. M. Wahib Wahab |
Menteri Agama Indonesia 1962 - 1967 |
Diteruskan oleh: KH. Muhammad Dahlan |