Peladangan

sebuah sistem bercocok tanam berpindah-pindah dari satu bidang tanah atau ladang ke bidang tanah yang lain, biasanya dibuka dengan menebang dan membakar sebagian hutan untuk membuat ladang

Tebang dan bakar adalah teknik pertanian yang melibatkan penebangan dan pembakaran hutan untuk membuat ladang. Ini adalah teknik pertanian subsisten yang biasanya menggunakan sedikit teknologi atau alat lainnya. Hal ini biasanya menjadi bagian dari pertanian ladang berpindah.[1]

Praktek tebang dan bakar di Eno, Finlandia, 1893.
Foto yang menggambarkan tebang dan bakar disepanjang Rio Xingu (Sungai Xingu) di Mato Grosso, Brasil.

Teknik tebang dan bakar digunakan oleh sekitar 200 hingga 500 juta orang di seluruh dunia.[2][3] Pada tahun 2004 diperkirakan bahwa, di Brasil saja, 500.000 petani kecil masing-masing membabat rata-rata satu hektar hutan per tahun. Teknik ini tidak berkelanjutan bila melampaui kepadatan penduduk tertentu karena, tanpa pepohonan, kualitas tanah menurun hingga tak mampu mendukung tanaman. Para petani harus pindah ke hutan primer dan mengulangi proses tersebut. Metode seperti sistem pertanaman lorong diantara deretan pohon Inga telah diusulkan sebagai alternatif untuk kehancuran ekologis ini.[4]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Tony Waters, The Persistence of Subsistence Agriculture, p. 3. Lexington Books (2007).
  2. ^ Slash and burn, Encyclopedia of Earth
  3. ^ Skegg, Martin.True Stories: Up In Smoke The Guardian 24 September 2011.
  4. ^ Elkan, Daniel. Slash-and-burn farming has become a major threat to the world's rainforest The Guardian 21 April 2004