Ami Prijono

pemeran laki-laki asal Indonesia
Revisi sejak 19 Juli 2013 04.23 oleh Jasintacantik (bicara | kontrib) (menambahkan Kategori:Tokoh Jawa menggunakan HotCat)

Templat:Infobox artis indonesia Lembu Amiluhur Priyawardhana Priyono (23 Oktober 1939 – 7 Juni 2001) atau lebih dikenal dengan nama Ami Prijono (EYD: Ami Priyono) adalah seorang penata seni, aktor, dan sutradara film senior Indonesia. Ami Prijono pernah mengenyam pendidikan pada akademi sinematografi Moskow pada jurusan Penata Seni.

Biografi

Lahir di Batavia (sekarang Jakarta) pada 23 Oktober 1939, Ami adalah anak satu-satunya Priyono, seorang politikus dan pendidik yang kemudian menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Kabinet Presiden Soekarno tahun 1957 - 1966. Setelah lulus dari SMU AMI berangkat ke Moskow, di mana ia belajar tentang perfilman di Institut Sinematografi Negara All-Union.[1][2][3]

Setelah kembali ke Indonesia Ami mulai mengajar di Akademi Teater Nasional di Jakarta.[3] Pada tahun 1968 ia bergabung dengan industri film dalam negeri, mengambil peran penata seni dalam Djampang Mentjari Naga Hitam. Dia mendapat debut aktingnya dua tahun kemudian dalam Tuan Tanah Kedawung sebagai aktor pendukung. [1] Pada tahun 1973 ia menikah dengan penulis feminis Julia Suryakusuma.[3]

Pada tahun Festival Film Indonesia 1974 penataan seni Ami dalam film Ambisi memenangi penghargaan Piala Citra.[1] Tahun itu pula ia mendapat debutnya sebagai sutradara dengan film Dewi. Film lain yang dia sutradarai tahun itu, Karmila, diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Marga T. Film ini, yang merupakan film Indonesia kedua yang paling menguntungkan tahun tersebut - diakui telah menghasilkan ketertarikan sineas-sineas dalam membuat film adaptasi selama dekade berikutnya.[4] Ami melanjutkan kariernya dan menjadi salah satu dari empat sutradara yang mendominasi industri film lokal pada tahun 1970-an.[5] Setelah film Lonceng Maut pada tahun 1976 Ami meninggalkan karier penataan seni, dengan fokus pada aktingnya dan penyutradaraan.[2][6]

Pada tahun 1977 Ami merilis film Jakarta Jakarta.[6] Film yang berfokus pada kehidupan sengsara sehari-hari penduduk ibukota, film ini memenangkan lima Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1978 di Ujungpandang, termasuk "Film Terbaik", "Penyutradaraan Terbaik", dan "Skenario Terbaik" (bersama dengan N. Riantiarno).[1] Pada tahun 2009, Ben Murtaugh dari SOAS, Universitas London, menggambarkan film itu sebagai "gambaran menarik dari [Jakarta] selama tahun 1970".[7]

Roro Mendut, yang dirilis pada tahun 1982, memberikan Ami pengakuan internasional terbesarnya.[2] Film yang didasarkan pada Rara Mendut|legenda Indonesia Rara Mendut dan berdasarkan novel yang ditulis oleh Y.B. Mangunwijaya, memberikan dia nominasi pengharaan "Penyutradaraan Terbaik" di Festival Film Indonesia 1983;[8][9] Dia hanya kalah dari Teguh Karya, sutradara dari Di Balik Kelambu.[10] Ami menerima nominasi lain pada tahun berikutnya untuk Yang, namun kalah dari Sjumandjaja dari film Budak Nafsu.[11] Dia menyutradarai film terakhirnya, Jodoh Boleh Diatur, pada tahun 1988.[2]

Dengan menurunnya jumlah produksi film dalam negeri pada awal 1990-an, Ami meninggalkan bioskop dan mulai berakting di televisi. Dia berakting di beberapa serial pada awal tahun 1994, termasuk Salah Asuhan (1994) dan Pedang Keadilan (1996). [1] Selama periode ini ia bertugas di dewan juri dari beberapa festival film, termasuk Festival Sinetron Indonesia, 1994 dan 1996, Fukuoka International Film Festival (1996), dan Asia Pacific Film Festival (1995).[2] Dia meninggal pada tanggal 7 Juni 2001, setelah beberapa tahun sakit.[2][12]

Filmografi

Ami berakting dalam 34 film dan adalah anggota kru film dalam 22 judul. Dia menyutradarai 12 film dalam kariernya.[6]

Sebagai pemeran

Sebagai kru

Sinetron

Penghargaan

Referensi

Penghargaan dan prestasi
Didahului oleh:
Sjuman Djaya
Film : Si Doel Anak Modern
(1977)
Sutradara Terbaik
(Festival Film Indonesia)

Film : Jakarta Jakarta
(1978)
Diteruskan oleh:
Teguh Karya
Film : November 1828
(1979)