Transjakarta
Transjakarta atau umum disebut sebagai Busway adalah sebuah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan, yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta, Indonesia. Sistem ini didesain berdasarkan sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia. Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung aktivitas ibukota yang sangat padat. Transjakarta merupakan sistem BRT dengan jalur lintasan terpanjang di dunia (208 km), serta memiliki 228 halte yang tersebar dalam 12 koridor (jalur), yang beroperasi dari 05.00 - 22.00 WIB.
Transjakarta dioperasikan oleh Unit Pengelola Transjakarta Busway (UPTB) dibawah Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, yang bertanggungjawab penuh kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam operasional Transjakarta (Pramudi, Onboard/petugas bus, Barrier/petugas halte, dan petugas kebersihan) sekitar 6.000 orang.[1] Jumlah rata-rata harian pengguna Transjakarta diprediksikan sekitar 350.000 orang. Sedangkan pada tahun 2012, Jumlah pengguna Transjakarta mencapai 109.983.609 orang.[2]
Sejarah
Ide pembangunan proyek Bus Rapid Transit di Jakarta muncul sekitar tahun 2001. Kemudian ide ini ditindaklanjuti oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso. Sebuah institut bernama Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) menjadi pihak penting yang mengiringi proses perencanaan proyek ini. Konsep awal dari sistem ini dibuat oleh PT. Pamintori Cipta, sebuah konsultan transportasi yang sudah sering bekerjasama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Selain pihak swasta, terdapat beberapa pihak lain yang juga mendukung keberhasilan dari proyek ini, di antaranya adalah badan bantuan Amerika (US AID) dan The University of Indonesia’s Center for Transportation Studies (UI-CTS).[3]
Transjakarta memulai operasinya pada 15 Januari 2004,ditandai dengan peresmian Koridor 1, dengan tujuan memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, dan terjangkau bagi warga Jakarta. Sejak awal pengoperasian Transjakarta, harga tiket ditetapkan untuk disubsidi oleh pemerintah daerah. Dalam rangka sosialisasi dan pengenalan angkutan massal ini kepada masyarakat, pada 2 minggu pertama pengoperasiannya (15-30 Januari 2004) pengguna Transjakarta tidak dikenakan tarif. Mulai 1 Februari 2004, tarif Transjakarta mulai diberlakukan seharga Rp 2000.
Beberapa pengembangan pasca-peresmian Koridor 1 terus dilakukan, antara lain lowongan supir bus yang terbuka bagi perempuan, perbaikan sarana-prasarana bus dan halte, pemberlakuan zona khusus perempuan, penempatan petugas di dalam bus, sterilisasi jalur Transjakarta dengan portal manual maupun otomatis, uji coba sistem contra-flow (jalur Transjakarta yang berlawanan arah dengan jalur umum yang bersinggungan), serta pelayanan bagi pengguna penyandang cacat.
Setelah Koridor 1 sukses dioperasikan, koridor-koridor selanjutnya mulai dibangun dan diresmikan secara bertahap:
- Koridor 2 dan 3 diresmikan pada 15 Januari 2006.
- Koridor 4, 5, 6, dan 7 diresmikan pada 27 Januari 2007.
- Koridor 8 diresmikan pada 21 Februari 2009.
- Koridor 9 dan 10 diresmikan pada 31 Desember 2010.
- Koridor 11 diresmikan pada 28 Desember 2011.
- Koridor 12 diresmikan pada 14 Februari 2013.
Transportasi penunjang Transjakarta terus diupayakan. Angkutan pengumpan (feeder busway) juga dioperasikan pada 2011 di 3 wilayah, yaitu SCBD, Puri Kembangan, dan Tanah Abang, namun ditutup pada Desember 2012 karena operator menganggap rute-rute tersebut sepi pengguna dan menimbulkan kerugian.[4] Saat ini, angkutan penunjang Transjakarta terdiri atas Kopaja AC yang beroperasi di dalam kota dan Angkutan Penumpang Terintegrasi Busway (APTB) yang melayani wilayah Jabodetabek.
Armada Bus
Jenis
Transjakarta dioperasikan dengan menggunakan bus sebanyak 669 unit bus[5], terdiri dari bus tunggal dan bus gandeng. Tipe dan warna bus tiap koridor berbeda-beda, untuk memudahkan pengguna yang akan menaiki bus menuju tempat yang dituju. Bus yang digunakan sebagai armada angkutan Transjakarta adalah:
- Koridor 1 : Bus Zhong Tong (DMR).
- Koridor 2 : Bus Daewoo biru-putih dan abu-abu (TB).
- Koridor 3 : Bus Daewoo kuning-merah dan abu-abu (TB).
- Koridor 4 : Bus Daewoo dan Hyundai abu-abu (JMT).
- Koridor 5 : Bus gandeng Huang Hai (JMT), bus gandeng Komodo abu-abu (LRN), dan bus gandeng Ankai kuning-merah (BMP).
- Koridor 6 : Bus Daewoo dan Hyundai (JTM)
- Koridor 7 : Bus Hino abu-abu (LRN)
- Koridor 8 : Bus Hino abu-abu (PP) dan bus gandeng Zhong Tong (DMR)
- Koridor 9 : Bus Hyundai merah-kuning (BMP), bus gandeng Komodo merah-kuning (TMB)
- Koridor 10: Bus Hyundai merah-kuning (BMP), bus gandeng Komodo merah-kuning (TMB)
- Koridor 11: Bus gandeng Inobus kuning-merah (DMR)
- Koridor 12: Bus gandeng Inobus kuning-merah (DMR) dan bus gandeng Ankai kuning-merah (BMP)
Spesifikasi Umum
Semua bus Transjakarta berbahan bakar gas, dan diisi di SPBG tertentu. Bus-bus ini dibangun dengan menggunakan material tertentu. Untuk interior langit-langit bus, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Untuk kerangkanya, menggunakan galvanil, suatu jenis logam campuran seng dan besi yang kokoh dan tahan karat.
Bus Transjakarta memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus lain sehingga hanya dapat dinaiki dari halte Transjakarta (juga dikenal dengan sebutan shelter). Pintu tersebut terletak di bagian tengah kanan dan kiri. Untuk bus gandeng memiliki tiga pasang pintu yaitu bagian depan, tengah, belakang kanan dan kiri. Sedangkan bus single di koridor 4 - 9 memiliki dua pasang pintu, yaitu bagian depan dan belakang kanan dan kiri.
Pintu bus menggunakan sistem lipat otomatis yang dapat dikendalikan dari konsol yang ada di panel pengemudi. Mekanisme pembukaan pintu pada bus tertentu telah diubah menjadi sistem geser untuk lebih mengakomodasi padatnya penumpang pada jam-jam tertentu, di dekat kursi-kursi penumpang yang bagian belakangnya merupakan jalur pergeseran pintu, dipasang pengaman yang terbuat dari gelas akrilik untuk menghindari terbenturnya bagian tubuh penumpang oleh pintu yang bergeser.
Setiap bus dilengkapi dengan papan pengumuman elektronik dan pengeras suara yang memberitahukan halte yang akan segera dilalui kepada para penumpang dalam 2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Setiap bus juga dilengkapi dengan sarana komunikasi radio panggil yang memungkinkan pengemudi untuk memberikan dan mendapatkan informasi terkini mengenai kemacetan, kecelakaan, barang penumpang yang tertinggal, dan lain-lain. Setiap bus menampilkan informasi mengenai bus yang sedang beroperasi (Kode bus, himbauan kepada pengguna, dan call center operator bus).
Untuk antisipasi hal-hal darurat dan dalam rangka mendukung kenyamanan dan keamanan, pada tiap bus telah dilengkapi dengan alat pemecah kaca yang tersedia di beberapa bagian pada tiap bus, tombol darurat diatas pintu bus, pintu darurat (bus tertentu), serta CCTV yang terhubung dengan layar yang berada di dashboard supir bus (koridor tertentu)
Halte dan Koridor
Koridor
Peta Jaringan Transjakarta |
---|
Koridor Utama
Sampai tahun 2013, Transjakarta memiliki 12 dari 15 koridor utama yang direncanakan dan saling terintegrasi tiap koridornya dan tersebar rata di seluruh wilayah Jakarta.
Logo | Warna | Koridor | Rute | Jumlah halte | Panjang |
---|---|---|---|---|---|
merah | 1 | Jakarta Kota - Blok M | 20 | 12.9 km | |
biru | 2 | Pulogadung - Harmoni CB | 24 | 14 km | |
kuning | 3 | Kalideres - Pasar Baru | 16 | 19 km | |
ungu | 4 | Pulogadung - Dukuh Atas | 17 | 11.85 km | |
coklat muda | 5 | Kampung Melayu - Ancol | 18 | 13.5 km | |
hijau | 6 | Ragunan - Dukuh Atas | 20 | 13.3 km | |
merah muda | 7 | Kampung Rambutan - Kampung Melayu | 14 | 12.8 km | |
magenta | 8 | Lebak Bulus - Harmoni CB | 22 | 26 km | |
biru-hijau | 9 | Pluit - Pinang Ranti | 27 | 29.9 km | |
coklat | 10 | Tanjung Priok - Cililitan (PGC) | 22 | 19.4 km | |
biru muda | 11 | Kampung Melayu - Pulogebang | 16 | 15 km | |
hijau terang | 12 | Pluit - Tanjung Priok | 25 | 23.75 km | |
nila | 13 | Ciledug - Blok M 13 halte (5 halte direncanakan elevated (layang)) | |||
jeruk nipis | 14 | Stasiun Manggarai - UI 35 halte (10 halte direncanakan elevated (layang)) | |||
violet | 15 | Blok M - Pondok Kelapa direncanakan sebagai elevated bus sepanjang Kalimalang |
- Koridor 13 ditukar menjadi koridor 15 (dan sebaliknya, berubah dari perencanaan awal), mengingat kondisi jalur Ciledug-Blok M (15) lebih siap untuk dibangun ketimbang jalur Kalimalang (13).[6]
Koridor Langsung
Selain 15 koridor utama, UPTB juga membuat koridor langsung pada beberapa koridor utama, untuk memudahkan pengguna yang ingin menghindari transit selama perjalanan dan mengurangi kepadatan pada jam sibuk. Operasional koridor langsung dimulai pada 1 November 2007.
Koridor Utama | No. Koridor | Rute | Jumlah halte | Koridor yang dilalui |
---|---|---|---|---|
2A | Pulogadung - Bunderan Senayan | 35 | ||
2B | Pulogadung - Kalideres | 36 | ||
3A | Kalideres - Bunderan Senayan | 25 | ||
5A | Ancol - Harmoni CB | 8 | ||
6A | Ragunan - Monas | 22 | ||
6B | Pulogadung - Ragunan | 33 | ||
7A | Harmoni CB - Cililitan (PGC) | 22 | ||
7B | Ancol - Cililitan (PGC) | 24 | ||
8A | Pasar Baru - Grogol 2 | 9 | ||
9A | Grogol 2 - Cililitan (PGC 2) | 20 |
Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta (APTB)
Pada 2012, UPTB bersama Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta meluncurkan angkutan pengumpan Transjakarta yang melayani wilayah perbatasan Jakarta (Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi). APTB beroperasi seperti angkutan lainnya, namun diperbolehkan memasuki jalur Transjakarta, karena bus yang digunakan memenuhi syarat untuk mengangkut penumpang di halte busway. Jam operasional APTB mengikuti Transjakarta, yakni 05.00 - 22.00 WIB.
APTB telah didesain menjadi 18 trayek (lintasan) yang akan tersebar merata di seluruh wilayah Jabodetabek dan diproyeksikan dapat mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang masuk ke Jakarta.[7] Jumlah bus yang disediakan oleh operator tiap trayek ditentukan oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta minimal 10 unit bus yang telah ditentukan spesifikasinya. Pengguna APTB tidak perlu lagi membeli tiket Transjakarta, selama tidak keluar dari halte, karena tiket Transjakarta sudah termasuk dalam harga tiket APTB.
Tujuan Akhir | Trayek APTB | Koridor yang dilalui | Halte yang dilayani APTB | Operator | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bekasi | Mega Bekasi/Terminal Bekasi - Bundaran HI | 17 | PPD | |||||||
Terminal Bekasi - Tanah Abang | 17 | Mayasari Bakti | ||||||||
Terminal Bekasi - Dukuh Atas | 14 | PPD | ||||||||
| ||||||||||
Bogor | Terminal Bubulak - Terminal Rawamangun | 12 | Sinar Jaya | |||||||
Terminal Cibinong - Grogol 2 | 18 | Mayasari Bakti | ||||||||
| ||||||||||
Tangerang | Terminal Poris Plawad - S. Parman Podomoro City | 12 | PPD | |||||||
| ||||||||||
Tangerang Selatan | Terminal Ciputat - Jakarta Kota | 19 | Bianglala Metropolitan. | |||||||
HalteFasilitas HalteHalte Transjakarta didesain berbeda dari halte angkutan umum lainnya. Ketinggian platform (lantai halte) yang diatur setinggi 110 cm dari permukaan jalan, menyesuaikan dengan tinggi pintu bus. Letak halte Transjakarta umumnya berada di tengah jalan, kecuali jalan satu arah dan jalan dengan area pembatas jalan yang minim. Akses masuk halte yang berada di tengah jalan menggunakan jembatan penyeberangan yang dibuat landai dan terbuat dari alumunium dan baja (kecuali jembatan penyeberangan yang sudah ada sebelumnya). Halte yang berada di pinggir jalan dilengkapi dengan halte angkutan umum disamping halte Transjakarta. Kontruksi halte didominasi oleh bahan alumunium, baja, dan kaca. Untuk beberapa koridor, konstruksi lantai halte menggunakan beton. Ventilasi udara diberikan dengan menyediakan kisi-kisi alumunium pada sisi halte. Lantai halte dibuat dari pelat baja. Pintu halte menggunakan sistem geser otomatis yang akan lansung terbuka pada saat bus telah merapat di halte. Di dalam halte disediakan tempat duduk, tempat sampah, papan informasi mengenai rute Transjakarta ataupun lainyya, dan automatic vending machine (mesin minuman otomatis) yang tersedia di beberapa halte. Beberapa halte memiliki karakteristik tersendiri, terutama halte-halte transit. Halte Harmoni CB serta beberapa halte setelahnya hingga halte Glodok, berdiri diatas aliran Sungai Ciliwung, yang membuatnya ditompang dengan baja berukuran besar yang melintang diatas aliran air. Untuk titik transit yang tidak berada dalam 1 halte (2 halte yang berbeda koridor namun berdekatan), disediakan jembatan akses transit yang dikhususkan untuk pengguna Transjakarta. Halte TransitPada 12 koridor Transjakarta, terdapat beberapa halte yang melayani lebih dari 1 koridor. Berikut ini adalah daftar halte transit utama yang beroperasi pada 12 koridor. Tiket dan TarifKartu Prabayar / E-TicketSistem tiket pada halte Transjakarta sejak 2013 menggunakan kartu elektronik (e-ticketing), sebagai pengganti uang tunai. Operator koridor tidak menerbitkan kartu tersebut, melainkan menggunakan kartu prabayar yang dikeluarkan oleh bank. Bank tersebut yakni Bank Rakyat Indonesia (BRizzi), Bank Central Asia (Flazz), Bank Negara Indonesia (BNI Prepaid, Kartu Aku, dan Rail Card), Bank Mandiri (e-money, e-Toll Card, Indomaret Card, dan GazCard), serta Bank DKI (JakCard). Kartu tersebut dapat dibeli di bank penyedia kartu prabayar dan loket pada beberapa halte Transjakarta. Pengisian saldo dapat dilakukan di ATM, bank-bank terkait, dan loket halte.[8] Pengguna e-ticket tidak perlu mengantri di loket halte, cukup dengan tap-in di pintu masuk halte (barrier) lalu masuk ke dalam halte. Apabila saldo habis, maka saat tap-in pintu barrier tidak dapat diputar dan pengguna kartu dapat mengisi ulang di loket halte. Pengguna Transjakarta yang belum memiliki kartu tetap membeli tiket di loket halte, kemudian diberi tiket kertas yang akan disobek oleh petugas barrier yang kemudian akan melakukan tap-in kartu khusus yang dipegang oleh petugas tersebut. Semua pengguna Transjakarta yang akan keluar halte tidak melakukan tap-in lagi, cukup dengan melewati barrier keluar halte.[9] TarifTarif TransjakartaTarif Transjakarta pada pukul 05.00 - 07.00 WIB sebesar Rp 2.000, sedangkan pada pukul 07.00 - 22.00 WIB sebesar Rp 3.500. Transjakarta disudsidi oleh Pemprov DKI Jakarta dengan menggunakan dana dari APBD. Pada hari-hari tertentu (misalnya HUT Jakarta 22 Juni, Tahun Baru 1 Januari, dll.) pengguna Transjakarta dibebaskan dari tarif (gratis). Tarif APTBTarif APTB tiap lintas berbeda-beda, sesuai kesepakatan Dinas Perhubungan daerah yang dilintasi dengan operator APTB lintas tersebut.
PengelolaUnit Pengelola Transjakarta Busway (UPTB)UPTB adalah pengelola Transjakarta yang awalnya bernama Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta. Lembaga ini dibentuk pada tahun 2003 berdasarkan SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 110/2003 tentang Pembentukan BP Transjakarta. Pada tahun 2006 namanya kemudian diganti menjadi BLU Transjakarta berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2006, kemudian menjadi Unit Pengelola. UPTB bernaung di bawah Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.[15] UPTB memiliki kewenangan atas operasional seluruh koridor dan area kerja Transjakarta serta melakukan pengawasan dan koordinasi dengan operator koridor, penyedia armada bus, dan pengelola pool SPBG. Kepala UPTB diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur DKI Jakarta dengan memerhatikan saran dan masukan dari Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Operator Koridor dan Armada BusDalam penyelenggaraannya Transjakarta didukung oleh beberapa perusahaan operator yang mengelola armada yang melayani tiap koridor. Operator tersebut yaitu:
Kekurangan
Lihat pula
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Transjakarta.
|