Rijsttafel

cara penyajian makanan yang mulai berkembang pada masa kolonial Belanda
Revisi sejak 28 Juli 2013 09.46 oleh Gunkarta (bicara | kontrib) (Pengayaan)

Rijsttafel (dibaca "rèisttafel") merupakan cara penyajian makanan berseri dengan menu dari berbagai daerah di Nusantara yang berkembang dari kolonial Hindia Belanda yang mengadopsi kebiasaan makan menggunakan menu utama dengan nasi. Cara penyajian ini populer di kalangan masyarakat Eropa-Indonesia, namun tetap digemari di Belanda dan dihidupkan lagi di Indonesia pada masa kini.

Rijsttafel
Acara rijsttafel kecil di sebuah pesta di Belanda
Nama lain"Rice table"
SajianHidangan utama
Tempat asalHindia Belanda (Abad 19-awal abad 20 Indonesia)
DaerahJawa
Dibuat olehMasakan Indonesia kolonial
Suhu penyajianPanas atau suhu kamar
Bahan utamaNasi dengan aneka hidangan samping
VariasiNasi campur, Nasi Rames (Indo)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Foto bersama di kala menikmati rijsttafel
Rijsttafel di tahun 1880-an
Rijsttafel sebuah keluarga Belanda di Bandung, Jawa Barat tahun 1936

Rijsttafel pada dasarnya adalah konsep penyajian makanan lengkap ala restoran di Eropa, yang diawali dengan makanan pembuka (appetizer), lalu makanan utama, dan diakhiri dengan makanan penutup. Ada pula pendapat lain yang menyatakan bahwa rijsttafel mengadopsi cara penyajian "hidang" (berbagai hidangan disajikan dalam piring-piring kecil) pada rumah makan Nasi Padang, dari Sumatera Barat.[1] Titik berat ditujukan pada cara penyajian dan kemeriahannya. Dalam rijsttafel, makanan yang disajikan bukanlah masakan Eropa melainkan masakan Nusantara, masakan "hibrida" barat dan Nusantara, serta —sebagian kecil— menu Barat. Yang terakhir ini biasanya yang berkaitan dengan menu beralkohol, seperti anggur atau gin.

Menu yang disajikan dengan cara ini bervariasi, tergantung selera. Menu standar biasanya melibatkan nasi goreng, rendang, opor ayam, sate (babi), dilengkapi dengan kerupuk dan sambal.

Etimologi

Dalam bahasa Belanda: rijst berasal dari bahasa Perancis kuno ris; berarti beras atau nasi, sedangkan tafel dalam bahasa Belanda berasal dari Latin tabula; berarti meja [2] Maka rijsttafel secara harfiah berarti "meja nasi", atau tepatnya hidangan nasi beserta berbagai sayur-mayur dan lauk-pauk yang disajikan dalam satu meja.

Sejarah

Lebih bersifat sebagai jamuan pesta pada era Kolonial Belanda, rijsttafel diciptakan sebagai bentuk perjamuan resmi (makan siang atau makan malam) yang meriah yang dapat mewakili keanekaragaman suku-bangsa di Nusantara. Aneka macam hidangan dihimpun dari penjuru negeri; khazanah kuliner khas dari berbagai pulau di Indonesia — dari Jawa Tengah, makanan yang terkenal dan digemari antara lain sate, tempe, dan serundeng. Dari Batavia dan Priangan masakan sayuran favorit seperti gado-gado, lodeh dengan sambal dan lalab. Citarasa pedas kaya bumbu disajikan dalam hidangan rendang dan gulai dari Ranah Minangkabau di Sumatera Barat. Hidangan populer Hindi Belanda lainnya juga disajikan seperti nasi goreng, soto ayamdan krupuk. Juga sajian hidangan Indonesia campuran; seperti masakan Tionghoa Indonesia babi kecap, lumpia, dan bakmie, serta hidangan yang dipengaruhi Eropa seperti semur daging. Masih banyak lagi pilihan hidangan dari ratusan pulau di Indonesia yang terdiri atas 300 suku bangsa.

Pada masa jayanya di era Hindia Belanda, versi jamuan resmi rijstaffel paling mewah terdiri atas barisan pelayan-pelayan berbusana resmi (kain kebaya untuk pelayan wanita atau beskap, blangkon, bersarung kain batik untuk pelayan pria), secara khidmat dan resmi menyajikan belasan hingga puluhan piring berisi berbagai macam hidangan secara maraton ke meja makan di mana para tamu perjamuan duduk. Sajian pertama adalah nasi putih kadang berbentuk tumpeng kecil di sajikan di piring tamu, kemudian satu per satu pelayan datang membawa beraneka macam hidangan yang terdiri atas lauk-pauk, sayuran, gorengan, sambal dan kerupuk. Hidangan ini ditawarkan dan disajikan kepada para tamu perjamuan yang mengambil sendiri hidangan ini dari piring yang dibawa pelayan. Barisan pelayan ini datang silih berganti membawa aneka hidangan yang bahkan dapat berjumlah hingga 40 macam. Versi penyajian yang lain hanya menyajikan nasi putih di tengah, dikelilingi piring-piring berisi aneka hidangan, mirip dengan sajian prasmanan kini.

Setelah perang kemerdekaan Indonesia 1945, Rijsttaffel di bawa ke Belanda olehorang Belanda kolonial dan orang Indo yang repatriasi ke Belanda. Sajian ini tetap populer pada keluarga Belanda yang memiliki akar keluarga kolonial Hindia Belanda. Akan tetapi di Indonesia setelah perang kemerdekaan 1945, berkembang gerakan nasionalisme yang menolak segala unsur budaya dan tradisi peninggalan kolonial Belanda yang dianggap mengeksploitasi bangsa Indonesia termasuk rijsttafel dengan jajaran pelayan pribumi yang dianggap terlalu mewah dan flamboyan. Kini rijsttafel secara praktis hampir lenyap di Indonesia, dan hanya disajikan oleh sedikit rumah makan mewah di Indonesia.

Daftar hidangan yang disajikan dalam rijsttafel

Berikut ini adalah daftar singkat, meskipun kurang lengkap, atas berbagai hidangan yang lazim disajikan dalam perjamuan rijsttafel. Kombinasi jenis hidangan dapat berbeda-beda tergantung pada selera dan ketersediaan.

Lihat pula

Rujukan

Pranala luar