Raden Tjetje Somantri

Revisi sejak 22 September 2013 23.36 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q14918763)

Raden Tjetje Somantri adalah saeorang pelopor tari kreasi Jawa Baratyang juga merupakan salah seorang yang mendirikan Badan Kebudayaan Djawa Barat (BKDKB) dan Badan Kebudayaan Indonesia (BKI).

R. Tjetje Somantri yang juga pengajar tari Sunda mulai melihat wilayah tari kreasi pada tahun 1946 dengan menciptakan Tari Dewi. Kemudian beberapa tari kreasi lain yang diciptakannya antara lain: Anjasmara I dan II (1946), Puragabaya (1947), Kendit Birayung (1947), Dewi Serang dan Sulintang (1948). Kemudian dari mulai tahun 1949, R Tjetje Somantri lebih banyak menciptakan tari kreasi untuk ditarikan oleh gadis-gadis, antara lain: Komala Gilang Kusumah, Ratu Graeni (1949), Topeng Koncaran, Srigati, Golek Purwokertoan (1950), Rineka Sari (1951), Kukupu (1952), Sekar Putri (1952-1954), Tari Merak (1955), Golek Rineka (1957), Nusantara, Anjasmara III dan Renggarini (1958).

R. Tjetje Somantri lahir di Bandung pada tahun 1891 dari ibu Nyi Raden Siti Munigar, gadis ningrat asal Bandung, serta ayahnya bernama Raden Somantri. Pendidikan yang dilaluinya adalah HIS dan MULO di Bandung. Pernah meneruskan ke MOSVIA tetapi tidak sampai tamat. Belajar tari tayub pertama kali di Kabupaten Purwakarta pada tahun 1911, dari R. Gandakusumah (Aom Doyot). Juga belajar tari wayang dari Aom Menin, Camat Buahbatu di Bandung.

R. Tjetje Somantri sebagai pelopor tari kreasi Sunda tidak bekerja sendiri, ia bekerja sama dengan Tb. Umay Martakusumah yang banyak memberikan saran tentang busana / kostum yang di kenakan dalam kreasi tarinya, kemudian dibantu oleh Bapak Kayat sebagai penata gending serta R. Barnas Prawiradiningrat turut membantu dalam pemikiran tentang pola lantai pada tari-tari kreasi yang sifatnya rampak.

Dalam menciptakan tari kreasi, R. Tjetje Somantri terus menggali hal yang dianggap baru. Hal ini terbukti dengan disempurnakannya tari Renggarini menjadi tari Kandagan (1960). Setahun setelah itu diciptakannya lagi tari kreasi yang diberi nama tari Pancasari, Srenggana (1961) dan pada tahun 1962 diciptakan tari kreasi Panji Nayadirana, serta kreasi tarinya yang terakhir adalah tari Patih Ronggana (1963).

Tari Kreasi identik dengan R. Tjetje Somantri, maka tak heran jika beberapa penari Sunda terkemuka kebanyakan pernah belajar kepadanya, di antaranya Tb. Maktal, Enoch Atmadibrata, Irawati Durban, Indrawati Lukman, R. Ahmad Basah, R. Nani Suwarni, Ani Satriyah, Tb. Atet, R. Dida Hasanudin, R. Tien Sri Kartini, Kustilah, Herlina, Imas Sonianingsih, R. Yuyun Kusumahdinata.

Beberapa tari kreasi ciptaan R. Tjetje Somantri hingga kini masih diajarkan di beberapa sanggar tari, perguruan tinggi seni dan sekolah kesenian, antara lain: Tari Sekar Putri, Tari Anjasmara, Tari Sulintang, Tari Kandagan, Tari Merak, Tari Kupu-kupu, Tari Ratu Graeni, dan Tari Koncaran. Sedangkan tari-tarian yang paling sering ditampilkan dalam pertunjukan-pertunjukan adalah Tari Merak, Tari Kandagan, Tari Sulintang, Tari Topeng Koncaran, dan Tari Kupu-kupu. Sementara itu, murid-muridnyanya pun hampir semua telah menjadi pencipta tari kreasi yang cukup diperhitungkan dalam kehidupan tari Sunda.

Sumber