Demokrasi maya

Revisi sejak 25 September 2013 01.52 oleh Shelviani taniro (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Demokrasi Virtual adalah suatu bentuk kebebasan yang ada dalam dunia virtual. Dimana kata demokrasi sendiri memiliki arti suatu kebebasan. Demokrasi sering disebut...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Demokrasi Virtual adalah suatu bentuk kebebasan yang ada dalam dunia virtual. Dimana kata demokrasi sendiri memiliki arti suatu kebebasan. Demokrasi sering disebut dengan demokratis dimana suatu sistem dinyatakan demokratis memang memerlukan kompetensi demokrasi pada khalayaknya. Maksudnya perlu adanya kemampuan tertentu yang dipunyai warga Negara dalam berdemokrasi, agar mereka dapat berfungsi dengan baik sebagai anggota dari suatu sistem demokrasi. Internet memiliki karakteristik kebebasan dan pengaturan diri sendiri, yang juga merupakan ciri utama demokrasi yang sesungguhnya. Berarti tidaklah mengejutkan kalau teknologi komputer dinyatakan sebagai alat terbaru dan terbaik untuk meningkatkan keterlibatan partisipasi dalam demokrasi . Kita telah melihat aksi politik internet dalam bentuk Flash mob dan kelompok aktivis online . Dan untuk Blog , "Ketika mereka menulis kampanye tahun 2004, hal itu akan memasukkan setidaknya satu kata yang tidak pernah muncul dalam sejarah kepresidenan mana pun: Blog ". Terlepas blog tersebut memilih atau tidak presiden berikutnya, blog mungkin merupakan inovasi pertama internet yang membuat perubahan nyata pada pemilihan politik , menurut salah satu Profesor dari Universitas Standford, Lawrence Lessig [1]

Demokratisasi Internet

Demokratisasi bukan sekedar masalah ada tidaknya informasi dan ada tidaknya harapan masyarakat untuk berubah. Namun demokratisasi ini menyangkut aspek yang multidimensional. Informasi memang factor yang berpengaruh, tetapi bukan satu-satunya yang menetukan semua keputusan. Masih terdapat factor lain yang tidak kalah pentingnya, seperti factor addanya kekuatan lain yang menghendaki perubahan, factor keberanian khalayak untuk menghadapi resiko yang timbul, factor ketahanan nilai-nilai budaya yang ingin dipertahankan oleh khalayak itu sendiri, hingga kesediaan penguasa untuk “bersusah-susah”, mau dikritik, mau di control, bahkan diganti oleh kekuatan demokrasi (rakyat).[2] Dalam hal demokratisasi pada Internet berkaitan dengan kebebasan dalam memanfaatkan teknologi internet dalam kehidupan keseharian mayarakat luas. Namun, demokratisasi Internet ini tetap masih berpihak pada orang-orang yang memiliki uang untuk membeli perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlakukan untuk mengakses Internet dan juga untuk membayar koneksi Internetnya.

Pertarungan teknologi

Seiring dengan perkembangan zaman, mendorong pergesran pola hidup masyarakat dalam menjalani kesehariannya dari yang berifat analog kea rah digital. Pergeseran pola hidup masyarkat tersebut didukung dengan munculnya teknologi yang hadir di tengah-tengah kehidupan nyata kita. Teknologi dibutuhkan bagi masyarakat luas untuk menerapkan pengawasan total terhadap apa yang menjadi dasar totalisme moral yang telah berlaku. Ketakutan akan kehilangan kuasa membuat kekuatan “sayap kanan” meningkatkan kemungkinan dan pemanfaatan penggunaan teknolohi sebagai alat pengawasan. Sehingga mereka berkepentingan untuk sebisa mungkin membatasi akses teknologi dengan memanfaatkan batasan budaya dan geografis.

Celah Teknologi

Satu prinsip penting dalam demokrasi adalah “ satu orang satu suara . Namun, jika demokrasi semakin banyak dipraktikkan secara online, orang-orang yang kurang memiliki teknlogi dan keterampilan yang diperlukan akan terabaikan suaranya. Inilai celah teknologi (technology gap)-perbedaan yang semakin jauh antara orang-orang yang memiliki teknlogi dan orang-orang yang tidak memilikinya.Kesalahan pengutipan: Tag <ref> harus ditutup oleh </ref> Para kritikus dunia maya mengkalim bahwa demokrasi kita bersifat represntatif dan konsultatif.Hal ini sengaja dirancang untuk memungkinkan perwakilan masyarakat untuk dapat berbicara satu sama lain, memperdebatkan ide dan isu, menemukan solusi yang menguntungkan bukan saja untuk mereka sendiri, namun untuk konstituen yang lain juga. Mereka mengklaim bahwa alienasi politik yang dirasakan oleh banyak warga Negara saat ini merupakan hasil dari para politisi yang terlalu banyak mendengar suara yang paling keras ( yaitu kepentingan-kepentingan khusus) dan terlalu responsive terhadap polling. Para kritikus juga berpendapat bahwa demokrasi dunia maya adalah antidemokrasi yang dikarenakan sifat alaminya yang virtual. Sebelum kehadiran TV kabel dan televisi satelit, presiden dapat meminta dan tanpa kecuali waktu tayang dari tiga jaringan televise utama untuk berbicara kepada masyarakat. Namun, saat ini teknologi-teknologi telah memecah-mecah kita kepada khalayak yang jauh lebih kecil. Seandainya seorang presiden ingin berbicara kepada seluruh masyarakat yang mungkin akan mengikuti atau mendengarkan. khalayak ini diperburuk oleh Internet.

Referensi

<reference />

  1. ^ Baran Stanley J. 2008. Pengantar Komunikasi Massa: Melek Media dan Budaya, Erlangga
  2. ^ Ida Rachmah dan Henry Subiakto. 2012. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, Kencana Prenada Media Group.