Gunung berapi di Indonesia merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik. 150 entri dalam daftar di bawah ini dikelompokkan menjadi enam wilayah geografis, empat di antaranya memiliki gunung berapi dalam barisan Busur Sunda. Dua wilayah lainnya mencakup gunung berapi di Halmahera, termasuk pulau-pulau vulkanik di sekitarnya, serta gunung berapi di Sulawesi dan Kepulauan Sangihe. Wilayah terakhir berada dalam satu busur vulkan dengan gunung berapi Filipina.
Hingga tahun 2012, Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif dengan kurang lebih 5 juta penduduk yang berdiam di sekitarnya. Sejak 26 Desember 2004, setelah gempa besar dan tsunami terjadi, semua pola letusan gunung berapi berubah, misalnya Gunung Sinabung, yang terakhir kali meletus pada 1600-an, tetapi tiba-tiba aktif kembali pada tahun 2010 dan meletus pada 2013.[6]
Sumber utama dari daftar di bawah ini diambil dari buku "Volcanoes of the World" yang disusun oleh dua vulkanolog, yakni Tom Simkin dan Lee Siebert,[a] yang memuat daftar gunung berapi yang aktif dalam 10.000 tahun terakhir (Holosen).[7] Khusus Indonesia, Simkin dan Siebert menggunakan katalog gunung berapi aktif dari Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi.[b] Buku Simkin dan Siebert adalah buku yang memuat daftar paling lengkap mengenai gunung berapi di Indonesia, meskipun akurasi catatan letusan dan korban jiwa yang ditimbulkan bervariasi di berbagai wilayah. Sumber pelengkap mengenai data vulkanik terbaru diperoleh dari Survei Vulkanologi Indonesia, badan pemerintah yang bertanggung jawab untuk memantau dan mencatat aktivitas vulkanik dan mitigasi bencana geologi di Indonesia.[8]
Kelompok geografis
Sumatera
Geografi Sumatera didominasi oleh jajaran pegunungan bernama Bukit Barisan. Jajaran pegunungan ini membentang sepanjang hampir 1,700 km (1,056 mi) dari utara ke selatan pulau, dan terbentuk oleh pergerakan lempeng tektonik Australia.[9]Lempeng ini bergerak dengan laju konvergensi 5,5 cm/tahun, yang menyebabkan terjadinya gempa bumi besar di sisi barat Sumatera, termasuk gempa bumi Samudera Hindia 2004.[10][11] Pergerakan tektonik ini tak hanya menyebabkan gempa bumi, tetapi juga perumusan ruang magma di bawah pulau.[9]
Satu dari 35 gunung berapi aktif, yakni Pulau Weh, terpisah dari daratan utama Sumatera. Pemisahan ini disebabkan oleh letusan besar yang menyebabkan daratan antara Weh dan Sumatera digenangi oleh air laut pada zaman Pleistosen. Gunung berapi terbesar di Sumatera adalah supervulkanToba, 100 km (62 mi) × 30 km (19 mi) di kedalaman Danau Toba, yang terbentuk setelah keruntuhan kaldera (sekitar 74.000 BP).[2] Letusan ini diperkirakan mencapai skala 8 VEI, letusan gunung berapi terbesar yang diketahui sampai saat ini. Puncak tertinggi di jajaran pegunungan Bukit Barisan adalah Gunung Kerinci, dengan ketinggian of 3.800 m (12,467 ft) dari permukaan laut.
Selat Sunda memisahkan Pulau Sumatera dan Jawa, dengan pulau vulkanik Krakatau berdiri di antara keduanya. Krakatau meletus hebat pada tahun 1883, memusnahkan dua pertiga pulau dan menyisakan kaldera besar di bawah laut. Ledakan dahsyat ini terdengar hingga ke pulau Rodrigues di dekat Mauritius (berjarak sekitar 4.800 kilometer (3.000 mi)).[1]Kerucut parasit baru, yang disebut Anak Krakatau, muncul dari lautan di tengah-tengah kaldera pada tahun 1930.[13] Pulau Krakatau lainnya yang terbentuk akibat letusan 1883 adalah Sertung, Panjang, dan Rakata.
Dari segi ukuran, Jawa memang relatif kecil jika dibandingkan dengan Sumatera, tetapi pulau ini konsentrasi gunung berapi aktif yang lebih tinggi. Ada 45 gunung berapi aktif di pulau jawa, tidak termasuk 20 kawah dan kerucut kecil di kompleks vulkanik Dieng dan kerucut muda di kompleks kaldera Tengger. Beberapa gunung berapi dikelompokkan menjadi satu dalam daftar di bawah ini karena lokasinya yang berdekatan. Gunung Merapi, Semeru dan Kelud adalah tiga gunung berapi yang paling aktif di Pulau Jawa. Gunung Semeru terus mengeluarkan letusan sejak 1967.[14] Gunung Merapi dinobatkan sebagai Gunung Api Dekade Ini sejak 1995.[15]Ijen memiliki danau kaldera warna-warni yang unik berupa reservoir alami dengan tingkat keasaman yang tinggi (pH<0.3).[16] Terdapat aktivitas penambangan belerang di Ijen, tempat para penambang mengumpulkan belerang terkonsentrasi tinggi hanya dengan menggunakan tangan.
Catatan: Puncak Krakatau adalah Rakata, bukan Anak Krakatau
^ aM. Neumann van Padang (1951). "Indonesia". Catalog of Active Volcanoes of the World and Solfatara Fields (edisi ke-1). Rome: IAVCEI. hlm. 1–271.
^ aTom Simkin and Lee Siebert (1994). Volcanoes of the World: A Regional Directory, Gazetteer, and Chronology of Volcanism During the Last 10,000 Years (edisi ke-2nd). Geoscience Press. ISBN0-945005-12-1.
^ abOppenheimer, C. (2002). "Limited global change due to the largest known Quaternary eruption, Toba ≈74 kyr BP?". Quaternary Science Reviews. 21 (14–15): 1593–1609. doi:10.1016/S0277-3791(01)00154-8.Parameter |biSMode= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Whittaker, R. J. (1993). "Anak Krakatau and old Krakatau: a reply". GeoJournal. 29 (4): 417–420. doi:10.1007/BF00807545.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
^Ansje Löhr, Thom Bogaard, Alex Heikens, Martin Hendriks, Sri Sumarti, Manfred van Bergen, Kees C.A.M. van Gestel, Nico van Straalen, Pieter Vroonand, and Budi Widianarko (2005). "Natural Pollution Caused by the Extremely Acid Crater Lake Kawah Ijen, East Java, Indonesia". Environmental Science and Pollution Research. 12 (2): 89–95. doi:10.1065/espr2004.09.118.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)