Antonie Aris van de Loosdrecht
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP24Lidia (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 25 April 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 1 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh PT35Krista (Kontrib • Log) 3928 hari 134 menit lalu. |
Antonie Aris van de Loosdrecht lahir di Belanda pada tanggal 2 Maret 1885.[1] Antonie Aris van de Loosdrecht muda mengajukan diri sebagai misionaris yang akan melakukan pekabaran Injil ke Tana Toraja setelah membaca majalah Gereformeerde Zendingsbond (GZB) Alle den Volcke.[1] Majalah Alle den Volcke memuat berbagai informasi mengenai Gereformeerde Zendingsbond (GZB), salah satunya bahwa Gereformeerde Zendingsbond (GZB) sedang mencari tenaga pekabar Injil atau Zendeling.[1]
Karya
Antonie Aris van de Loosdrecht berangkat dari Belanda pada tanggal 5 September 1913.[1] Antonie Aris Van de Loosdrecht bersama dengan istrinya, Ida van de Loosdrecht, tiba di Hindia Belanda, tepatnya di Batavia pada tanggal 4 Oktober.[2] Di sana Antonie Aris Van de Loosdrecht bertemu dengan Dr. N. Adriani.[1] Setelah itu Antonie Aris Van de Loosdrecht dan istrinya melanjutkan perjalanan ke Makassar dan bertemu dengan seorang guru yang bersedia menemaninya dalam perjalanan ke Tana Toraja, yang bernama Manembu.[1] Mereka bersama-sama melanjutkan perjalanan ke Palopo lalu selanjutnya menuju Rantepao.[1] Mereka menginjakkan kaki di Rantepao untuk pertama kalinya pada tanggal 10 Nopember 1913.[1] Setibanya di Toraja, Antonie Aris Van de Loosdrecht langsung bekerja.[1] Pertama-tama ia bersama rekannya menemui para pemuka masyarakat, pertemuan tersebut dilakukan untuk merundingkan berbagai rencana Antonie Aris Van de Loosdrecht, seperti pembukaan sekolah-sekolah Zending.[1] Sekolah Zending tertua yang berhasil didirikan oleh Antonie Aris Van de Loosdrecht adalah sekolah di Balusu, dengan jumlah murid tujuh puluh delapan anak.[2] Sekolah Zending kedua dibangun di Nanggala dengan jumlah murid delapan puluh anak.[2] Tiga bulan kemudian didirikan sekolah Zending di Sa’dan dengan jumlah murid tujuh puluh tujuh anak.[2]
Surat-surat Antonie Aris Van de Loosdrecht
Pada bulan Januari 1914, Antonie Aris Van de Loosdrecht menulis surat kepada Pengurus Gereformeerde Zendingsbond (GZB).[3] Surat tersebut dimuat dalam majalah Gereformeerde Zendingsbon (GZB), Alle den Volcke, tahun 1914 pada halaman 49-50.[butuh rujukan] Melalui surat tersebut, Antonie Aris Van de Loosdrecht menulis pandangannya mengenai hubungan antara Pemerintah dan Zending.[butuh rujukan] Ia memulai tulisannya dengan menceritakan agama orang-orang Toraja.[butuh rujukan] Ia berpendapat bahwa agama suku tersebut dihantam oleh pemerintah hingga ke jantungnya yang paling inti, termasuk ritual-ritualnya.[butuh rujukan] Dalam banyak hal, pemerintah hadir hanya memberi instruksi dan tidak membuka ruang diskusi dengan para leluhur orang Toraja.[butuh rujukan] Bahkan dalam beberapa kasus, diadakan pengadilan bagi beberapa orang yang dianggap penyihir.[butuh rujukan] Selain itu, pemerintah juga menggagas penghapusan sistem budak, yang dalam masyarakat Toraja merupakan bagian dari sistem kehidupan mereka.[butuh rujukan] Antonie Aris Van de Loosdrecht mengkritik tindakan-tindakan tersebut karena dianggap sebagai tindakan yang instan.[butuh rujukan] Antonie Aris Van de Loosdrecht saat itu lebih memilih untuk melakukan usaha tersebut melalui sekolah-sekolah.[butuh rujukan]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j J. A. Sarira. Benih yang tumbuh 6-Gereja Toraja. Jakarta: LPS DGI dan BPS Gereja Toraja, 1975.
- ^ a b c d W. Bieshaar. 1901-1925 De Gereformeerde zendingsbond na 25-jaren. Den Haag: Gedrukt ter drukkerij van s. s korthuis, 1926.
- ^ Th. van den End. Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja Toraja 1901-1961. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.