Sulaiman Ar-Rasuli

ulama Indonesia dan pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Revisi sejak 14 April 2014 07.58 oleh Muri69 (bicara | kontrib)

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minankabawi, (lahir di Candung, Sumatera Barat, 1287 H/1871 M, wafat pada 29 Jumadilawal 1390 H/1 Agustus 1970 M. Ia adalah seorang tokoh ulama dari golongan Kaum Tua yang gigih mempertahankan mazhab Syafie.

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minankabawi
Berkas:Syeikh sulaiman arrasuli.jpg
Lahir1871
Hindia Belanda Candung, Hindia Belanda
Meninggal1 Agustus 1970
Indonesia Candung, Sumatera Barat
Dikenal atasUlama Minangkabau

Pendidikan

Pendidikan terakhir Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minankabawi adalah di Mekkah. Ulama yang seangkatan dengannya antara lain adalah Kiyai Haji Hasyim Asyari dari Jawa Timur (1287 H/1871 M - 1366 H/1947 M), Syeikh Hasan Maksum, Sumatera Utara (wafat 1355 H/1936 M), Syeikh Khathib Ali al-Minankabawi, Syeikh Muhammad Zain Simabur al-Minankabawi (sempat menjadi Mufti Kerajaan Perak tahun 1955 dan wafat di Pariaman pada 1957), Syeikh Muhammad Jamil Jaho al-Minankabawi, Syeikh Abbas Ladang Lawas al-Minankabawi dll. sementara ulama Malaysia yang seangkatan dan sama-sama belajar di Mekkah dengannya antara lain adalah Syeikh Utsman Sarawak (1281 H/1864 M - 1339 H/1921 M), Tok Kenali (1287 H/1871 M - 1352 H/1933 M) dll.

Ketika tinggal di Mekah, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minankabawi selain belajar dengan Syeikh Ahmad Khatib Abdul Lathif al-Minankabawi, beliau juga mendalami ilmu-ilmu daripada ulama Kelantan dan Patani. Antaranya, Syeikh Wan Ali Abdur Rahman al-Kalantani, Syeikh Muhammad Ismail al-Fathani dan Syeikh Ahmad Muhammad Zain al-Fathani.

Perjuangan

Syeikh Sulaiman kembali ke Minangkabau sebagaimana sahabatnya Tok Kenali yang kembali ke Kelantan, yaitu setelah wafatnya Syekh Ahmad al-Fathani (11 Zulhijjah 1325 H/14 Januari 1908 M). Setibanya di Bukit Tinggi, Sumatera, ia mulai membuka majlis pengajaran.

Pada tahun 1928, Syeikh Sulaiman bersama-sama Syekh Abbas Ladang Lawas dan Syekh Muhammad Jamil Jaho mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Dalam sistem pendidikan maupun dalam berpendapat pendapat, Syekh Sulaiman dan kawan-kawannya tersebut mempertahankan tradisi tarikat dan berpegang pada Mazhab Syafi'i.

Beberapa pendapat khusus Syekh Sulaiman dalam polemik keagamaan, antara lain lebih menyetujui rukyat dalam hal puasa, mewajibkan muqaranah niat dan mensunnahkan jahar lafaz dalam hal shalat, mewajib dibayarnya zakat fitrah dengan makanan yang mengenyangkan, serta mempertahankan tarawih dan witir 23 rakaat. Syekh Sulaiman juga pernah mengkritik sebuah buku pengajaran Tarekat Naqsyabandiyah karya penulis lain yang dianggapnya keliru, dalam karyanya Tabligh al-Amanat fi Izalah al-Munkarat wa asy-Syubuhat.

Pengaruh

Pada tahun 1950-an Indonesia pernah mengadakan pilihan raya membentuk sebuah badan atau lembaga yang dinamakan 'Konstituante'. Tujuan Konstituante ialah menyusun Undang-Undang Dasar yang lebih permanen, menggantikan UUD 1945 yang disusun sebagai UUD sementara menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. Syeikh Sulaiman ar-Rasuli, salah seorang anggota Konstituante dari PERTI, telah dilantik mengetuai sidang pertama badan itu. Konstituante dibubarkan oleh Presiden Soekarno dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Beberapa orang ahli sejarah telah mencatatkan bahawa Syeikh Sulaiman ar-Rasuli adalah memang seorang ulama besar yang berpengaruh terhadap kawan dan lawan. Sejak zaman pemerintah Belanda, pembesar-pembesar Belanda datang menziarahi beliau. Demikian juga pemimpin-pemimpin setelah kemerdekaan Indonesia. Soekarno sejak belum menjadi Presiden Indonesia hingga setelah berkuasa memang sering berkunjung ke rumah Syeikh Sulaiman ar-Rasuli. Pada hari pengkebumian beliau, dianggarkan 30,000 orang hadir termasuk ramai pemimpin dari Jakarta, bahkan juga dari Malaysia.