Fotoperiodisme adalah reaksi fisiologis organisme dengan panjang siang atau malam hari berupa respon perkembangan tanaman untuk panjang relatif periode terang dan periode gelap dan hal ini berhubungan langsung dengan waktu baik periode terang dan periode gelap. [1] Respon ini terjadi pada tumbuhan dan hewan. [1]

Warna brachtea pada Euphorbia pulcherrima dipengaruhi oleh fotoperiodisme.

Fotoperiodisme pada Tumbuhan

Pada tumbuhan, fotoperiodisme merangsang pembungaan. [2] Untuk beradaptasi dan merespon perubahan panjang malam dan intensitas penyinaran, tanaman berbunga (angiospermae) menggunakan fitokrom atau kriptokrom. [3] Keduanya merupakan protein fotoreseptor. [3] Dalam pembagian lebih lanjut, tanaman fotoperiodik obligat benar-benar membutuhkan penyinaran yang cukup panjang atau waktu malam yang cukup pendek sebelum berbunga, sedangkan tanaman fotoperiodik fakultatif lebih mungkin untuk berbunga di bawah kondisi cahaya yang tepat, tapi akhirnya akan berbunga tanpa panjang malam. [3]

Rangsangan fotoperiodisme diterima oleh daun dan ditranslokasikan ke meristem sehingga menyebabkan pengubahan dari keadaan vegetatif ke keadaan pembungaan. [4] W.W. Gardner dan H.A. Allard pada tahun 1920 menerbitkan penemuan mereka tentang fotoperiodisme dan menemukan bahwa panjang siang hari merupakan hal yang kritis, [3] [5] tapi kemudian ditemukan bahwa panjang malam adalah faktor pengendali yang lebih banyak berperan. [6][7] Tanaman berbunga fotoperiodik diklasifikasikan sebagai tanaman hari panjang dan tanaman hari pendek, meskipun pada dasarnya panjang malam adalah faktor yang lebih menentukan dan adanya kesalahpahaman awal tentang panjang siang hari yang menjadi faktor pengendali . [3] Setiap tanaman memiliki panjang penyinaran kritis dan panjang malam kritis yang berbeda. [3] Selain berpengaruh terhadap pembungaan, dampak fotoperiodisme pada tanaman juga meliputi pertumbuhan batang atau akar selama musim-musim tertentu, hingga kerontokan daun . Pencahayaan buatan dapat digunakan untuk menginduksi ekstra hari panjang. [3]

Berdasarkan respon tanaman terhadap panjang hari, pada beberapa jenis tanaman budidaya dapat digolongkan sebagai tanaman hari pendek (SDPs), tanaman hari panjang (LDPs), dan tanaman hari netral (DNPs). [4]

Tanaman Hari Pendek (Short-Day Plants,SDPs)

Tanaman hari pendek adalah tanaman yang pembungaannya lebih dipengaruhi oleh panjang hari yang lebih pendek daripada panjang hari maksimum kritis dengan dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lainnya, misalnya temperatur. [4] Hal ini dapat bervariasi pada masing-masing spesies dan varietas. [4]

Tanaman Hari Panjang (Long-Day Plants,LDPs)

Tanaman hari panjang adalah tanaman yang pembungaannya dipengaruhi oleh panjang hari yang lebih panjang daripada panjang hari minimum kritis dengan dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lainnya. [4] Tanaman ini biasanya berbunga di belahan bumi utara selama akhir musim semi atau awal musim panas sebagai masa dengan panjang hari yang lebih panjang. [3] Di belahan bumi utara, hari terpanjang tahun ini adalah pada atau sekitar 21 Juni (titik balik matahari). [3] Setelah tanggal tersebut, panjang hari terjadi lebih pendek (yaitu malam tumbuh lebih panjang) sampai 21 Desember (solstice). [3] Situasi ini terbalik di belahan bumi selatan (yaitu hari terpanjang adalah 21 Desember dan hari terpendek adalah 21 Juni). [3] Di beberapa bagian dunia, musim dingin atau musim panas mengacu pada musim hujan dan musim kemarau. [3]

Contoh tanaman hari panjang obligat: [3]

Contoh tanaman hari panjang fakultatif: [3]

Fotoperiodisme pada Hewan

Rujukan

  1. ^ a b N. A. Campbell; Jane B. Reece; Lawrence G. Mitchell (1999). Biology. Texas: Hill Country Books. 
  2. ^ B. Lakitan (2010). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n Mauseth, James D. (2003). Botany : An Introduction to Plant Biology (edisi ke-3rd). Sudbury, MA: Jones and Bartlett Learning. hlm. 422–427. ISBN 0-7637-2134-4. 
  4. ^ a b c d e Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R. L Mitchell (1991). Physiology of Crop Plants. Jakarta: UI Press. 
  5. ^ Capon, Brian (2005). Botany for Gardeners (edisi ke-2nd). Portland, OR: Timber Publishing. hlm. 148–151. ISBN 0-88192-655-8. 
  6. ^ Hamner, K.C.; Bonner, J. (1938). "Photoperiodism in relation to hormones as factors in floral initiation and development". Botanical Gazette. 100 (2): 388–431. doi:10.1086/334793. JSTOR 2471641. 
  7. ^ Hamner, K.C. (1940). "Interrelation of light and darkness in photoperiodic induction". Botanical Gazette. 101 (3): 658–687. doi:10.1086/334903. JSTOR 2472399.