Lauk-pauk dalam ritual Jawa
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP86Johanes (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 10 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 4 Mei 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP86Johanes (Kontrib • Log) 3799 hari 1014 menit lalu. |
Lauk pauk dalam ritual Jawa adalah salah satu ubo rampe atau pelengkap yang berupa makanan dalam sesaji atau sajen. Lauk pauk disajikan sebagai sajen untuk menemani hidangan lain dalam sajen seperti tumpeng. Lauk pauk yang disajikan dalam sajen melambangkan ungkapan syukur manusia kepada Tuhan yang memberi hidup. Dalam tradisi Jawa dikenal beberapa lauk pauk untuk ubo rampe sajen seperti ingkung, pecel ayam, ketan salak, bedak dingin dan parem.
Ingkung
Ingkung adalah salah satu ubo rampe yang berupa ayam kampung yang dimasak utuh dan diberi bumbu opor, kelapa dan daun salam. Ingkung ini biasanya diletakkan di atas nasi uduk. Ingkung ini melambangkan bayi yang belum dilahirkan dengan demikian belum mempunyai kesalahan apa-apa atau masih suci. Selain itu ingkung juga dimaknai sebagai sikap pasrah dan menyerah atas kekuasaan Tuhan. Orang Jawa mengartikan kata ingkung dengan pengertian dibanda atau dibelenggu. Ubo rampe ingkung dimaksudkan untuk menyucikan orang yang punya hajat maupun tamu yang hadir pada acara selamatan tersebut.
Pecel Ayam
Pecel ayam adalah salah satu ubo rampe yang hampir mirip dengan ingkung yakni ayam dimasak secara utuh. Yang membedakan pecel ayam dengan ingkung adalah cara penyajiannya. Cara penyajian pecel ayam dilakukan dengan memberi bumbu berupa santan mentah. Pecel ayam dimaksudkan sebagai simbol mensucikan orang yang punya hajat. Ubo rampe ini biasa disajikan pada acara Rasulan atau bersih desa dan fungsinya untuk melengkapi ubo rampe ingkung.
Ketan Salak
Ketan salak adalah ubo rampe yang dibuat dari beras ketan yang dimasak hingga bentuknya seperti nasi kemudian disajikan dengan disertai santan gula Jawa. Santan gula Jawa dibuat dengan cara gula Jawa dicampur dengan air santan secukupnya dan direbus hingga masak serta membentuk cairan kental. Ubo rampe ini dimaksudkan sebagai lambang permohonan maaf atas segala kesalahan orang yang membuat sesaji atau sekelompok orang yang didoakan. Ketan salak biasanya disajikan untuk melengkapi ubo rampe ritual Rasulan atau Bersih Desa.
Bedak Dingin dan Parem
Bedak dingin dan Parem adalah ubo rampe yang dimaksudkan agar hasil panen selalu melimbah dan terbebas dari segala hama. Bedak dingin dan pare mini sebagai lambang penghormatan kepada Dewi Sri atau dewi yang menjaga padi dan pertanian. Bedak terbuat dari tepung beras yang dicampur wewangian dan dibentuk menjadi bulatan kecil seukuran biji pepaya. Parem dibuat dari irisan kunyit dan bawang merah.