Coper, Jetis, Ponorogo
Coper adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Desa ini terletak pada koordinat 111°30’16‘’ - 111°30’49‘’ Bujur Timur dan 7°56’31‘’ - 7°57’28‘’ Lintang Selatan. Desa ini terdiri dari empat dukuh, delapan Rukun Warga dan 20 Rukun Tetangga. Sebagian besar penduduknya adalah petani, buruh tani, pedagang, dan kuli bangunan.[1]
Coper | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Ponorogo | ||||
Kecamatan | Jetis | ||||
Kode pos | 63473 | ||||
Kode Kemendagri | 35.02.09.2006 | ||||
Luas | 203,460 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 2890 jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Sejarah
Sejarah dan asal-usul nama dari desa Coper memang tidak dapat diungkap secara jelas karena para narasumber yang memahami dan mengalami proses tersusunnya desa Coper saat ini telah tiada. Namun, sejarah desa Coper dapat dihimpun dari cerita-cerita sesepuh atau orang yang dianggap ada sangkut pautnya dengan desa sesuai dengan pemahaman dan pengertian masing-masing.
Menurut cerita masyarakat setempat, nama Coper diambil dari kata cuo dan lèmpèr, cuo adalah sejenis mangkok yang terbuat dari tanah liat dan lèmpèr adalah sejenis piring yang terbuat dari tanah liat. Kedua barang tersebut adalah tempat makan dari seorang laki-laki yang membabat pertama kali desa Coper yang disebutkan bernama Haji Ngarpiyah. Haji Ngarpiyah adalah menantu dari Kyai Ishaq. Kyai Ishaq adalah anak dari Kyai Ageng Hasan Besari pemimpin Pesantren Tegalsari yang merupakan pesantren besar di Ponorogo pada masa itu. Kyai Ishaq menyusul menantunya Haji Ngarpiyah untuk membabat desa Coper sehingga menjadi pemukiman seperti sekarang ini.
Ada pula yang mengatakan nama Coper berasal dari sebuah kalimat eco ing lèmpèr. Konon ceritanya Kyai Ishaq mempunyai 2 orang istri, salah satu diantaranya adalah putri dari Kanjeng Gading. Sewaktu pengantin baru dengan putri Kanjeng Gading, Kyai Ishaq dan istrinya selalu dikirim makanan dari Kanjeng Gading melalui abdi kinasihnya Kanjeng Gading. Makanan tersebut sambalnya selalu ditempatkan di lepek/lèmpèr. Pada suatu hari tempat sambal tersebut diganti, lalu Kyai Ishaq berkata sambal itu sebenarnya lebih enak tetap ditempatkan di lèmpèr lalu abdi menjawab econipun wonten lèmpèr Kyai? Kyai menjawab Iya. Setelah berpikir sejenak atas jawaban abdi kinasih tersebut di atas, maka Kyai Ishaq lalu berkata : Kalau begitu melihat kata eco ing lèmpèr apabila besuk tempat ini sudah ramai maka kami namakan DESA COPER.[1]
Konon, Masjid desa Coper yang bernama Masjid Al-Ishaq adalah Masjid Tegalsari pemberian dari Kyai Ageng Hasan Besari kepada anaknya Kyai Ishaq. Masjid ini dipindahkan dari Tegalsari ke desa Coper yang berjarak sekitar 5 km. Sebelum dipindahkan, Masjid Tegalsari dibangun kembali dan selesai dalam kurun waktu 8 tahun. Setelah Masjid Tegalsari selesai dibangun kembali, masjid yang lama dipindahkan dari desa Tegalsari ke desa Coper pada tahun 1750. Dan Masjid Tegalsari yang sekarang berada di desa Tegalsari adalah masjid Tegalsari yang baru.
Pemerintahan
Berikut nama-nama kepala desa Coper sejak tahun 1913:
Kepala Desa Coper | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
No. | Nama | Dari | Sampai | Keterangan | ||||||||
1. | Suratman | 1913 | 1942 | |||||||||
2. | Moeljodihardjo | 1942 | 1967 | |||||||||
3. | Moh. Zaini | 1967 | 1970 | |||||||||
4. | Suhadi | 1970 | 1973 | Penjabat Kepala Desa | ||||||||
5. | Pirnadi | 1973 | 1978 | |||||||||
6. | Anngam | 1978 | 1988 | Penjabat Kepala Desa | ||||||||
7. | Subagyo | 1988 | 1998 | |||||||||
8. | Damanhuri | 1998 | 2006 | |||||||||
9. | Abdul Werner, SE. | 2006 | 2007 | Penjabat Kepala Desa | ||||||||
10. | Damanhuri | 2007 | 2013 | |||||||||
11. | Nisfu Lailati | 2013 | sekarang | |||||||||
Sumber:Portal Kecamatan Jetis |
Dukuh
Desa Coper terbagi ke dalam 4 dukuh yaitu;
- Dukuh Coper Kidul
- Dukuh Coper Kulon
- Dukuh Ngrayut
- Dukuh Banaran
Geografi
Desa Coper terletak ±15 kilometer arah tenggara dari pusat kabupaten Ponorogo. Batas-batas desa Coper adalah
Utara | Desa Joresan |
Timur | Desa Bangsalan |
Selatan | Desa Bulu |
Barat | Desa Mojomati |
Penduduk
Penduduk desa ini rata-rata bekerja di bidang pertanian. Namun juga ada yang bekerja di bidang industri. Agama yang dipeluk 100% penduduk desa Coper adalah agama Islam.
Pendidikan
Lembaga pendidikan negeri di desa ini terdapat dua buah yaitu 1 buah Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan 1 buah Madrasah Ibidaiyah Negeri (MIN). Selain Sekolah Negeri, di desa Coper juga terdapat Pondok Pesantren yaitu, Pesantren Putri Al-Mawaddah dan Pondok Pesantren Dipokerti, di mana di dua pondok pesantren tersebut terdapat 1 Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), 2 buah Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan 2 buah Madrasah Aliyah (MA).[1]
Ekonomi
Di desa ini terdapat satu buah pasar yaitu Pasar Pahing yang buka setiap hari Pahing pagi. Perekonomian di desa ini ditunjang oleh pertanian, peternakan dan industri.
Pertanian
Hasil bumi dari sektor pertanian di desa ini antara lain,
Industri
Beberapa industri kecil yang terdapat di desa ini antara lain,
Seni dan budaya
Seni budaya masyarakat desa Coper tidak jauh berbeda dengan masyarakat Jawa dan Ponorogo pada umumnya. Di desa ini sering diadakan pertunjukan Reog dan Gajah-gajahan.
Masyarakat desa Coper merupakan masyarakat yang cukup agamis. Setiap Dukuh terdapat acara pengajian yasinan satu kali dalam seminggu, baik bapak-bapak maupun ibu-ibu. Di desa ini terdapat 5 buah masjid dan 8 buah mushalla.
Makanan khas
Makanan khas dari desa ini yang tidak ada di daerah lain adalah "Arak Keling". Yaitu jenis makanan yang dibuat dari pati ketela pohon yang dicampur dengan telur lalu dibentuk seperti angka 8 dan digoreng sampai kering lalu diberi gula pasir yang direbus dahulu sampai kental hingga merata. Walaupun namanya "Arak Keling", warna dari makanan ini tidaklah keling (hitam), namun warna dari makanan ini adalah putih.