Pewarnaan Giemsa
[[Trypanosoma cruzi crithidia.jpeg|right|thumb|300px|Parasit Trypanosoma yang diwarnai oleh pewarnaan Giemsa.]] Dalam bidang mikrobiologi, pewarnaan Giemsa adalah sebuah tehnik pewarnaan mikroskopi yang pertama kali dikembangkan oleh Gustav Giemsa.[1]
Aplikasi utama pewarnaan Giemsa adalah sebagai tehnik standar untuk mewarnai parasit plasmodium penyebab malaria, selain itu tehnik ini juga digunakan dalam histologi karena mampu mewarnai kromatin, membran inti sel, metachromasia, dan komponel sel lainnya dengan kualitas yang dinilai memuaskan.[1] Selain itu, tehnik pewarnaan Giemsa juga merupakan tehnik dasar untuk mengklasifikasikan sel limfoma dalam klasifikasi Kiel.[1] Lebih jauh lagi, tehnik pewarnaan Giemsa juga dapat digunakan untuk membedakan bakteri dengan fungi.[2] Dalam tampilam mikroskop, hifa milik kapang akan menunjukkan warna ungu atau biru, setelah dilakukan pewarnaan.[2]
Tehnik pewarnaan Giemsa juga umum digunakan untuk mendeteksi nematoda penyebab filariasis (kaki gajah).[3]
Tinta Giemsa tersusun atas campuran pewarna eosin, methylene blue, dan methylene azure.[1] Campuran methylene azure dan methylene blue akan membentuk eosinat yang membuat hasil pewarnaan menjadi lebih stabil.[1]
Referensi
- ^ a b c d e (Inggris)Barcia JJ. 2007. The Giemsa stain: its history and applications. Int J Surg Pathol. 2007 Jul;15(3):292-6.
- ^ a b (Inggris) Foster CS. Azar DT. Dohlman CH. 2005.Smolin and Thoft's The Cornea: Scientific Foundations and Clinical Practice. Lippincott Williams & Wilkins. ISBN: 9780781742061.
- ^ (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 2 (CES-HAM). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve