Revolusi Nausena Pavara
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP09Zahra (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 27 juni 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 17 Mei 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP09Zahra (Kontrib • Log) 3788 hari 1425 menit lalu. |
Revolusi Nausena Pavara atau sering disebut juga Revolution in Naval Power adalah inovasi dan transformasi yang dilakukan oleh militer Angkatan Laut dari tahapan yang paling mendasar yang kemudian dilanjutkan oleh inovasi teknologi militer sebagai manifesto lebih spesifiknya.[1] Revolusi Nausena Pavara ini penting dilakukan terutama bagi negara-negara yang bertipe geografis kepulauan atau negara maritim.[1] Sebab ancaman yang diterima oleh negara maritim jauh lebih besar dan tingkat instabilitas keamanan lebih tinggi dibandingkan dengan landlock country karena serangan dapat berasal dari berbagai sisi dan sumber tanpa bisa diketahui lebih detail tanpa penguasaan radar atau teknologi militer yang mumpuni.[1] Sedangkan landlock country atau negara yang hanya berbatasan darat dengan negara lain memiliki sumber ancaman terhadap keamanan yang jelas karena perbatasan negara dapat didefinisikan dengan jelas pula.[1] Selain itu, laut atau perairan memiliki arti yang sangat penting bagi negara kepulauan yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut sebagai media perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai media pertahanan dan keamanan, serta laut sebagai media diplomasi.[1]
Revolusi Nausena Pavara ini digunakan oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan kebijakan pertahanan di bidang Angkatan Laut (TNI AL) karena sebagai negara kepulauan dengan 80 % wilayah laut dan 20 % wilayah darat, potensi ancaman terhadap kedaulatan dan wilayah Indonesia berada di laut.[2] Prosentase ancaman ini menjadi semakin tinggi karena posisi geografi Indonesia berada pada lalu lintas perdagangan dunia.[2] Setiap hari ratusan bahkan ribuan kapal baik kapal dagang maupun militer melintas di perairan Indonesia melalui Sea Lanes of Communication (SLOC) serta Sea Lines of Oil Trade (SLOT).[2]
Referensi
- ^ a b c d e "Pengembangan Teknologi Light Destroyer sebagai Pelengkap Revolusi Nausena Pavara". http://www.scribd.com. Diakses tanggal 17 Mei 2014. Hapus pranala luar di parameter
|publisher=
(bantuan) - ^ a b c "KONSEP NEGARA MARITIM DAN KETAHANAN NASIONAL" (PDF). http://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id. Diakses tanggal 17 Mei 2014. Hapus pranala luar di parameter
|publisher=
(bantuan)