Batik Minahasa
Batik Minahasa adalah kain batik yang diproses dengan cara membatik, yaitu proses pembuatan motif pada kain dengan melakukan perintang warna lilin. Dengan proses batik ini, lalu diangkatlah motif-motif ragam hias bangsa Minahasa yang ternyata sudah ada jauh sebelum kerajaan-kerajaan di Nusantara bertahta. Salah satu sumber ragam hias batik Minahasa adalah Waruga. Kehadiran waruga sebagai satu budaya Minahasa sudah sangat lama dan kuno sekali. Menurut penelitian para arkeolog dari Balai Arkeologi, waruga sudah ada sejak 400 Tahun sebelum Masehi. Proses penentuan usia waruga dilakukan dengan menggunakan karbon aktif sehingga dapat ditentukan secara ilmiah kapan waruga itu dibuat. Cara yang lain adalah dengan absolut dating yakni dengan cara menganalisa dan mencari keterangan ilmiah dari benda-benda yang terkait waruga tersebut. Seperti melihat usia keramik-keramik cina yang terdapat pada waruga. Dengan melihat hal tersebut maka Waruga sebagai situs sejarah bangsa Minahasa dengan jelas menjadi rujukan bagi orang Minahasa dalam melihat hal-hal di masa yang lalu. Di antaranya adalah ragam hias yang terdapat pada waruga yang ternyata sangat kaya dan sangat indah bentuknya. Dari sinilah maka rumah batik seperti Wale Batik Minahasa memproduksi kain batik dengan memindahkan sejumlah ragam hias yang mewakili perasaan masyarakat Minahasa ke dalam sebuah kain.
Paling kurang terdapat lima ragam hias yang terdapat pada waruga ini.
1. Ragam hias tonaas. Ragam hias ini terbagi dua, yaitu:
a. Tonaas ang kayobaan. adalah tuama atau lelaki kuat yang bisa menguasai makhluk hidup yang lain.
Dengan proses stilasi maka diperoleh gambar seperti di bawah ini:
b. Tuama loor/leos adalah gambaran seorang pria yang kuat dan baik.pula digambarkan berbentuk manusia kangkang sebagai simbol manusia yang polos apa adanya.
2. Ragam has tarawesan paredey, merupakan simbol dari gelombang kehidupan yang datang dari dua arah, yakni dari atas dan dari bawah. secara berurutan membentuk motif geometris (pakarisan) yang disebut tarawesan paredey atau garis berulang berbaris
3. Ma’sungkulan. Ragam hias ini mungkin salah satu yang sangat unik dan menarik untuk diteliti lebih jauh. motif ini sebagian berbentuk kembang teratai atau dalam tradisi batik jawa disebut kawung. Pada bagian bawahnya terdapat ragam hias mirip tangkai teratai seolah seperti lekukan ular yang membentuk motif yang cukup cantik. nampaknya ini seperti motif dari flora (rerouan) yang membentuk motif baru. Masungkulan artinya dipertemukan karena ada beberapa bentuk seperti kawung dan teratai yang bertemu menjadi bentuk yang unik. motif ini bisa diinterpretasikan bahwa orang yang meninggal ini adalah orang yang sudah menikah karena mengalami hal-hal yang indah dan berbunga, dan sudah bertemu jodohnya, masungkulan.
4. Masuian (teteleb pisok). Ragam hias ini menyerupai sayap burung. Dari beberapa informasi ragam hias ini adalah ekspresi dari sayap burung pisok (teteleb ne pisok), salah satu jenis burung di Minahasa yang sangat terkenal. Di Minahasa ada tarian pisok yang menggambarkan energi baik, keuletan dan kecakapan dari seekor burung pisok yang sangat lincah.
Dari sejumlah ragam hias tersebut terdapat pula ragam hias lain yang kalau dikombinasikan akan menghasikan motif yang cukup unik dan bercirikhas minahasa seperti motif karengkom.