Albus Dumbledore

karakter fiksi dalam Harry Potter
Revisi sejak 4 Agustus 2014 02.43 oleh Riko Wijayanto (bicara | kontrib) (Saya merubah beberapa kalimat yang pola kalimatnya sedikit berantakan. Terima kasih)

Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore merupakan salah satu tokoh dalam serial novel ciptaan J. K. Rowling sebagai Kepala Sekolah Sihir Hogwarts. Ia merupakan seorang ahli sihir yang bijaksana dan paling dihormati di dunia Sihir. Ia berperan sebagai pembimbing atau penasihat tokoh utama, Harry Potter sebagaimana konsep perwatakan Merlin atau Gandalf. Ia selalu mengambil berat terhadap Harry Potter dan memberikan dorongan kepada Harry lebih dari yang lain. Ini karena kepercayaan beliau yang mana yakin bahwa Harry adalah satu-satunya yang diharapkan dapat membasmi Lord Voldemort walaupun dialah satu-satunya yang ditakuti ahli sihir jahat itu.

Albus Dumbledore
PemeranRichard Harris
Michael Gambon
Informasi
Jenis kelaminPria

Dalam versi film, seri Harry Potter and the Sorcerer's Stone (2001) dan Harry Potter and the Chamber of Secrets (2002), diperankan oleh mendiang Richard Harris yang meninggal pada 2002 disebabkan penyakit Hodgkin. Untuk film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004) dan Harry Potter and the Goblet of Fire (2005) pula, Michael Gambon memerankan tokoh Dumbledore dengan gaya yang berlainan dan lebih unik.

Kehidupan Albus Dumbledore

Kehidupan Awal Albus Dumbledore

Albus Dumbledore dilahirkan pada tahun 1881 dan merupakan anak dari Percival Dumbledore dan Kendra Dumbledore. Tiga tahun setelah ia dilahirkan, adiknya, Aberforth Dumbledore lahir, dan setelahnya lahir adik perempuan keduanya, Ariana Dumbledore. Pada suatu hari, tiga anak-anak Muggle menyerang Ariana saat ia berumur 6 tahun karena mereka melihatnya menggunakan sihir. Akibat dari serangan itu, ia menderita sakit seumur hidupnya. Ayah Dumbledore, Percival, menyerang ketiga Muggle itu sebagai balasan atas penyerangan mereka terhadap putrinya, dan ia dipenjarakan di Azkaban seumur hidup. Untuk menghindari Ariana dibawa ke Rumah Sakit St.Mungo, Kendra memindahkan keluarga mereka ke Godric's Hollow. Para tetangga mereka mengira bahwa Ariana adalah seorang Squib.

Saat Albus memasuki Hogwarts, ia berteman dengan Elphias Doge yang banyak diejek oleh orang-orang karena baru saja sembuh dari cacar naga. Di Hogwarts, Dumbledore dianggap sebagai murid paling cerdas yang pernah memasuki Hogwarts. Ia memenangkan banyak sekali penghargaan dan mempunyai banyak teman yang saat ini menjadi penyihir-penyihir terkenal. Tulisan-tulisannya banyak dimuat di Transfiguration Today, Challenges in Charming, dan The Practical Potioneer. Ia adalah seorang Gryffindor. Informasi ini diberikan kepada Harry Potter oleh Hermione Granger pada saat mereka berada di Hogwarts Express dalam film Harry Potter and the Sorcerer's Stone.

Tiga tahun setelahnya, Aberforth masuk Hogwarts. Aberforth terbukti agak berbeda dari Albus, karena tidak menguasai bakat sihir luar biasa seperti kakanya. Hal ini terlihat sejak pada tahun kelima Harry bersekolah, menjelang ujian O.W.L (Ordinary Wizarding Levels). Pada saat itu, Griselda Marchbanks, Kepala Wizarding Examinations Authority--Kekuasaan Pengujian Sihir, mengatakan bahwa Dumbledore telah "....melakukan hal-hal dengan tongkat sihir yang tidak pernah kulihat sebelumnya". Saat Dumbledore dan Doge meninggalkan Hogwarts, mereka berencana untuk melakukan perjalanan keliling dunia. Di tengah-tengah perjalanan mereka, Dumbledore yang pada saat itu berumur 18 tahun tertimpa musibah kematian ibunya, yang dibunuh oleh Ariana yang sedang 'kumat'.

Albus Dumbledore dan Grindelwald

Karena ketidakhadiran orang tua Dumbledore (ayahnya dipenjara, sedangkan ibunya meninggal), Albus menjadi kepala keluarga tersebut, dan menjadi kewajibannya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Ini merupakan hal yang berat bagi Albus, mengingat orang tuanya tidak meninggalkan banyak emas. Ia dipaksa harus tinggal di rumah dengan Ariana ketika Aberforth menjalani pendidikannya di Hogwarts. Kemudian, Gellert Grindelwald muda tiba di Godric's Hollow dengan bibinya, Bathilda Bagshot, pengarang buku A History of Magic--Sejarah Sihir. Dumbledore muda berteman dengan Grindelwald dan mereka berdua mempunyai keinginan untuk menguasai dunia "untuk kebaikan yang lebih besar" dengan cara menyatukan Relikui Kematian yang legendaris.

Kedua penyihir itu berpendapat bahwa dunia sihir harus berkuasa atas para Muggle. Meskipun mereka harus menghancurkan beberapa penyihir dalam perjalanan mereka menuju misi tersebut, mereka akan menganggapnya "untuk kebaikan". Tapi, sebuah diskusi antara Albus, Aberforth, dan Grindelwald memimpin mereka ke sebuah duel yang menyebabkan kematian Ariana. Dalam sisa hidupnya, Albus merasa bersalah, karena tidak pernah bisa memastikan apakah kutukannya atau hal lain yang menyebabkan kematian Ariana.

Grindelwald kemudian meninggalkan rumah Bagshot dan memulai misinya. Sementara itu, dalam pemakaman Ariana, Aberforth sangat marah kepada Dumbledore dan meninju hidung Dumbledore, mematahkannya, yang membuat hidungnya terlihat bengkok sekarang. Karena kematian Ariana tersebut, Albus merasa tidak dapat dipercaya dalam menghadapi hal-hal yang besar yang membuatnya tidak pernah mengambil tempat sebagai Menteri Sihir. Dumbledore kemudian kembali ke Hogwarts sebagai guru Transfigurasi, dan kemudian diangkat menjadi Kepala Sekolah Hogwarts, menggantikan Armando Dippet.

Dumbledore akhirnya berhasil mengalahkan Grindelwald, yang telah menjadi penyihir hitam, yang memiliki Tongkat Elder. Setelah mengalahkannya, Albus Dumbledore menjadi pemilik sah Tongkat Sihir Elder berikutnya, bahkan setelah ia meninggal.

Albus Dumbledore dan Kebangkitan Voldemort

Lihat juga: Lord Voldemort atau Orde Phoenix Salah satu tugas Dumbledore sebagai guru di Hogwarts adalah mencari dan menawarkan tempat di Hogwarts kepada Tom Marvolo Riddle. Ketika Dumbledore terkagum-kagum dengan kemampuan Riddle, ia mendapat masalah karena Riddle tidak pernah mempercayai Dumbledore sepenuhnya. Satu tahun kemudian, Riddle mencoba untuk mendapatkan tempat sebagai guru di Hogwarts. Namun, Dumbledore meyakinkan kepala sekolah saat itu, Armando Dippet, untuk menolak permohonan Riddle. Ia sendiri juga menolak permohonan Riddle yang kedua beberapa tahun kemudian, saat ia menjabat sebagai kepala sekolah. Sejak saat itu, Riddle menyatakan perang dengan mantan pengajarnya, dan mengadopsi sebuah nama yang akan menjadi menakutkan dalam semua hati penyihir di dunia sihir tahun-tahun mendatang: Lord Voldemort.

Untuk melawan Voldemort, Dumbledore mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Orde Phoenix. Dalam perkembangan Voldemort, anggota Orde selalu bertarung melawan pengikut Voldemort, Pelahap Maut dan pengikut-pengikut lainnya. Dalam pertempuran tersebut, Orde menderita kekalahan yang diikuti dengan meninggalnya beberapa anggota Orde, dan salah satunya adalah suami-istri Potter. Sebelum kematian mereka, Dumbledore meminta mereka untuk memperlihatkan Jubah Gaib yang dicurigai sebagai salah satu dari Relikui Kematian. Saat James meninggal, Dumbledore memutuskan untuk menyimpan jubah tersebut, dan memberikannya kepada putra James, Harry Potter.

Saat orang tua Harry terbunuh dan kekuatan Voldemort menghilang, pemindahan Harry ke rumah Vernon dan Petunia Dursley, paman dan bibinya yang merupakan satu-satunya kerabatnya yang masih hidup, adalah keputusan Dumbledore. Ia mengetahui bahwa Harry telah diberi perlindungan sihir khusus yang berasal dari pengorbanan ibunya, dan karena Petunia Dursley menerima Harry di rumah mereka, sihir itu telah tertanam di rumah keluarga Dursley. Sihir lama yang berasal dari cinta ibunya kepada Harry ini, membuat Harry tidak dapat disentuh oleh Voldemort.

Penampilan

Tiga Buku Pertama

Di awal dari seri Harry Potter, tepatnya di Harry Potter dan Batu Bertuah, Dumbledore tiba di Privet Drive nomor empat di Little Whinging,Surrey, untuk meninggalkan bayi Harry di ambang pintu kediaman keluarga Dursley dengan sebuah surat yang menjelaskan situasi saat itu. Ia pergi dengan kata-kata terakhir, "Semoga berhasil, Harry".

Saat Harry tiba di Hogwarts, Dumbledore memberitahu Harry tentang rahasia Cermin Tarsah yang jika ia melihat cermin tersebut, ia melihat dirinya "memegang sepasang kaos kaki wol tebal." Ternyata, ia sendiri, seperti Harry, melihat keluarganya hidup dan bersatu. Pada malam ketika Quirinus Quirrel, Harry, Ron Weasley, dan Hermione Granger memasuki ruang bawah tanah untuk mendapatkan Batu tersebut, Dumbledore sedang dipanggil oleh Kementrian Sihir oleh surat yang salah, tapi ia kemudian menyadari bahwa ia diperlukan di Hogwarts dan ia kembali untuk menyelamatkan Harry dari Quirrell dan Voldemort. Ia juga melakukan percakapan terakhir dengan Harry setelah kejadian tersebut dan mengatakan bahwa ia terlalu muda untuk mengetahui alasan Voldemort ingin membunuhnya.

Di Harry Potter dan Kamar Rahasia, Dumbledore mencurigai bahwa Tom Riddle terlibat dalam penyerangan terhadap murid-murid, saat ia menjawab, "bukan masalah siapa, tapi bagaimana?", ketika ditanya siapa pelaku penyerangan tersebut. Dumbledore yang lebih muda terlihat di buku harian Riddle, ketika Harry melihat memori Tom Riddle, dan bertanya apakah ia mengetahui sesuatu tentang penyerangan murid-murid. Dalam separo bagian akhir, Lucius Malfoy membujuk (atau bisa dibilang mengancam) kesebelas dewan sekolah untuk mencabut posisi Dumbledore sebagai Kepala Sekolah karena terjadi penyerangan oleh basilisk di sekolah saat Kamar Rahasia dibuka. Para dewan mengembalikan lagi posisi Dumbledore saat mereka mengetahui bahwa Ginny Weasley dibawa ke Kamar Rahasia dan Lucius terbukti memaksa para dewan untuk menyingkirkan Dumbledore.

Di permulaan Harry Potter dan Tawanan Azkaban, Dumbledore terpaksa menerima para dementor di luar sekolah mereka demi perlindungan murid-murid Hogwarts dari Sirius Black, seorang yang dituduh membunuh yang melarikan diri dari Azkaban. Setelah Black berhasil menembus Hogwarts, Dumbledore memerintahkan untuk menutup seluruh pintu masuk ke dalam sekolah. Setelah Harry jatuh dari sapunya pada saat pertandingan Quidditch karena dementor, Dumbledore menjadi sangat marah pada mereka dan menggunakan tongkatnya untuk mendaratkan Harry dengan selamat ke tanah. Di bagian akhir buku, Dumbledore menyarankan Hermione memakai Pemutar Waktu miliknya tanpa sepengetahuan Kementrian untuk kembali ke tiga jam yang lalu untuk menyelamatkan Buckbeak si Hippogriff dan Sirius sebelum mereka tereksekusi.

Buku Keempat dan Kelima

Di seri keempat, Harry Potter dan Piala Api, Dumbledore memperkenalkan Turnamen Triwizard. Ia juga menjadi juri selama even tersebut berlangsung. Di buku, saat nama Harry keluar dari Piala Api, Dumbledore tidak terkejut dan tetap tenang, dan bertanya pada Harry apakah ia sendiri atau murid lain yang lebih tua yang ia suruh yang memasukkan namanya ke dalam Piala Api. Saat Harry menjawab tidak, ia percaya padanya. Tidak seperti di buku, di film, Dumbledore (yang diperankan oleh Michael Gambon) terlihat marah dan bahkan menggoncangkan Harry saat ia bertanya padanya.

Di akhir buku, ketakutan Dumbledore terjawab saat Harry kembali dari pertempurannya melawan Voldemort membawa mayat Cedric Diggory dan saat Alastor Moody (yang sebenarnya adalah Barty Crouch Junior yang menyamar dengan menggunakan Ramuan Polyjuice) mengambil Harry dari Dumbledore dan membawanya ke dalam kantornya. Dumbledore langsung curiga dan pergi menuju kantor Moody dengan Minerva McGonagall dan Severus Snape untuk menyelamatkan Harry dan menginterogasi Crouch. Kemudian, Dumbledore mendengarkan kesaksian Harry tentang kembalinya Voldemort. Harry kemudian mengetahui bahwa Cornelius Fudge, Menteri Sihir sedang berdebat dengan Dumbledore dan McGonagall. Di akhir cerita, Fudge dan Dumbledore "berpisah jalan" setelah perdebatan tentang kembalinya Voldemort dan akibat-akibat yang akan terjadi jika Fudge tetap membiarkan hal itu.

Di Harry Potter dan Orde Phoenix, Dumbledore diturunkan pangkatnya yang semula adalah Hakim Ketua Wizengamot, dikeluarkan dari kedudukannya sebagai Ketua Konfederasi Penyihir Internasional, dan ia juga kehilangan Order of Merlin Kelas Satu, akibat dari pidatonya tentang kembalinya Voldemort. Sementara itu, Kementrian Sihir melakukan segala cara untuk memojokkan Dumbledore dan Harry, sebagian besar melalui Daily Prophet. Di awal cerita, Dumbledore memancing kemarahan Fudge saat ia hadir di sidang Harry dengan membawa saksi (Arabella Figg) untuk memastikan bahwa ia tidak dikeluarkan. Namun, Harry merasa sangat marah karena Dumbledore tidak pernah menatapnya, apalagi berbicara kepadanya.

Di Hogwarts, Kementrian mengeluarkan Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Dua, yang memperbolehkan Fudge untuk menempatkan Dolores Umbridge (setelah Dumbledore gagal mencari kandidat yang tepat) sebagai guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Melalui Umbridge, Fudge perlahan-lahan menambah kekuatannya di Hogwarts. Ia juga mengawasi Dumbledore secara ketat, karena ia takut Dumbledore sedang mendirikan laskar penyihir dibawah umur untuk melawan Kementrian. Dolores melarang semua praktek latihan pertahanan di kelasnya yang memaksa Harry, Ron, dan Hermione mendirikan Laskar Dumbledore dengan beberapa teman-teman mereka. Saat L.D. diketahui oleh Kementrian, Dumbledore berkata bahwa ialah yang menyuruh Harry membentuk organisasi tersebut, yang membuatnya kehilangan jabatannya sebagai kepala sekolah (lagi).

Dumbledore tidak terdengar lagi di buku sampai ia tiba di Departemen Misteri untuk bergabung dengan Orde dalam pertarungan melawan Pelahap Maut. Ia kemudian menyelamatkan Harry dari kutukan Avada Kedavra yang dilancarkan oleh Voldemort dan berduel dengan Pangeran Kegelapan. Setelah Voldemort ber-Dissaparate, Dumbledore memberitahu Fudge tentang apa yang terjadi dan menduduki kembali jabatan sebagai kepala sekolah dan mendapatkan kembali semua gelar-gelarnya. Di akhir cerita, Dumbledore memberi tahu Harry bahwa Voldemort memilihnya sebagai saingannya dan mereka berdua harus saling membunuh pada akhirnya.

Buku Keenam

Di Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran, Dumbledore menjemput Harry dari Privet Drive untuk membujuk Horace Slughorn untuk bergabung dengan staf Hogwarts. Tangan kanannya, seperti yang diperhatikan Harry, terlihat hitam dan berkerut. Pada saat tahun ajaran, Dumbledore bertemu dengan Harry di kantornya untuk mengajarinya tentang masa lalu Voldemort karena ia memberitahu Harry bahwa hal itu sangat penting. Melalui pelajaran tersebut, mereka mengunjungi pikiran-pikiran orang lain, yang mengandung informasi-informasi penting bagi Voldemort. Harry mempelajari bahwa Voldemort membuat enam Horcrux untuk mendapatkan keabadian dan Horcrux-Horcrux tersebut harus dihancurkan sebelum Harry menghancurkan bagian terakhirnya yang terdapat di dalam tubuh Voldemort. Harry juga berulang-ulang memberitahu Voldemort bahwa murid lain, Draco Malfoy, bekerja untuk Voldemort. Dumbledore menolak untuk melakukan tindakan pada Draco, dan berkata pada Harry bahwa ia lebih mengerti apa yang sedang terjadi daripada Harry.

Di akhir buku keenam, Dumbledore dan Harry pergi ke gua yang dipercayai adalah tempat Voldemort menaruh Horcruxnya. Di gua tersebut, Dumbledore meminum sebuah ramuan di tempat dimana Horcrux tersebut berada; saat meminumnya, ia mulai berteriak, terlihat mengalami penyiksaan mental dan melemah. Setelah para Inferi mencoba menangkap dan menjatuhkan Harry ke dalam danau es yang dalam, Dumbledore tiba-tiba sembuh dan menyihir jerat api di sekitar mereka. Dumbledore mengambil liontin Horcrux bersamanya dan keluar dari gua tersebut dan kembali ke Hogsmeade. Saat mereka kembali, Madam Rosmerta memberitahu mereka bahwa Tanda Kegelapan terlihat di atas Menara Astronomi dan Dumbledore serta Harry bersama-sama menuju Menara Astronomi melalui sapu Rosmerta. Di atas menara, Dumbledore berbicara tentang rencana Draco Malfoy untuk membunuhnya. Beberapa Pelahap Maut lain memasuki menara dan membujuk Malfoy untuk membunuh Dumbledore. Saat Malfoy tidak bisa membunuhnya, Snape muncul dan langsung melancarkan Kutukan Avada Kedavra pada Dumbledore.

Di buku terakhir, diungkapkan bahwa Dumbledore membuat kesalahan besar dengan memakai cincin terkutuk di tangan kanannya, pada buku kelima atau keenam, dan melupakan kutukan yang terdapat pada cincin itu. Cincin itu menyimpan Batu Kebangkitan, yang diharapkan Dumbledore dapat memperbolehkannya untuk meminta maaf kepada orang tuanya dan adiknya. Severus Snape dipanggil oleh Dumbledore untuk mengangkat kutukan itu pada malam itu. Dumbledore tahu bahwa hidupnya hanya tinggal sebentar lagi. Saat itulah Dumbledore meminta Snape untuk, pada saat yang tepat, membunuhnya, yang menurutnya "lebih terhormat". Severus setuju, karena ia berkata bahwa ia akan melakukan apa saja untuk Dumbledore.

Sesaat setelah kematiannya, lukisan Dumbledore tiba-tiba muncul di kantor Kepala Sekolah. Pemakamannya dihadiri oleh murid-murid, staf dan pengajar Hogwarts, anggota Kementrian Sihir, para hantu, centaur, dan para duyung, serta semua orang yang menghormatinya. Dibungkus dengan kain beludru ungu, ia dikubur di sebuah peti marmer putih di sebelah danau di Hogwarts, dan ia adalah satu-satunya Kepala Sekolah yang dikubur di sekolah. Saat penguburannya, Fawkes menyanyikan lagu dukacita, meratapi kematian pemiliknya.

Buku Terakhir

Rowling menggunakan beberapa bab di Harry Potter dan Relikui Kematian untuk mengungkapkan dua hal utama tentang Dumbledore: kehidupan awalnya dan kematiannya. Setelah muncul beberapa cerita tentang masa kecil Dumbledore dan naiknya Dumbledore sebagai Kepala Sekolah Hogwarts, Harry mulai meragukan Dumbledore yang dia ketahui. Saat ia merasa frustasi, ia sering marah pada Dumbledore karena membuat pencariannya akan Horcrux-Horcrux menjadi sulit dan karena tidak menyediakan informasi yang cukup. Harry akhirnya belajar kesulitan-kesulitan sebenarnya yang dialami Dumbledore pada masa mudanya melalui Aberforth dan Albus sendiri.

Dumbledore muncul untuk terakhir kalinya kepada Harry Potter di akhir buku, setelah Harry diserang kutukan membunuh. Rowling menggunakan percakapan itu untuk mengungkap kebenaran dari hubungan antara Voldemort dan Harry. Harry kemudian mengakui segala kekecewaannya pada Dumbledore. Dumbledore lalu memberitahu Harry bahwa ia masih punya pilihan; menjalani kehidupan selanjutnya atau kembali ke tubuhnya yang lama untuk menghadapi Voldemort untuk terakhir kalinya. Setelah mengalahkan Voldemort, Harry melakukan percakapan singkat dengan lukisan Dumbledore di kantor Kepala Sekolah tentang nasib masing-masing dari ketiga Relikui Kematian. Di epilog cerita, terungkap bahwa Harry menamai putra keduanya Albus Severus Potter, yang berasal dari nama Dumbledore dan Snape.

Atribut

Penampilan Luar

Di buku, Dumbledore digambarkan sebagai seorang penyihir klasik; tinggi dan kurus, dengan rambut panjang keperakan. Ia memiliki mata biru, hidung yang mancung serta bengkok, dan jari-jari yang panjang. Ia juga mengenakan kacamata bulan-separo. Ia pernah dikatakan memiliki bekas luka diatas lututnya yang penyebabnya tidak diketahui. Menurut alur cerita Harry Potter, Dumbledore lahir pada tahun 1881 dan meninggal pada tahun 1997, yang berarti ia berumur 116 tahun. Ia biasanya terlihat mengenakan jubah panjang dengan berbagai warna dan motif yang biasanya bermotif bulan dan bintang.

Beberapa kritik mengatakan beberapa kesamaan antara Dumbledore dan penyihir klasik, seperti Merlin dan Gandalf dari Lord of the Rings.

Karakteristik

Dalam seri-seri Harry Potter, Dumbledore tidak mementingkan "kemurnian darah" dan percaya bahwa pilihan setiap individu mencerminkan karakter setiap orang, ia berkata, "masalahnya bukan bagaimana seseorang lahir, tapi orang seperti apakah mereka pada saat mereka besar". Voldemort menganggap Dumbledore sebagai "pahlawan bagi para Darah Lumpur dan Muggle". Tidak seperti penyihir lain, Dumbledore tidak takut untuk mengatakan nama Voldemort (dan mencoba membujuk orang lain untuk memanggilnya menggunakan nama Voldemort pada saat pertempuran pertama) dan memanggilnya "Tom" saat berdebat dengannya.

Beberapa karakter dalam buku sering menganggap kelemahan terbesarnya adalah kemauannya untuk mempercayai orang-orang yang menurut orang lain tidak bisa dipercaya. Ia terlihat mempunyai selera humor yang bagus. Ia sangat sabar, dan selalu tenang. Ia juga selalu sopan terhadap siapa saja, bahkan terhadap musuh-musuhnya. Ia adalah seorang pecinta musik.

Selain seorang penyihir yang cerdas dan bijaksana, ia juga adalah seorang yang eksentrik.

Kemampuan Sihir

Di usia muda, Albus Dumbledore selalu memperlihatkan kemampuan sihirnya yang sangat hebat dan di ujian N.E.W.T-nya di tahun terakhirnya di Hogwarts, "...melakukan hal-hal dengan tongkatnya yang tidak pernah dilihat (oleh para penguji) sebelumnya".

Albus Dumbledore juga seorang ahli kimia yang bekerja dengan Nicolas Flamel, pembuat Batu Bertuah, dan ia juga menemukan dua belas kegunaan darah naga. Ia dapat membuat patronus, yang berbentuk burung phoenix. Albus jugalah yang menemukan metode pengiriman pesan ke orang lain melalui Mantra Patronus, kemampuan yang hanya diajarkannya kepada anggota Orde Phoenix.

Ia juga dapat menciptakan api Gubraithian (api sihir abadi). Ia juga mengklaim bahwa ia dapat menjadi tidak terlihat tanpa perlu menggunakan Jubah Gaib. Dumbledore juga memiliki kemampuan dalam Occlumency dan Legilimency. Dumbledore juga seorang ahli transfigurasi (mengingat ia merupakan guru transfigurasi sebelum menjadi Kepala Sekolah). Di Harry Potter dan Orde Phoenix, Dumbledore mentranfigurasi ribuan potongan kaca menjadi pasir dalam sekejap. Ia dapat berbicara Mermish, Gobbledegook, dan ia juga mengerti Parseltounge.

Asal Nama

Nama lengkap Dumbledore adalah Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore. Nama "Dumbledore" berarti "lebah madu" yang berasal dari bahasa Devon kuno. Kata ini dipilih Rowling karena ia membayangkan Dumbledore berjalan-jalan di dalam kastil dan berkata-kata pada diri sendiri.

Galeri

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA