Bandeng
Ikan Bandeng | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | Chanidae
|
Genus: | Chanos Lacépède, 1803
|
Spesies: | C. chanos
|
Nama binomial | |
Chanos chanos (Forsskål, 1775)
|
Ikan Bandeng (Chanos chanos) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada namun sudah punah)[1]. Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish)
Mereka hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.
Ikan muda disebut nener (IPA : nənər ) dikumpulkan orang dari sungai-sungai dan dibesarkan di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan cepat. Setelah cukup besar (biasanya sekitar 25-30 cm) bandeng dijual segar atau beku. Bandeng diolah dengan cara digoreng, dibakar, dikukus, dipindang, atau diasap.
Bandeng sebagai makanan
Ikan bandeng disukai sebagai makanan karena rasanya gurih, rasa daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak. Kelemahan bandeng ada dua: dagingnya 'berduri' dan kadang-kadang berbau 'lumpur'/'tanah'.
- Duri bandeng
Duri bandeng sebenarnya adalah tulang dari bandeng. Duri ini mengganggu kenikmatan dalam memakan dagingnya. Gangguan ini dapat diatasi dengan penggunaan panci bertekanan tinggi (presto atau autoklaf) dalam waktu tertentu, sehingga duri ini menjadi lunak dan dapat dihancurkan jika dikunyah.
- Bau lumpur
Bau lumpur pada bandeng banyak dialami pada bandeng yang diambil dari tambak. Bandeng yang dipelihara di karamba hampir tidak berbau. Penyebab gejala bau lumpur adalah beberapa plankton Cyanobacteria, terutama dari genus Oscillatoria, Symloca, dan Lyngbia, yang menghasilkan geosmin[2]. Apabila ikan tinggal di tempat yang kaya geosmin atau memakan plankton ini, dagingnya akan memiliki cita rasa tanah.
Bau lumpur dapat diatasi paling tidak dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan memelihara ikan selama 7—14 hari dalam air mengalir bebas biosmin sebelum dijual[2]. Cara kedua adalah dengan perlakuan pemberian asam tertentu[2].
Budidaya Ikan Bandeng
Salah satu komoditi perikanan lain yang mempunyai nilai ekonomis tinggi selain udang untuk dibudidayakan di tambak adalah ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) baik untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun diekspor ke manca negara dalam bentuk segar atau olahan. Kegiatan Budidaya ikan Bandeng di tambak telah dikembangkan cukup lama, hal ini didukung oleh potensi sumberdaya alam yang sangat baik terutama tersedianya benih ikan Bandeng (Nener) baik secara alami maupun dari hasil pembenihan di Panti – Panti Pembenihan (Hatchery), namun produksi dan produktivitasnya relatif masih rendah. Rendahnya produksi dan produktivitas ini antara lain disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan petani tambak tentang tehnis budidaya ikan Bandeng sehingga perlu ditingkatkan antara lain melalui Buku Petunjuk Tehnis Budidaya Ikan Bandeng.
Ikan bandeng adalah ikan yang tinggi akan protein. Bandeng adalah ikan yang mengonsumsi tumbuhan dengan berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5-6 bulan. Ada beberapa tahap dalam budidaya ikan bandeng.
PENGENALAN IKAN BANDENG
Ikan Bandeng (Chanos chanos), dalam bahasa inggris disebut milkfish ikan ini menetas di laut dalam, setelah 2-3 minggu menetas kemudian bermigrasi ketepi pantai dan bakau –bakau dan kembali lagi ketengah laut untuk berkembang biak. Bentuk tubuh ikan bandeng ini adalah langsing seperti torpedo dan berenang cepat, berwarna putih perak dan pemakan ganggang biru berupa tumbuhan plankton, lumut, klekap (Herbivora) yang tumbuh di dasar perairan. Ikan ini dibudidayakan untuk konsumsi rumah tangga dan restoran berupa bandeng gulai, goreng, pindang, asap dan bakar.
HABITAT IKAN BANDENG
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forks) adalah sejenis ikan laut dari Famili Chanidae, Ordo Malacopterygii. Namun ikan ini tergolong tergolong ikan Euryhalin yaitu mempunyai daya penyesuaian (toleransi) yang cukup tinggi terhadap perubahan kadar garam (salinitas) mulai dari 0 – 60 per mil. Disamping itu juga cukup tahan terhadap perubahan suhu yang tinggi sampai 40 derajat celcius. Ikan bandeng mulanya hidup dilautan Hindia dan Fasifik hidup secara bergerombol disekitar pesisir dan pulau-pulau terumbu karang namun ahir-ahir ini hidup di air payau, danau mapun air tawar. Untuk budidaya pembesaran ikan bandeng lebih cocok dilakukan di tambak air payau dengan menumbuhkan pakan alami maupun pemberian pakan buatan atau pelet. Kadar tanah pH yang optimal untuk ikan bandeng antara 7-8, dengan kandungan oksigen terlaru 3,5 ppm. Juga dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan salinitas yang ekstrim.
PERSIAPAN TAMBAK
Lokasi tambak budidaya ikan bandeng yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain:
- Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5 – 2,5 m. Pada lokasi yang pasang surutnya lebih rendah dibawah 1 meter maka pengelolaan air menggunakan pompa.
- Tersedia air tawar untuk mengatur kadar garam yang sesuai bagi pertumbuhan ikan bandeng.
- Tekstur tanah yang ideal adalah liat berpasir, karena tanah ini dapat menahan air dengan baik.
- Lokasi ideal terdapat sabuk hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai.
- Keadaan sosial ekonomi mendukung operasional budidaya seperti keamanan yang kondusif.
Dalam hal ini tambak yang dipersiapkan adalah tambak yang telah ada dan sudah berulang kali melaksanakan panen ikan bandeng kita tidak lagi membicarakan site selection (penentuan lokasi) maupun tata letak tambak, para petani tambak yang tidak melaksakan tahapan persiapan dengan benar memang bisa panen ikan bandeng namun hasilnya kurang maksimal karena langkah langkah dalam persiapan tambak ini sering diabaikan atau tidak dilakukan secara benar. Agar dapat menghasilkan panen ikan bandeng para petani tambak sebaiknya mengikuti tahapan sbb:
Penjemuran Tambak
- Air dikeringkan melalui saluran pembuangan
- Benteng tambak yang bocor ditutup dengan baik dan diperkuat
- Lumpur yang cair dinaikan atau dibuang dari dalam tambak
- Dijemur hingga dasar tambak telihat retak -retak ( 2 minggu).
- Pintu masuk air diperbaiki untuk menghindari kebocoran pada posisi yang lebih tinggi
- Pintu pembuangan air diposisi yang lebih rendah dan berfungsi untuk pengeringan tambak saat panen ikan bandeng
Pemupukan dan pengapuran dasar tambak
Setelah dasar tambak terlihat retak -retak langkah berikutnya dalah pemupukan dasar tambak agar tambak dapat menghasilkan ikan bandeng sesuai yang diharapkan dalam jangka waktu relatif lama hindarilah penggunaan pupuk buatan /anorganik, penggunaan pupuk anorganik hanya dapat bertahan dalam waktu singkat oleh sebab itu gunakanlah pupuk organik sbb:
- Taburlah pupuk kompos/berasal dari kotoran hewan dengan dosis 1-3 ton /Ha, kapur 1-2 ton/Ha jumlah kapur disesuaikan dengan Ph tanah.
- Siram/semprotkan pupuk cair organik 4 liter /Ha dan pemupukan susulan dilakukan tiap 2 minggu hingga panen.
PENEBARAN BENIH GELONDONGAN
- Setelah pemupukan dasar tambak dilakukan, air dimasukan secara bertahap (30%) tiga kali hingga ketingian 50 cm.
- Setelah air dimasukan biarkan selama 2 minggu
- Pada saat terjadi pasang naik cukup tinggi air dimasukan kedalam tambak setelah melalui saringan di pintu air pemasukan (inlet). Ketinggian air dipelataran tambak lebih kurang 10 cm. Kemudian pintu air pemasukan ditutup dan air dalam tambak dibiarkan selama tiga hari, dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar berada pada kondisi baik untuk pertumbuhan pakan alami. Pada saat pemasukan air berikutnya dilakukan penggunaan Saponin (tea seed) untuk pemberantasan hama yang ada di dalam tambak dan untuk merangsang pertumbuhan phytoplankton. Setelah diberi saponin, tambak dibiarkan hingga 5-7 hari. Setelah diyakini bahwa berbagai hama di dalam tambak telah mati, maka pengisian air kembali dilakukan. Pada tahap ini ketinggian air dipelataran cukup 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari untuk dilakukan pemupukan dasar. Kemudian setelah pemupukan dilakukan penambahan air pada tambak dilakukan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan pakan alami (klekap). Pada ketinggian air 40 cm dari pelataran tambak maka air tambak dipertahankan untuk persiapan penebaran benih ikan.
- Penebaran benih gelondongan ukuran 10 cm dengan padat tebar 50 ekor/meter dengan cara terlebih dahulu memasukan plastik packing yang berisi ikan kedalam tambak 1-2 jam agar suhu air dalam tambak dan air didalam packing sama atau sesuai untuk menghindari ikan stres.
PEMBERIAN PAKAN
- Benih gelondongan yang baru ditebar tentunya masih cukup makan dari pakan alami yang tumbuh ditambak.
- Setelah 2 minggu ditaburkan lagi pupuk cair organik untuk menumbuhkan pakan alami
- Memasukan pupuk kompos/kotoran ternak kedalam goni plastik dengan melubangi lalu dimasukan kedalam tambak untuk menumbuhkan pakan alami untuk menekan penggunaan pakan buatan yang dapat menekan biaya produksi.
- Pemberian pakan buatan disesuaikan dengan kondisi pakan alami didalam tambak dapat dilakukan setelah ikan 3 bulan didalam Tambak hingga panen sesuai ukuran ikan bandeng yang diharapkan menurut kebutuhan pasar setempat atau lokal.
PEMANENAN IKAN BANDENG
Panenen ikan bandeng dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
- Panen selektif
- yaitu dengan cara mengeringkan/ membuang air dari tambak sebanyak 70 % kemudian menyeser ikan dengan jaring kemudian ikan disortir/ dipilih yang dipanen adalah ikan yang besar atau ikan telah memenuhi ukuran yang diharapkan lalu dijual kepasar atau pedagang
- Panen total
- yaitu panen yang dilakukan serentak atau sekaligus yang besar maupun yang kecil semuanya dipanen dan dijual kepasar atau kepada pedagang ikan.
Referensi
- ^ Grandea, T. (1995). "A cladistic analysis of fossil and living gonorynchiform ostariophysan fishes". Geobios. 28 (Supplement 2): 197–199. doi:10.1016/S0016-6995(95)80113-8. Diakses tanggal 2010-07-24.
- ^ a b c Erungan, A.C. (1997). "Geosmin sebagai penyebab cita rasa lumpur pada ikan serta kemungkinan penanggulangannya" (PDF). Bul. Teknol. Hasil Pertanian. 4 (2): THP–11—12. Diakses tanggal 2010-07-24.
Pranala luar
- (Inggris) FishBase entry for milkfish
- (Inggris) SEAFDEC milkfish aquaculture info
- (Indonesia) Resep Bandeng Bumbu Tomat