Judith Dipodiputro

Revisi sejak 23 September 2014 05.04 oleh Aryagain (bicara | kontrib) (revisi)


Judith Jubilina Navarro Dipodiputro atau biasa dikenal dengan nama Judith J. Dipodiputro (lahir di Praha, Republik Ceko, 12 September 1964; umur 49 tahun), adalah Vice President Corporate Communication, Government Relations, and CSR Total E&P Indonesie. Total Group adalah perusahaan energi ke-5 terbesar di dunia.

Judith Dipodiputro
Vice President Corporate Communication, Government Relations, and CSR Total E&P Indonesie
Masa jabatan
Maret 2008 – Sekarang
Informasi pribadi
Lahir12 September 1964 (umur 60)
Ceko Praha, Republik Ceko
Kebangsaan Indonesia
Suami/istriWidharma R. Dipodiputro
AnakMaral Bimanti J. N. Dipodiputro
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Judith Dipodiputro juga dikenal sebagai profesional dan merupakan pendiri serta anggota dari sejumlah organisasi non-pemerintah yang berfokus pada bidang pemberdayaan masyarakat (ekonomi kerakyatan), penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas pendidikan, pemerintahan, olah raga, dan lingkungan.[1]

Ia menikah dengan Widharma R. Dipodiputro dan memiliki seorang anak, Maral Bimanti J. N. Dipodiputro.

Riwayat Karier

Karier profesional Judith Dipodiputro dimulai pada tahun 1983 di Voice of Indonesia sebagai penyiar siaran berbahasa Perancis, Spanyol dan Inggris. Pengabdiannya di VOI berlangsung hingga tahun 1993. Kariernya di bidang media juga sempat diisi dengan masa kerja selama 1 tahun (1984-1985) di TVRI, dan pernah menjadi Pimpinan Redaksi selama 3 tahun (1992-1995) di Daily Executive Economic Digest.

Bidang Pendidikan

Perhatian pada bidang pendidikan mewarnai perjalanan kariernya yang diwarisi dari kakeknya yang merupakan tokoh pendidikan di Banyumas pada masa awal kemerdekaan. Tahun 1984-1986 Judith Dipodiputro menjadi guru bantu relawan pada mata pelajaran Sejarah, Pendidikan Moral Pancasila, dan Bahasa Inggris di SMA Negeri 21, SMA Negeri 5 (Filial) Jakarta. Ia juga menjadi pengajar bahasa Perancis bagi calon diplomat di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Departemen Luar Negeri, dan penerima beasiswa kerjasama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT) dengan Pemerintah Perancis.

Selain itu, ia salah satu inisiator terbentuknya Dewan Pendidikan Kabupaten dan berdirinya Politeknik Migas di Handil, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Sejak 1986: Sektor Swasta

Tahun 1986 Judith Dipodiputro menjabat Deputy General Manager for Government and Public Relations di PT Bali Holiday Villages (Operator of Club Meditranee Bali and Bintan). Tahun 1987-1991 Judith Dipodiputro bergabung dengan Standard Chartered Bank di bagian Industrial & Public Relations Officer Training and Developement Manager Human Resources Development Manager. Di sini kariernya berkembang cukup pesat. Dari mulanya Public Relations Officer, Training and Development Officer, kemudian Training and Development Manager dan terakhir Human Resources Development Manager dalam waktu kurang dari 2 tahun. Saat bekerja di Standard Chartered Bank Judith Dipodiputro terlibat aktif dalam Perhimpunan Bank-bank Asing memperjuangkan tenaga kerja Indonesia. Dia mengawali keterlibatan aktif Standard Chartered Bank dalam pemberdayaan masyarakat (comdev).

Sejak 1991: Pengalaman Diplomasi dan Pemerintahan

Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Portugal (PPIP) (1991 - 1999)

Kualitas kemampuan komunikasi dan hubungan jejaring sosial Judith Dipodiputro teruji saat ia bertugas sebagai Direktur Eksekutif Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Portugal (PPIP), sebuah lembaga nirlaba yang dibentuk atas inisiatif beberapa tokoh Timor Timur (sekarang Timor Leste) bersama tokoh-tokoh nasional serta purnawirawan; dengan dukungan Departemen Luar Negeri.

Pada masa-masa itu tidak ada hubungan diplomatik antara Indonesia – Portugal, bahkan ditandai dengan berbagai kebuntuan dalam negosiasi. Beberapa pencapaian Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Portugal (PPIP) selama 8 tahun Judith Dipodiputro bertugas:

  • Terbentuknya di Lisbon, PIFA (Protugal-Indonesia Friendship Association) sebagai counterpart dari PPIP.
  • Berbagai lobi pada sektor swasta Portugal yang berakibat berkurangnya penolakan masyarakat Portugis terhadap produk-produk buatan Indonesia. (Ketika itu masyarakat Portugis di bawah pengaruh kampanye komunikasi “Jangan beli barang buatan indonesia: setiap barang yang anda beli merampas kebebasan satu pejuang Timor”).
  • Secara aklamasi menjadikan seorang WNI sebagai Presiden FIODS (La Fédération internationale des organisations de donneurs de sang) di Portugal, termasuk pemilih adalah beberapa organisasi Portugis dan kandidat lain adalah warga negara Portugal. (Ketika itu masyarakat Portugis dipengaruhi kampanye komunikasi “tolak Indonesia, dukungan anda indonesia, Anda setuju hilangnya nyawa para pejuang Timor”)
  • Penandatanganan kerjasama antara LKBN-Antara dengan Kantor Berita Portugal LUSA.
  • Menghadirkan Walikota Lisbon ke Jakarta untuk menandatangani sister-city.[2]
  • Penunjukkan Konsul Kehormatan Indonesia di Portugal, Luciano Coelho da Silva.
  • Penyerahan tanda diplomasi tertinggi pada masyarakat Portugis sepasang Komodo, Parda dan Rinca kepada Lisbon Zoo oleh Presiden Habibe.
  • Berkolaborasi menyelesaikan buku resep masakan Portugis.[3]

Kementerian Negara Pengelolaan Aparatur Negara (1992 - 1994)

Tugas dan pencapaian Judith Dipodiputro sebagai Staf Khusus di antaranya:

Kementerian Negara Lingkungan Hidup (1993 - 1996)

Beberapa tugas dan pencapaian Judith Dipodiputro selama bekerja sebagai Staf Khusus yakni:

  • Public relations untuk beberapa program kerjasama dengan GTZ, CIDA, dan World Bank
  • Membidani terbentuknya Yayasan Kalpawilis
  • Menerbitkan Almanak Lingkungan Hidup Indonesia: Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Pengendalian Dampak Lingkungan (1996)[4]

Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (2001 - 2007)

Sebagai Staf Ahli di masa pemerintahan Syaukani Hasan Rais[5], tugas dan pencapaian Judith Dipodiputro adalah:

  • Membantu Kutai Kartanegara meraih predikat Zona Bebas Pekerja Anak (ZBAP) versi PBB (ILO). Hal ini sekaligus menjadikan Kutai Kartanegara sebagai pemerintahan lokal pertama di dunia yang mendapat predikat tersebut.[6][7][8][9][10]
  • Memimpin tim perumusan visi dan misi Gerbang Dayaku
  • Memprakarsai kerjasama antara Kutai Kartanegara dengan sejumlah organisasi internasional, seperti ILO, UNCTAD, WTO, WIPO.

Pada Tahun 2007, Judith mulai bertugas di Total E&P Indonesie yang kemudian diangkat menjadi Vice President di tahun 2008 atas persetujuan Badan Pengelola Minyak dan Gas (BP MIGAS) yang kini berganti menjadi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIGAS). 

Pada tahun 2012, terjadi sengketa ketenagakerjaan antara Total E&P Indonesie dengan Judith yang disebabkan reorganisasi di tubuh Total E&P Indonesie. Total E&P Indonesie melakukan penghapusan jabatan dan pemutusan hubungan kerja kepada Judith sebagai Vice President Corporate Communication, Government Relation and CSR Total E&P Indonesie secara non-prosedural yakni tanpa persetujuan pemerintah seperti diatur dan ditentukan dalam Pedoman Tata Kerja (PTK) No 018/PTK/X/2008 Tentang Pengelolaan SDM KKKS, yang mengatur hubungan BPMIGAS/SKKMIGAS sebagai wakil Negara terhadap pengawasan industri Migas di Indonesia dengan Kontraktor Kontak Kerja Sama (KKKS) Migas di Indonesia. 

Setelah melewati proses Bipartite dan Mediasi, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Jakarta menyimpulkan bahwa Judith tidak bersalah, tidak ada alasan yang kuat bagi Total E&P Indonesie untuk melakukan PHK dan Judith harus kembali bekerja. Sengketa kemudian berlanjut ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta karena Total E&P Indonesie menolak anjuran Disnaker untuk mempekerjakan kembali Judith.  

Judith digugat oleh Total ke PHI dengan dua pokok gugatan yakni PHK karena re-organisasi dan PHK karena efisiensi. Atas gugatan ini, putusan Majelis Hakim di PHI Nomor 43/ PHI.G/ 2013/ PN.JKT.PST memutuskan bahwa kedua pokok gugatan tersebut adalah berlawanan dengan hukum dan idealnya Judith harus dipekerjakan kembali, serta Judith tidak memiliki kesalahan. Namun dengan pertimbangan disharmonisasi, bahwa jika dipekerjakan kembali hubungan Total E&P Indonesie dengan Judith tidak akan harmonis, maka diputuskan untuk mengabulkan gugatan Total E&P Indonesie dan dinyatakan putus hubungan kerja antara keduanya.

Atas putusan ini, Judith menempuh upaya Kasasi ke Mahkamah Agung (MA) melalui kuasa hukumnya karena menganggap putusan PHI atas sengketa ini dapat menjadi preseden buruk bagi pelaksanaan Hak Azasi Manusia pekerja/buruh di setiap Perusahaan Multinasional di Indonesia khususnya Perusahaan Migas. Judith yang saat ini menunggu putusan inkrah MA secara hukum masih menjabat Vice President Corporate Communication, Government Relation and CSR Total E&P Indonesie.

Perjalanan Karier di Total E&P Indonesie

Aktivitas Sosial

  • Bidang Pendidikan
    • Asisten Kepala Sekolah SMP Pringsewu, Lampung (1983-1984)
    • Silver Unicorn Productions: Productions house for children and educational programs (1989)
    • Yayasan Tiara Indonesia (1993-1998)
    • Yayasan Rumah-Indonesia (1998)
    • Yayasan Ibunda Istianah
    • Yayasan Luhur Bakti Pertiwi (2013)
  • Bidang Kesehatan dan Olahraga
    • Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Humas, 1984-1988)
    • Perhimpunan Donor Darah Indonesia (Wakil Ketua Bidang Hubungan Internasional, 1986-2000)
    • Federation Internationale des Organizations de Donneurs de Sang Benevoles (Liaison Officer Dewan Pengurus, 1991-2000)
    • Pengurus Besar Bola Voli Indonesia (Wakil Ketua Umum Bidang Kerjasama Internasional, 1994-1998)
    • Pengurus Besar Drum Corps dan Marching Band Indonesia (Wakil Sekretaris Umum, 2004-2008)
    • Komite Olahraga Nasional Indonesia (Staf Ahli Ketua Umum, 2012-sekarang)
  • Bidang Lingkungan Hidup dan Kebudayaan
    • Yayasan Kalpawilis (pengurus, 1994-1996)
    • Yayasan Bakti Total Bagi Indonesia Lestari (Pendiri dan Pengawas, 2008-sekarang)
    • Yayasan Owa Jawa (pengurus, 2012-2016)
  • Bidang Pemberdayaan Ekonomi
    • Yayasan Tiara Bakti (Ketua Bidang Pemasaran Luar Negeri, 1994-1998)
    • Yayasan Rumah-Indonesia (1998)
    • Yayasan Dian Insani Abadi (pengurus, 2000-2004)
    • Yayasan Bakti Total Bagi Indonesia Lestari (Pendiri dan Pengawas, 2008-sekarang)
    • Koperasi KOMIRA (Penasehat, 2011-sekarang)
  • Bidang Kebutuhan Khusus
    • Yayasan Pembinaan Anak Cacat (Humas, 1984-1986)
    • Yayasan Permata Hati Ibu (2000)

Aktivitas Wirausaha

  • 1983: PT Excelsior Professional Conference Organizers.
    • Klien utama: Departemen Luar Negeri, Departemen Penerangan, Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Departemen Kehutanan
  • 1989: Silver Unicorn Productions.
    • Rumah produksi untuk program pendidikan dan anak-anak
  • 1998: PT Indoexchange Tbk.
  • 2004: PT Andalan Karya Bersama
  • 2004: PT Subur Karunia Alam

Untuk menghindari konflik kepentingan, seluruh usaha ini dijual saat Judith Dipodiputro bergabung dengan TOTAL E&P Indonesie tahun 2007

Pranala