Bambang Susantono
Ir. Bambang Susantono, MCP, MSCE, Ph.D (lahir di Yogyakarta, 4 November 1963; umur 50 tahun) adalah Pelaksana Tugas Menteri Perhubungan setelah Menteri Perhubungan sebelumnya Evert Ernest Mangindaan mengundurkan diri karena terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019. Sebelumnya beliau menjadi Wakil Menteri Perhubungan, Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014.
Bambang Susantono | |
---|---|
Menteri Perhubungan Indonesia Pelaksana Tugas | |
Mulai menjabat 1 Oktober 2014 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono |
Pengganti Petahana | |
Wakil Menteri Perhubungan Indonesia ke-1 | |
Masa jabatan 6 Januari 2010 – 1 Oktober 2014 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono |
Pendahulu Jabatan baru Pengganti Petahana | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 4 November 1963 Yogyakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | Institut Teknologi Bandung University of California |
Sunting kotak info • L • B |
Bambang Susantono dikenal sebagai pakar perencanaan infrastruktur dan transportasi. Ia diangkat sebagai Wakil Menteri Perhubungan pada tahun 2009 dengan tugas membantu Menteri Perhubungan dalam membenahi sektor transportasi di Indonesia. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah pada tahun 2007-2010. Untuk mengurai maslah transportasi, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) periode 2004-2010 ini lebih menekankan pada sistem transportasi yang humanis.
Setelah lulus dari Fakultas Teknik Sipil ITB, ia mengawali kariernya di Departemen Pekerjaan Umum. Dalam bekerja ia selalu berpegang teguh pada prinsip kompeten, profesionalisme dan kejujuran. [butuh rujukan] Tahun 1996, ia menyelesaikan program pascasarjana di Universitas California, Berkeley untuk gelar master tata kota dan wilayah (MCP). Dua tahun kemudian ia meraih gelar MSCE di bidang teknik transportasi. Kemudian pada tahun 2000 dari universitas yang sama berhasil meraih gelar doktor di bidang perencanaan infrastruktur.
Di tingkat internasional, ia pernah menjabat sebagai Vice President East Asia Society of Transportation Studies (EASTS) dan hingga kini menjadi anggota Board of Trustees untuk The Southsouth North Foundation di Johannesburg, Afrika Selatan, yang bergerak di bidang perubahan iklim dan lingkungan. Sejak tahun 2012, ia menjabat sebagai Komisaris utama PT. Garuda Indonesia, Tbk.
Di sela-sela kesibukannya, ia masih sempat mengajar dan membimbing tesis di Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Teknik Universitas Indonesia, melakukan penelitian di bidang transportasi, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan sosial perkotaan. Bersama sepuluh guru besar dari universitas ternama di Asia Timur, ia melakukan penelitian mengenai fenomena transportasi di kota-kota megapolitan di Asia Timur.[butuh rujukan] Ia juga dipercaya menjadi Presiden Intelligent Transport System Indonesia (ITS Indonesia).
Gagasan dan ide-idenya mengenai infrastruktur dan transportasi sudah sering dimuat di berbagai media cetak dan elektronik baik berupa tulisan atau penampilannya sebagai pembicara di forum nasional dan internasional.[butuh rujukan] Ia juga telah menulis beberapa buku seputar infrastruktur dan transportasi, salah satunya adalah “Manajemen Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah” yang menjadi panduan dalam melakukan terobosan dalam rangka pembangunan nasional. Buku lain yang pernah ditulis oleh peraih penghargaan Satyalencana Karya Satya, Satyalencana Wira Karya dan Satyalencana Pembangunan ini antara lain berjudul “1001 Wajah Transportasi Kita”, “Strategi dalam Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah”, dan “Memacu Infrastruktur di Tengah Krisis”.
Dalam menangani kesemerawutan dalam sistem transportasi, Bambang Susantono mengusulkan pendekatan transportasi humanis, yang diawali dengan etika dalam bertransportasi. Menurutnya, hal ini sangat penting untuk menjaga keteraturan dalam bertransportasi sehingga menjamin keamanan dan kenyamanan pengguna. Dalam hal konsep transportasi yang humanis, ia mengatakan bahwa selain melibatkan masyarakat dalam proses perencanaannya, sistem transportasi humanis harus memperhatikan empat aspek, yaitu angkutan umum harus tepat waktu agar bisa diandalkan oleh masyarakat; harus nyaman dan layak ditumpangi; tarif angkutan umum harus terjangkau dan terjamin keamanannya.[butuh rujukan]