Kota Parepare
Kota Parepare adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 99,33 km² dan berpenduduk sebanyak ±140.000 jiwa. Salah satu tokoh terkenal yang lahir di kota ini adalah B. J. Habibie, presiden ke-3 Indonesia.
Parepare | |
---|---|
Kota Parepare | |
Berkas:Garuda-park-pare.jpg | |
Motto: Parepare Bandar Madani | |
Himne daerah: Hymne Kota Parepare | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Didirikan | 17 Februari 1960 |
Pemerintahan | |
• Wali Kota | Taufan Pawe |
• Wakil Wali Kota | Faisal Andi Sapada |
• Ketua DPRD | Muhadir Haddade |
Luas | |
• Total | 3,835 sq mi (99,33 km2) |
Populasi (2010) | |
• Total | 129.542 |
• Kepadatan | 3,3.778/sq mi (1,304,16/km2) |
Demografi | |
• Suku | Bugis, Makassar, Mandar, Tionghoa |
• Bahasa | Bugis, Bahasa Indonesia |
• Agama | Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu |
Zona waktu | UTC+8 (WITA) |
Kode area telepon | +62 421 |
Kecamatan | 4 |
Kelurahan | 22 |
Situs web | [1] |
Sejarah
Di awal perkembangannya, perbukitan yang sekarang ini disebut Kota Parepare, dahulunya adalah merupakan semak-semak belukar yang diselang-selingi oleh lubang-lubang tanah yang agak miring sebagai tempat yang pada keseluruhannya tumbuh secara liar tidak teratur, mulai dari utara (Cappa Ujung) hingga ke jurusan selatan kota. Kemudian dengan melalui proses perkembangan sejarah sedemikian rupa dataran itu dinamakan Kota Parepare.
Lontara Kerajaan Suppa menyebutkan, sekitar abad XIV seorang anak Raja Suppa meninggalkan Istana dan pergi ke selatan mendirikan wilayah tersendiri pada tepian pantai karena memiliki hobi memancing. Wilayah itu kemudian dikenal sebagai kerajaan Soreang, kemudian satu lagi kerajaan berdiri sekitar abad XV yakni Kerajaan Bacukiki.
Kata Parepare ditenggarai sebagian orang berasal dari kisah Raja Gowa, dalam satu kunjungan persahabatan Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Karaeng Tunipallangga (1547-1566) berjalan-jalan dari kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang. Sebagai seorang raja yang dikenal sebagai ahli strategi dan pelopor pembangunan, Kerajaan Gowa tertarik dengan pemandangan yang indah pada hamparan ini dan spontan menyebut “Bajiki Ni Pare” artinya “(Pelabuhan di kawasan ini) di buat dengan baik”. Parepare ramai dikunjungi termasuk orang-orang Melayu yang datang berdagang ke kawasan Suppa.
Kata Parepare punya arti tersendiri dalam bahasa Bugis, kata Parepare bermakna " Kain Penghias " yg digunakan diacara semisal pernikahan, hal ini dapat kita lihat dalam buku sastra lontara La Galigo yang disusun oleh Arung Pancana Toa Naskah NBG 188 yang terdiri dari 12 jilid yang jumlah halamannya 2851, kata Parepare terdapat dibeberapa tempat diantaranya pada jilid 2 hal [62] baris no. 30 yang berbunyi " pura makkenna linro langkana PAREPARE" (KAIN PENGHIAS depan istana sudah dipasang).
Melihat posisi yang strategis sebagai pelabuhan yang terlindungi oleh tanjung di depannya, serta memang sudah ramai dikunjungi orang-orang, maka Belanda pertama kali merebut tempat ini kemudian menjadikannya kota penting di wilayah bagian tengah Sulawesi Selatan. Di sinilah Belanda bermarkas untuk melebarkan sayapnya dan merambah seluruh dataran timur dan utara Sulawesi Selatan. Hal ini yang berpusat di Parepare untuk wilayah Ajatappareng.
Pada zaman Hindia Belanda, di Kota Parepare, berkedudukan seorang Asisten Residen dan seorang Controlur atau Gezag Hebber sebagai Pimpinan Pemerintah (Hindia Belanda) dengan status wilayah pemerintah yang dinamakan “Afdeling Parepare” yang meliputi, Onder Afdeling Barru, Onder Afdeling Sidenreng Rappang, Onder Afdeling Enrekang, Onder Afdeling Pinrang dan Onder Afdeling Parepare.
Pada setiap wilayah/Onder Afdeling berkedudukan Controlur atau Gezag Hebber. Disamping adanya aparat pemerintah Hindia Belanda tersebut, struktur Pemerintahan Hindia Belanda ini dibantu pula oleh aparat pemerintah raja-raja bugis, yaitu Arung Barru di Barru, Addatuang Sidenreng di Sidenreng Rappang, Arung Enrekang di Enrekang, Addatung Sawitto di Pinrang, sedangkan di Parepare berkedudukan Arung Mallusetasi.
Struktur pemerintahan ini, berjalan hingga pecahnya Perang Dunia II yaitu pada saat terhapusnya Pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1942. Pada zaman kemerdekaan Indonesia tahun 1945, struktur pemerintahan disesuaikan dengan undang-undang no. 1 tahun 1945 (Komite Nasional Indonesia). Dan selanjutnya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1948, dimana struktur pemerintahannya juga mengalami perubahan, yaitu di daerah hanya ada Kepala Daerah atau Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) dan tidak ada lagi semacam Asisten Residen atau Ken Karikan.
Pada waktu status Parepare tetap menjadi Afdeling yang wilayahnya tetap meliputi 5 Daerah seperti yang disebutkan sebelumnya. Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan dan pembagian Daerah-daerah tingkat II dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, maka ke empat Onder Afdeling tersebut menjadi Kabupaten Tingkat II, yaitu masing-masing Kabupaten Tingkat II Barru, Sidenreng Rappang, Enrekang dan Pinrang, sedangkan Parepare sendiri berstatus Kota Praja Tingkat II Parepare. Kemudian pada tahun 1963 istilah Kota Praja diganti menjadi Kotamadya dan setelah keluarnya UU No. 2 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka status Kotamadya berganti menjadi “KOTA” sampai sekarang ini.
Didasarkan pada tanggal pelantikan dan pengambilan sumpah Walikotamadya Pertama H. Andi Mannaungi pada tanggal 17 Februari 1960, maka dengan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah No. 3 Tahun 1970 ditetapkan hari kelahiran Kotamadya Parepare tanggal 17 Februari 1960.
Geografi
Kota Parepare terletak di sebuah teluk yang menghadap ke Selat Makassar. Di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang dan di bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru. Meskipun terletak di tepi laut tetapi sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit.
Iklim
Berdasarkan catatan stasiun klimatologi, rata-rata temperatur Kota Parepare sekitar 28,5oC dengan suhu minimum 25,6 oC dan suhu maksimum 31,5 oC. Kota Parepare beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau pada bulan Maret sampai bulan September dan musim hujan pada bulan Oktober sampai bulan Februari.
Transportasi
Kota Parepare bisa dicapai dengan transportasi darat atau laut. Parepare terletak di jalur utama lalu lintas ke Sulawesi Barat, Tana Toraja dan Palopo. Pelabuhan Nusantara menghubungkan Parepare dengan kota-kota di pesisir Kalimantan, Surabaya dan kota-kota pelabuhan di Indonesia bagian timur. Parepare juga merupakan pelabuhan bagi orang - orang di daerah Ajatappareng.
Hasil Pertanian
Hasil pertanian dari daerah pertanian Parepare adalah biji kacang mete, biji kakao, dan palawija lainnya serta padi. Wilayah pertanian parepare tergolong sempit, karena lahannya sebagian besar berupa bebatuan bukit cadas yang banyak dan mudah tumbuh rerumputan. Daerah ini sebenarnya sangat cocok untuk peternakan.
Hasil lainnya
Banyak penduduk di daerah perbukitan beternak ayam potong dan ayam petelur, padang rumput juga dimanfaatkan penduduk setempat untuk menggembala kambing dan sapi. Sedangkan penduduk di sepanjang pantai banyak yang berprofesi sebagai nelayan. Ikan yang dihasilkan dari menangkap ikan atau memancing masih sangat berlimpah dan segar. Biasanya selain dilelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), para nelayan menjualnya ikan -ikan yang masih segar di pasar malam 'pasar senggol' yang menjual aneka macam buah - buahan, ikan, sayuran, pakaian sampai pernak - pernik aksesoris. [2]
Pariwisata
Pantai Lumpue
Pantai yang sering dijadikan pusat rekreasi oleh masyarakat Parepare, yaitu pantai Lumpue. Pantai ini berada di Kecamatan Bacukiki Barat Lokasinya dekat dengan fasilitas umum seperti masjid dan puskesmas, disediakan pula rumah-rumah yang terbuat dari bambu beratap nipa yang bisa disewa oleh wisatawan.Pantai lumpue memiliki air laut yang bening dengan pasir pantai halus kecoklatan.
Pantai ini tidak mengalami perubahan besar meskibun di tahun 1980-an pernah ditambahkan fasilitas pendukung tapi tidak mampu merubah komposisi alamnya. Lokasi ini dulunya hanya dipakai oleh orang-orang penting, namun karena gencarnya promosi akhirnya Lumpue yang semula untuk pemadian berubah menjadi wisata pantai di Sulawesi Selatan.
Kebun Raya Jompie
Kebun Raya Jompie merupakan hutan kota Parepare yang dijadikan tempat pariwisata. Kebun raya Jompie yang dibangun sejak tahun 1920 menyimpan keanekaragaman hayati serta menjadi obyek wisata dan pusat penelitian tumbuhan tropis, terutama tanaman endemik Sulawesi.Jarak dari pusat Kota Parepare yakni sekitar 3,5 km. Kebun Jompie juga sangat strategis karena mudah dijangkau, baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum
Kebun yang mempunyai luas 13,5 hektar ini menawarkan rekereasi seperti kolam renang, area perkemahan, dan jalan setapak untuk wisatan yang ingin menikmati hutan dan pepohonan dengan berjalan-jalan. Hutan Jompie sebagai hutan kota terbaik keenam se-Indonesia pada saat Resepsi Kenegaraan HUT RI ke-65 Hutan seluas 13,6 hektar itu sebelumnya diputuskan oleh Pemerintah Pusat sebagai hutan kota terbaik di Sulawesi Selatan. Selain hutan, terdapat juga kebun raya yang ditetapkan sebagai pusat koleksi dan konservasi tumbuhan kawasan pesisir Wallacea dengan menonjolkan keanekaragaman tumbuhan obat, tumbuhan adat dan ethobotani. Dalam kawasan ini terdapat beberapa fasilitas fisik, antara lain kolam renang, 14 unit shelter (tempat istirahat), arena perkemahan (camping ground), gedung pertemuan, saluran drainase, dan jalan setapak yang menjangkau setiap sudut kawasan.[3]
Keaneragaman tumbuhan di kawasan ini menurut analisis dari Tim Analisis Vegetasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), terdiri dari 90 jenis yang berasal dari 81 marga tumbuhan. Sebanyak 7 jenis diantaranya telah teridentifikasi secara lengkap. Sepuluh jenis baru diketahui marganya, dan tiga jenis baru teridentifikasi sampai pada tingkat suku. Beberapa diantaranya diketahui sebagai tumbuhan langka.[4]
Pemerintah
Wali Kota
Wali Kota Parepare merupakan pemimpin Kota Parepare yang memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD Kota Parepare. Jabatan pertama dipegang oleh Andi Mannaungi pada tahun 1960. Didasarkan pada tanggal pelantikan dan pengambilan sumpah Walikotamadya Pertama pada tanggal 17 Februari 1960, maka dengan SK. DPRD Kotamadya Parepare No. 3 Tahun 1970 ditetapkan hari kelahiran Kotamadya Parepare tanggal 17 Februari 1960.
Penamaan walikota Parepare berganti beberapa kali:
- Walikota KDH Parepare (1960-1972)
- Walikotamadya KDH Parepare (1972-1998)
- Wali Kota Parepare (1998-sekarang)
Sebelum tahun 2005, Walikota Parepare dipilih melalui mekanisme yang diatur oleh DPRD Kota Parepare. Setelah itu, Wali Kota Parepare bersama Wakil Wali Kota Parepare dipilih secara langsung oleh warga kota melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) untuk pertama kalinya pada tanggal 28 Agustus 2008.
Lihat Daftar Wali Kota Parepare
DPRD Kota Parepare
Daftar Ketua DPRD
No | Foto | Nama | Mulai Menjabat | Akhir Jabatan |
---|---|---|---|---|
1 | Moh. Amin La Engke | 17 Februari 1960 | 19 November 1965 | |
19 November 1965 | 19 November 1969 | |||
2 | Abdul Rasyid Rauf, BA | 19 November 1969 | 28 Oktober 1971 | |
3 | Andi Muhammad Akrab | 28 Oktober 1971 | 1 Oktober 1977 | |
1 Oktober 1977 | 1 Oktober 1982 | |||
4 | H. Andi Syamsuddin Ahmad | 1 Oktober 1982 | 1 Oktober 1987 | |
5 | H. Abdul Halid Halim, BA | 1 Oktober 1987 | 1 Oktober 1992 | |
6 | Drs. J. M. Soerono | 1 Oktober 1992 | 1 Oktober 1997 | |
7 | H. Abd. Chalik Latif | 1 Oktober 1997 | 1 Oktober 1999 | |
8 | H. Muh. Amin Dollah, BA | 1 Oktober 1999 | 1 Oktober 2004 | |
9 | Muhadir Haddade | 1 Oktober 2004 | 1 Oktober 2009 | |
1 Oktober 2009 | Sekarang |
DPRD Kota Parepare
Berdasarkan Pemilu Legislatif 2009-2014 anggota DPRD Kota Parepare berjumlah 25 orang.
DPRD Kota Parepare 2009-2014 | |
---|---|
Partai | Kursi |
Lambang Partai Golkar Partai Golkar | 5 |
Lambang PKS PKS | 3 |
Lambang PDI-P PDI-P | 3 |
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat | 2 |
Lambang PPRN PPRN | 2 |
PAN | 2 |
Lambang PPP PPP | 2 |
Lambang PPI PPI | 2 |
PKPI | 1 |
PBB | 1 |
Partai Hanura | 1 |
PDK | 1 |
Total | 25 |
Penghargaan
Kota Parepare telah meraih beberapa penghargaan terutama di Piagam Adipura yang diterima setiap tahun berturut-turut sejak 2004. Penghargaan banyak diraih sejak pemerintahan di bawah Wali Kota Parepare ke-11 Zain Katoe. Berikut penghargaan Kota Parepare [5][6]:
- Piagam Adipura atas Keberhasilan Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup (2004-2013)
- Piala Wahana Tata Nugraha atas Keberhasilan Pembangunan Bidang Tertib Lalu Lintas (2004-2014)
- Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 oleh World Wide Asurance Quality (WTAQ) atas Keberhasilan Menerapkan Sistem Perizinan Satu Atap (2004)
Lihat Juga
Referensi
- ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses tanggal 2013-02-15.
- ^ http://www.pareparekota.go.id/kominfo/profil-kota/geografis. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ http://www.bogorbotanicgardens.org/krbaru.php?action=par. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ http://www.pareparekota.go.id/kominfo/berita-dan-informasi-news-and-information/wisata-alam/197-kebun-raya-jompie. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ http://pareparekota.go.id/kominfo/profil-kota/penghargaan/30-penghargaan/71-penghargaan-kota-parepare-tahun-2004. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ http://pareparekota.go.id/kominfo/profil-kota/penghargaan/30-penghargaan/72-penghargaan-kota-parepare-tahun-2005. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan)
Pranala luar
- (Indonesia) | Situs resmi Pemerintah Kota Parepare
- (Indonesia) | Situs Berita Kota Parepare