Bondan Gunawan
Bondan Gunawan (lahir 24 April 1948) adalah mantan Menteri Sekretaris Negara pada Kabinet Persatuan Nasional bentukan Presiden Abdurrahman Wahid.
Bondan Gunawan | |
---|---|
[[Menteri Sekretaris Negara Indonesia]] 8 | |
Masa jabatan 15 Februari 2000 – 29 Mei 2000 | |
Presiden | Abdurrahman Wahid |
Informasi pribadi | |
Lahir | 24 April 1948 Yogyakarta, Indonesia |
Suami/istri | Heridiana |
Anak | Purwendah Sekarhapsari Bondan Kanumuyoso |
Almamater | Universitas Gadjah Mada |
Sunting kotak info • L • B |
Biografi
Bondan lahir di Yogyakarta, 24 April 1948. Saat SMA ia aktif di Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI), sebuah organisasi beraliran nasionalis dan pro Bung Karno. Ketika kuliah di Jurusan Teknik Geologi UGM, ia pernah menjadi fungsionaris Dewan Mahasiswa UGM dari tahun 1972 hingga 1975. Ia adalah seorang geolog dan sempat menjadi dosen Fakultas Teknik Geologi dan Mineral Universitas Trisakti pada 1986 hingga 1989.[1] Lalu ia pernah pula menjadi Rektor Universitas 17 Agustus. Bondan bergabung dengan Kelompok Kerja Forum Demokrasi (Fordem) yang dipimpin oleh Gus Dur hingga akhirnya ia menjadi Ketua dari komunitas politik tersebut. Hal ini membuatnya dekat dengan Gus Dur sehingga ia pun kemudian diangkat menjadi Sekretaris Pengendalian Pemerintahan RI dan juga Sekretaris Negara menggantikan Alirahman yang selanjutnya mengundurkan diri.
Pada saat hari raya Idul Adha tahun 2000, Bondan diutus oleh Presiden Abdurrahman Wahid untuk bertemu dengan Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM), Teungku Abdullah Syafei dan menjadikannya sebagai pejabat pemerintah pusat pertama yang datang ke markas GAM dan bertemu dengan petingginya.[1][2]
Pada malam tanggal 29 Mei 2000, Bondan mengadakan konferensi pers mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatannya. Pengunduran diri itu diduga terkait dengan kasus bobolnya dana Yayasan Bina Sejahtera (Yanatera) Bulog sebesar Rp 35 miliar yang melibatkan dirinya.[3] Namun ia membantah terlibat, ia beralasan pengunduran dirinya itu agar tidak membebani Presiden dengan masalah yang sedang dihadapinya.[4] Ia kemudian digantikan oleh Djohan Effendi.[3]
Kehidupan pribadi
Bondan memiliki dua anak masing-masing bernama Purwendah Sekarhapsari dan Bondan Kanumuyoso. Istrinya, Heridiana telah meninggal pada 17 Maret 2011 yang lalu.[5] Selain itu, ia juga merupakan adik dari salah satu Pahlawan Revolusi, Brigjen Katamso Darmokusumo yang tewas dalam peristiwa G30S/PKI di Yogyakarta.[1]