Roma 10
Roma 10 (disingkat Rom 10) adalah bagian Surat Paulus kepada Jemaat di Roma dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Pengarangnya adalah Rasul Paulus, tapi dituliskan oleh Tertius, seorang Kristen yang saat itu mendampingi Paulus.[1][2]
Roma 10 | |
---|---|
Kitab | Surat Roma |
Kategori | Surat-surat Paulus |
Bagian Alkitab Kristen | Perjanjian Baru |
Urutan dalam Kitab Kristen | 6 |
Teks
- Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.
- Sejumlah naskah tertua dalam bahasa Yunani yang memuat salinan pasal ini antara lain adalah
- Codex Vaticanus (~325-350 M)
- Codex Sinaiticus (~330-360 M)
- Codex Alexandrinus (~400-440 M)
- Codex Ephraemi Rescriptus (~450 M; terlestarikan: ayat 16-21)
- Pasal ini dibagi atas 21 ayat.
- Berisi dasar-dasar pengajaran Kristen dari Paulus.
Struktur
Pembagian isi pasal:
- Roma 10:1–3 = Keselamatan bangsa-bangsa lain dan kesesatan orang Israel (sambungan bagian yang dimulai dari ayat 9:30)
- Roma 10:4–15 = Kebenaran karena iman
- Roma 10:16–21 = Ketidakpercayaan Israel
Ayat 5
- Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: "Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya."[3]
Mengutip: Imamat 18:5.
Lihat pula: Ulangan 4:1; 6:24; Nehemia 9:29; Amsal 19:16; Yesaya 55:3; Yehezkiel 20:11,13,21; Roma 7:10.
Ayat 6
- Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: "Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?", yaitu: untuk membawa Yesus turun,[4]
Mengutip: Ulangan 30:12.
Ayat 7
- Atau: "Siapakah akan turun ke jurang maut?", yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.[5]
Mengutip: Ulangan 30:13.
Ayat 8
- Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan.[6]
Mengutip: Ulangan 30:14.
Ayat 9
- Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.[7]
Unsur-unsur keselamatan terangkum di sini serta berpusat pada kepercayaan akan ketuhanan Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya secara jasmaniah. Iman harus ada di dalam hati, yang meliputi perasaan, akal, dan kehendak sehingga mempengaruhi seluruh diri orang itu. Iman juga harus meliputi penyerahan diri secara umum kepada Yesus sebagai Tuhan, baik dalam kata maupun dalam perbuatan.[8]
"Mengaku ... bahwa Yesus adalah Tuhan"
Pengakuan iman yang paling awal dari gereja dalam masa Perjanjian Baru bukanlah "Yesus adalah Juruselamat", tetapi "Yesus adalah Tuhan" (bandingkan Kisah Para Rasul 8:16; 19:5; 1 Korintus 12:3). Yesus Kristus khususnya disebut Juruselamat 16 kali dalam Perjanjian Baru dan Tuhan lebih dari 450 kali.
- 1) Ajaran dewasa ini bahwa Yesus bisa menjadi Juruselamat tanpa menerima Dia sebagai Tuhan tidak ada dalam Perjanjian Baru. Tidak seorang pun dapat menerima Yesus sebagai Juruselamat tanpa menerima-Nya sebagai Tuhan. Hal ini merupakan unsur penting dalam pemberitaan rasuli (Kisah Para Rasul 2:36–40).
- 2) "Tuhan" (bahasa Yunani: kyrios) berarti memiliki kuasa, wibawa, dan hak untuk menguasai. Mengaku "Yesus adalah Tuhan" ialah menyatakan bahwa Dia setara dengan Allah (Roma 10:13; Yohanes 20:28; Kisah Para Rasul 2:36; Ibrani 1:10), layak untuk menerima kuasa (Wahyu 5:12), penyembahan (Filipi 2:10–11), kepercayaan (Yohanes 14:1; Ibrani 2:13), ketaatan (Ibrani 5:9) dan doa (Kisah Para Rasul 7:59–60; 2 Korintus 12:8).
- 3) Waktu orang Kristen Perjanjian Baru memanggil Yesus "Tuhan", maka hal ini bukan sekadar pengakuan lahiriah tetapi sikap hati yang sungguh-sungguh (bandingkan 1 Petrus 3:15). Dengan ini mereka menjadikan Kristus dan Firman-Nya Tuhan atas seluruh kehidupan mereka (Lukas 6:46–49; Yohanes 15:14). Yesus harus menjadi Tuhan atas hal-hal rohani di rumah dan di gereja, maupun Tuhan di bidang intelektual, keuangan, pendidikan, kesenangan, dan pekerjaan, pendeknya: semua bidang hidup (Roma 12:1–2; 1 Korintus 10:31).[8]
Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati
Seorang yang menyangkal kebangkitan Kristus dari antara orang mati secara jasmaniah tidak mungkin secara sah menganggap dirinya orang Kristen. Dia masih merupakan orang yang belum percaya, karena kematian dan kebangkitan Kristus adalah peristiwa inti keselamatan (Roma 1:4; 4:25; Roma 5:10,17; 6:4–10; 8:11,34).[8]
Ayat 17
Beberapa naskah yang kuno berkata "firman Kristus", tetapi mayoritas naskah kuno berkata "firman Allah". Firman Allah harus diberitakan, karena orang tidak dapat percaya jika berita Firman Allah tidak disampaikan kepada mereka.[10]
Referensi
- ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN:9789794159219.
- ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN:9794159050.
- ^ Roma 10:5
- ^ Roma 10:6
- ^ Roma 10:7
- ^ Roma 10:8
- ^ Roma 10:9
- ^ a b c The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
- ^ Roma 10:17
- ^ Hagelberg, Dave. Tafsiran Roma: dari bahasa Yunani. Jakarta: Yayasan Kalam Hidup. 2004.
Lihat pula
- Bagian Alkitab yang berkaitan: Imamat 18, Ulangan 30, Ulangan 32, Mazmur 19, Yesaya 28, Yesaya 52, Yesaya 53, Yesaya 65, Yeremia 52, Yoel 2, Nahum 1, Kisah Para Rasul 2, Roma 1, Roma 4, 1 Korintus 12, Ibrani 2.
Pranala luar
- (Indonesia) Teks Roma 10 dari Alkitab SABDA
- (Indonesia) Audio Roma 10
- (Indonesia) Referensi silang Roma 10
- (Indonesia) Komentari bahasa Indonesia untuk Roma 10
- (Inggris) Komentari bahasa Inggris untuk Roma 10