Gaya London

Revisi sejak 6 Januari 2015 04.13 oleh Iis Nuriyatin (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'thumb Gaya London merupakan gaya tarik menarik antara molekul-molekul non...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Gaya London merupakan gaya tarik menarik antara molekul-molekul nonpolar. Gaya London juga merupakan bagian dari gaya antar molekul yang terjadi antara molekul polar dengan molekul nonpolar, serta antara molekul polar dengan polar.

Berkas:Gambar 1.3 Terjadinya Gaya London antara Molekul-Molekul Nonpolar, Versi Kedua.jpg

Molekul non polar terdiri atas inti-nti atom dan elektron-elektron. Inti-inti atom dan elektron-elektron selalu dalam keadaan bergerak. Andaikata atom-atom unsur gas mulia dianggap sebagai molekul monoatomikmaka distribusi dari rata-rata inti atom dan elektron-elektronyang berlalu dalam keadaan bergerak disekitar inti atom menghasilkan pusat muatan positif dan pusat muatan negatif yang berimpit di satu titik sehingga sehingga molekul monoatomik tersebut bersifat nonpolar. Molekul nonatomik tersebut dapat digambarkan dengan lingkaran yang ditengahnya terdapat tanda ±. Awan elektron atau rapatan elektron dari molekul tersebut dianggap memiliki simetri bola (Spericelly symmetric )

Dalam kondisi tersebut elektron-elektron yang terdapat di dalam molekul monoatomik dapat dianggap berada dalam kedudukan simetris. Jika di dlam molekul terdapat 2 elektron dan inti atom dengan 2 proton seperti pada atom Helium, maka salah satu kedudukan simetris dari dua elektron tersebut dapatditunjukkan pada gambarditunjukkan 2 elektron tersebut kedudukan simetris ini terjadi pada saat dua elektron posisinya dihubungkan oleh pusat.

Terjadinyagaya london antara molekul-molekul monoatomik dapat dijelaskan dengan dua versi. Versi pertama, karena elektron selalu dalam keadaan bergerak maka pada suatu saat yang singkat dapat terjadi polarisasi rapatan elektron. Bentuka awan elektron dianggap mengalami devisiasi dari simentri bola. Hal ini menyebabkan pusat muatan positif dan pusat muatan negatif memisah dan molekul dikatakan memiliki dipol sesaat (Instataneous dipol) atau dipol sekejap.

Dalam waktu yang sangat singkat momen dipol sesaat ini akan hialang tetapi kemudian timbul kembali. Timbul dan hilangnya momen dipol sesaat ini dianggap terjadi secara terus menerus dan bergantian. Apabila didekatnya ada molekul nonpolar sejenis atau berbeda maka molekul dengan dipol sesaat ini akan menginduksi (mengimbas) molekul tersebut sehingga terjadi dipol induksian (induced dipol) atau dipol imbasan. setelah dua molekul tersebut membentuk dipol sesaat dan dipol induksian, maka keduanya terjadi gaya tarik elektro magnetik yang disebut gaya london.

Versi kedua, apabila dua molekul  monoatomik nonpolar dengan elektron-elektron dalam kedudukan simetris saling mendekati, maka terjadi gaya tarik inti molekul sebelah kanan terhadap elektron-elektron terhadap molekul sebelah kiri (atas) sehingga kedudukan elektron pada molekul sebelah kiri tidak lagi simetris dan padanya terjadi dipol sesaat (tenggah). Pada saat kondisi tersebut awan elektron molekul kiri tidak lagi memiliki simentri bola. Molekul  kiri dengan dipol sesaat ini menginduksi molekul sebalah kanan sehingga kedudukan elektron-elektron padamolekul sebelah kanan tidak lagi simetris dan padanya terjadi dipol induksian (bawah) pada kondisi tersebut awan elektron kanan tidak lagi memiliki simentri bola. Setelah pada dua molekul tersebut berbentuk dipol  sesaat dan dipol induksian, maka antara keduanya terjadi gaya london.

Pada waktu terjadi polarisasi, elektron-elektron dan inti atom dalam suatu molekul mengalami perpindahan dari posisi rata-ratanya. Mudah tidaknya dipol sesaat atau dipol indiksian terbentuk pada suatu molekul tergantung kepada kemudahan awan elektron untuk mengalami polarisasi, kemudahan awan elektron suatu molekul untuk dipolarisasi dinyatakan dengan kebolehpolaran (polarizabilitiez, dengan simbol α dan satuan m³). Dalam hal ini semakin mudah awan elektron suatu molekul dipolarisasi, maka kebolehpolaran malekul tersebut semakin tinggi pila. Kebolehpolaran suatu molkul tergantung pada jumlah dan bentuk awan elektron. Untuk molekul-molekul dengan bentuk yang sama , bertambahnya jumlah elektron menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron semakinlemah awan elektron semakin lunak sehingga semakin mudah dipolarisasi dan kebolehpolarannya semakin tinggi seperti ditunjukan tabel  berikut

Tabel 1.1 Kebolehpolaran α beberapa Molekul

Zat

Bentuk

α

zat

Bentuk

α

He

Bola

2,0

H₂

Linear

8,2

Ar

Bola

16,6

N₂

Linear

17,7

CH₄

Tetrahedal

26,0

CO₂

Linear

26,3

CCl₄

Trahedral

105

Jumlah elektron dalam suatu molekul berbanding lurus dengan massa molekulnya oleh karena itu kebolehpolaransuatu molekul semakin tinggi dengan bertambahnya massa molekulnya. Kenaikan kebolehpolaran molekul menyebabkan semakin mudahnya molekul tersebut membentuk dipol sesaat dan dipol induksian sehingga gaya london yang yang terjadi in kuat.

Adanya gaya london antara molekul-molekul nonpolar menyebabkan pada waktu peleburan dan pendidihan diperlukan sejumlah enengi untuk memperbesar jarak antara molekul-molekul nonpolar. Semakin kuat gaya london antar molekul-molekul, semakin besar pula energi yang digunakan untuk terjadinya peleburan dan pendidihan. Hal ini ditunjukkan dengan titik lebur dan titik didih zat seperti contoh pada tabel

Tabel 1.2 Titik Lebur (t.1) dan Titik Didih (t.d). beberapa Zat

Zat

Bentuk

Jumlah Elektron

Ar (Mr)

t.1 (°C)

t.d (°C)

He

Bola

2

4,003

-270

-269

Ne

Bola

10

20,18

-249

-246

Ar

Bola

18

39,95

-189

-186

Kr

Bola

36

83,80

-157

-152

Xe

Bola

54

131,3

-112

-108

H₂

Linear

2

2,1060

-259

-252

N₂

Linear

14

28,0134

-210

-196

O₂

Linear

16

31,9988

-218

-183

F₂

Linear

18

37,9968

-220

-188

Cl₂

Linear

34

70,906

-101

-34,7

Br₂

Linear

106

159,808

-7,2

58,8

I₂

Linear

106

235,8090

114

184

CH₄

Tetrahedral

10

16,0334

-182

-162

CF₄

Tetrahedral

42

88,00

-184

-129

CCl₄

Tetrahedral

74

153,82

-23,0

76,8

CBr₄

Tetrahedral

146

331,65

92

190

Pengaruh kenaikan kekuatan gaya london terhadap titik lebur dan titik didih zat yang teramati pada sejumlah alkana tidak bercabang terlihat bahwa titik lebur dan titik didih alkana tidak bercabang cenderung naik dengan bertambahnya massa molekul alkana. Hal ini terjadi karena bertambahnya massa molekul alkana menyebabkan bertambahnya gaya londonantara molekul-molekul alkana. Kenaikan gaya london juga terlihat pada fase alkana. Semakin banyak jumlah atom karbon pada alkana, fase alkana semakin dekat dengan fase terkondensasi (fase cair dan padat). Pada temperatur ruang, alkana tidak bercabang dengan jumlah atom sampai empat memiliki vase gas, lima sampai sembilanbelas memiliki fase cair, dua puluh atau lebih memiliki fase padat

Kebolehpolara nmolekul yang berisomer tegantung pada bentuknya. Dalam hal ini semakin tinggi tingkat simentri suatu molekul, maka awan elektronnya akan semakin sulit untuk dipolarisasi sehingga Kebolehpolarannya semakin rendah, akibat dipol sesaat molekul tersebut semakin sulit terbentuk. Molekul n-pentana dan neopentana merupakan senyawa yang berisomer tetapi dengan bentuk awan elektron yang berbeda. Molekul n-pentana yang berbentuk lurus awan elektronnya dapat dianggap bentuk silinder, sedangkan neopentana yang berbentuk tetrahedral awan elektronnyadapat dianggap berbentuk bola. Karena bola lebih simetri dari pada silinder n-pentana lebih mudah dipopularisasi dari pada awan elektron neopentana, kebolehpolaran n-pentana lebih tinggi dari pada kebolehpolaran neopentana. Akibatnya pada molekul n-pentana lebih mudah terbentuk dipol sesaat atau dipol induksian dibanding pada molekul neopentana. Mudahnya dipol sesaat dan dipol induksian terbentuk memperbesar kekuatan gaya london yang terjadi.

Secara umum dapat dinyatakan bahwa titik lebur dan titik didih senyawa-senyawa yang berantai lurus lebih tinggi dari pada titik lebur dan titik didih senyawa-senyawa  bercabang isomernya, sebagaimana terlihat pada contoh dalam tabel 1.3 berikut

Tabel 1.3 Titik Lebur (t.1). dan Titik Didih (t.d). Butana dan Pentana beserta isomernya

Senyawa

t.1 (°C)

t.d (°C)

Senyawa

t.1 (°C)

t.d (°C)

n-Buana

-138

-0,5

n-Pentana

-130

36,3

2-metilpropana

-160

-11,7

2-Metilbutana

-158

27,9

2,2-dimetilpropana

-15,9

9,5

Gaya london merupakan gaya yang lemah. Kekuatanya 1 sampai10 Kj/mol. Meskipun demikian gaya ini amat penting, karena tanpa adanya gaya London senyawa-senyawa nonpolar tidak mungkin dapat dicairkan dan dipadatkan.[1]

  1. ^ effendy.2006.  TEORI VSEPR, KEPOLARAN DAN GAYA ANTARMOLEKUL. Malang: Bayumedia Publishing