Eder

Revisi sejak 14 Februari 2015 11.36 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia, Beliau → Dia)

Eder adalah tradisi menabuh bedug di masjid pada waktu habis ashar yaitu sekitar jam 4 sore atau jam setengah 5. Bedug di tabuh untuk tanda bahwa sudah ditetapkan nanti malam takbiran karena sudah melihat hilal. Tradisi Eder merupakan tradisi yang sudah ada di Desa Robayan, Desa Kriyan, dan sekitarnya sejak pada zaman wali[1].

Pencipta

Tradisi Eder diciptakan oleh seorang wali ternama di wilayah Jepara pada zaman Kerajaan Kalinyamat yaitu Habib Kyai Jafar Shidiq (dikenal dengan nama "Yek Nde"), Dia membuat tradisi Eder untuk memberi tahu bahwa nanti malam sudah dilakukan Takbiran untuk menandakan Hari Raya Idul Fitri, karena Yek Nde telah melihat hilal.

Etimologi

Asal usul nama "Eder" merupakan onomatope dari suara bedug yang ditabuh yaitu Jeder-Jeder karena Yek Nde tidak memberitahu nama tradisi tersebut ke masyarakat maka warga menyebut ritual tersebut bernama Jeder-Jeder, lambat laun masyarakat meyebut acara tersebut hanya Jeder dan ahirnya warga menyebut Eder.

Perayaan

Pada awal Bulan Ramadhan tepatnya 30 hari sebelum Lebaran sampai Malam Takbiran. Untuk menyambut ramadhan, eder, dan lebaran Pada perayaan ini beragam barang dijual (semacam pasar malam) dan pada masa kini sering diikutkan berbagai sponsor dari sejumlah industri besar.. Kedepannya pun Lembayung Production akan menggarap tradisi Eder lebih menarik dengan cara membuat acara arak-arakan semacam Pesta Baratan tapi bukan menggunakan figur sebagai Ratu Kalinyamat melainkan menggunakan figur sebagai Sultan Hadlirin menunggang Kuda dan dibelakangnya ada Sebagi Santri dari Sultan Hadlirin dan juga sebagai Abdi dalem Kerajaan Kalinyamat yang mereka membawa banyak bungkusan bunga yang telah didoakan dan dibagi-bagikan kepada setiap orang yang menonton arak-arakan, dengan tujuan supaya warga selesai menonton arak-arakan warga langsung berziarah kubur ke sanak keluarganya yang telah meninggal. Yang digunakan figur Sultan Hadlirin karena dia merupakan seorang tokoh agama yang terkemuka, yang diadakan pada jam 4 sore lengkap dengan penabuh bedug acara tersebut dinamai Ederan (ahiran an yang artinya acara) seperti akiran an pada Dhandhangan dan Dugderan.

Pengembangan

Rencananya arak-arakan "Ederan" diadakan dari Masjid Robayan sampai Kantor Kecamatan Kalinyamatan atau sampai Masjid Al-Makmur Kriyan. Masjid Robayan dipilih Lembayung Production sebagai garis awal dimulai arak-arakan karena masjid tersebut merupakan satu-satunya masjid buatan seorang wali, yang bangunannya tetap di pertahankan yaitu pada Gapura Masjid Jami' Baiturrohman I yang masih asli seperti pada awal Masjid Robayan dibangun oleh seorang wali, Alasan Lembayung Production tidak memakai Masjid Al Makmur Kriyan Karena Bentuk asli dari masjid sudah tidak nampak, bahkan kini direnovasi dengan bentuk modern sehingga tak tersisa satu pun bentuk asli masjid dari peninggalan seorang wali. Selain hal tersebut juga karena letak Robayan merupakan batas tembok Benteng Kalinyamat juga perbatasan dari Kecamatan Kalinyamatan dengan Kecamatan Welahan, begitu pula Purwogondo yang merupakan merupakan batas tembok Benteng Kalinyamat juga perbatasan dari Kecamatan Kalinyamatan dengan Kecamatan Pecangaan. Rute arak-arakan berawal dari "Masjid Robayan" lewat jalan APRIKA menuju "Masjid Al-Makmur Kriyan" kemudian melewati Makam Yek Nde, kemudian berahir di "Pendopo Kantor Kecamatan Kalinyamatan".

Lihat pula

Catatan kaki