Sriwijaya Air
Sriwijaya Air adalah sebuah maskapai penerbangan di Indonesia. Sriwijaya Air didirikan oleh keluarga Lie (Hendry Lie dan Chandra Lie) dengan Johannes Bundjamin dan Andy Halim. Saat ini Sriwijaya Air adalah Maskapai Penerbangan terbesar ketiga di Indonesia,dan sejak tahun 2007 hingga saat ini tercatat sebagai salah satu Maskapai Penerbangan Nasional yang memiliki standar keamanan kategori 1 di Indonesia.[1]
Berkas:Logo Sriwijaya Air.png | |||||||
| |||||||
Didirikan | 2003 | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Mulai beroperasi | 10 November 2003 | ||||||
Penghubung | Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Bandar Udara Internasional Juanda Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Bandar Udara Internasional Kuala Namu Bandar Udara Internasional Ngurah Rai | ||||||
Kota fokus | Pangkal Pinang Palembang Pontianak | ||||||
Anak perusahaan | |||||||
Armada | 38 | ||||||
Tujuan | 43 | ||||||
Slogan | Your Flying Partner | ||||||
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia | ||||||
Tokoh utama | Chandra Lie, Direktur Utama | ||||||
Situs web | www |
Bersamaan dengan sebagian besar maskapai penerbangan Indonesia lainnya, Sriwijaya Air (termasuk anak perusahan Sriwijaya Air, NAM Air) berada dalam daftar maskapai penerbangan yang dilarang di Uni Eropa karena alasan keamanan pada April 2014.
Sejarah Sriwijaya Air
PT Sriwijaya Air lahir sebagai perusahaan swasta murni yang didirikan oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim. Beberapa tenaga ahli yang turut menjadi pionir berdirinya Sriwijaya Air diantaranya adalah Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W, Capt. Harwick L, Gabriella, Suwarsono dan Joko Widodo.
Sriwijaya Air didirikan dengan tujuan untuk menyatukan seluruh kawasan Nusantara seperti keinginan raja kerajaan Sriwijaya dahulu yang berasal dari kota Palembang. Keinginan tersebut kemudian diwujudkan melalui pengembangan transportasi udara.
Pada tahun 2003, tepat pada hari Pahlawan, 10 November, Sriwijaya Air memulai penerbangan perdananya dengan menerbangi rute Jakarta-Pangkalpinang PP, Jakarta-Palembang PP, Jakarta-Jambi PP, dan Jakarta-Pontianak PP.
Pada mulanya Sriwijaya Air hanya mengoperasikan 1 armada Boeing 737-200 yang kemudian seiring waktu terus ditambah hingga memiliki 15 armada Boeing 737-200. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pemenuhan pelayanan publik yang lebih baik, Sriwijaya Air kemudian menambah dan memperluas jangkauan penerbangannya dari Barat ke Timur sekaligus menambah pesawat dengan seri yang lebih baru,yaitu Boeing 737-300,Boeing 737-400, Boeing 737-500W,dan Boeing 737-800NG.
Maskapai ini sempat memesan 20 unit Embraer 175 dan Embraer 195 pada Paris Airshow 2011,namun kemudian pesanan ini dibatalkan dikarenakan alasan operasional, dan kemudian digantikan oleh Boeing 737-500W. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa Sriwijaya Air akan memesan Embraer kembali,yang akan dialokasikan ke anak perusahaannya, yaitu NAM Air.
Pada 1 Agustus 2011, Sriwijaya Air meluncurkan buku panduan berbahasa braille dan program khusu untuk penanganan terhadap para Tuna Netra yang terbang dengan maskapai tersebut. Para awak kabin telah dilatih secara khusus untuk menangani penumpang yang memiliki kelemahan tersebut,diantaranya dengan cara pendekatan personal dan dengan sentuhan fisik.[2]
Arti Logo dan Livery Sriwijaya Air
Logo
- berupa RU-YI (Cina), yang berarti bahwa apa yang kita inginkan atau usahakan harus yakin tercapai
Warna Putih
- Melambangkan semua karyawan Sriwijaya Air harus memiliki hati yang bersih, sebersih warna dasar armada Sriwijaya Air
Warna Biru
- Melambangkan Sriwijaya Air berkeinginan melanglang buana ke seluruh pelosok Nusantara tercinta
Warna Merah
- Melambangkan bahwa para pimpinan dan karyawan Sriwijaya Air harus berani dan bijak dalam menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan
Tulisan Sriwijaya Air
- Melambangkan bahwa Sriwijaya Air harus menjadi perusahaan yang besar dan terkenal seperti Kerajaan Sriwijaya yang namanya terukir dalam sejarah nasional dan regional
Lekukan Hati diatap Pesawat
- Melambangkan bahwa para pimpinan dan karyawan harus mempunyai rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa cinta terhadap perusahaan
Daftar tujuan
Armada
Armada terhitung November 2014, antara lain:
Jenis Pesawat | Beroperasi | Dalam Pesanan | Kelas Penumpang | Catatan | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
B | E | Total | ||||||
Boeing 737-300 | 11 | - | - | 154 | 154 | Beberapa pesawat telah menggunakan livery terbaru | ||
Boeing 737-400 | 5 | - | - | 168 | 168 | Beberapa pesawat telah menggunakan livery terbaru | ||
Boeing 737-500 | 15 | 8 | 112 | 120 | Beberapa 737-500 akan dialihkan ke NAM Air | |||
Boeing 737-800 | 6 | 1 | 8 | 168 | 176 | Direncanakan terus ditambah untuk menggantikan 737-300 dan 737-400. Tahun 2014 telah datang 2 dari 3 pesawat yang direncanakan hingga akhir tahun 2014. 1 akan masuk service (ex B-5171) | ||
Total | 37 | 1 |
Mantan armada
Pesawat | Total | Keterangan |
---|---|---|
Boeing 737-200 | 15 | Dipensiunkan pada 23 Agustus 2013 |
Boeing 737-300 | 2 | PK-CKM tergelincir di Yogyakarta pada tahun 2011. PK-CJY telah di-scrap di GMF pada Oktober 2014 pasca purna tugas di Sriwijaya Air,namun terjadi insiden yang menyebabkan dua pekerja tewas ketika hendak melakukan scrapping terhadap pesawat eks Sriwijaya Air.[3] |
Boeing 737-400 | 2 | PK-CJV tergelincir di Pontianak pada tahun 2012. PK-CJU telah dikembalikan ke lessor. |
Boeing 737-800 | 1 | PK-CLR dikembalikan ke lessor pada 2013. |
Insiden
- 27 Agustus 2008 - Sriwijaya Air Penerbangan 062 tergenlincir di Bandar Udara Sultan Thaha Syaifuddin saat sedang mendarat. Kejadian ini disebabkan kerusakan yang terjadi pada sistem rem. Tidak ada korban jiwa
- 27 Januari 2010 - Sriwijaya Air dengan rute Jakarta - Padang tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
- 20 Desember 2011 - Sriwijaya Air SJ 230 PK-CKM rute Jakarta - Yogyakarta tergelincir di Bandara Adisutjipto. [4] Tidak ada korban jiwa
- 13 Oktober 2012 - Sriwijaya Air Penerbangan SJ 0021 Medan - Padang salah mendarat di Bandar Udara Tabing . Tidak ada korban jiwa
- 27 Maret 2013 - Sriwijaya Air penerbangan Medan ke Padang tergelincir ketika baru saja mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Tidak ada korban jiwa.[5]
Galeri
-
Salah satu Boeing 737-200 milik Sriwijaya Air.
-
Pesawat Boeing 737-800-NG milik Sriwijaya Air di Bandara Juanda, Surabaya.
Referensi
- ^ Piagam dan Penghargaan Sriwijaya Air
- ^ Sejarah dan Arti Logo dan Livery Sriwijaya Air
- ^ "Penjelasan GMF soal kebakaran pesawat Eks Sriwijaya Air - Detik.com". Diakses tanggal 23 Oktober 2014.
- ^ Artikel:"Bandara Adisutjipto Masih Ditutup" di Kompas.com
- ^ Artikel:"Pesawat Sriwijaya Tergelincir di Bandara Internasional Minangkabau" di Detik.com
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi