Irwandi Yusuf

politisi Indonesia
Revisi sejak 6 Agustus 2007 21.58 oleh -iNu- (bicara | kontrib)

Irwandi Yusuf atau lengkapnya drh. Irwandi Yusuf M.Sc. (lahir di Bireuen, Nanggroe Aceh Darussalam, 2 Agustus 1960) adalah Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam sekarang ini. Bersama wakilnya, ia dilantik pada 8 Februari 2007 Menteri Dalam Negeri Mohammad Ma'ruf di hadapan 67 anggota DPRD NAD.

Irwandi Yusuf
Informasi pribadi
Partai politikIndependen
ProfesiDosen
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Hadir dalam pelantikan itu adalah Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil dan sejumlah anggota DPR-RI seperti Ferry Mursidan Baldan, Ahmad Farhan Hamid, serta Nasir Djamil. Undangan dari luar negeri di antaranya Duta Besar Inggris, Duta Besar Kanada, Duta Besar Finlandia, serta Wakil Duta Besar Amerika Serikat. Perwakilan sejumlah lembaga internasional, seperti Bank Dunia dan Uni Eropa juga hadir.

Setelah pelantilan, bersama wakil gubernur, Irwandi menghadiri pesta peusijuk atau tepungtawar yang dihadiri sekitar 5000 orang di Taman Ratu Safiatudin (Kota Banda Aceh). Tokoh-tokoh GAM dan Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) dari berbagai daerah hadir dalam acara pelantikan. Tokoh GAM tua Malik Mahmud dan Usman Lampoh Awe juga hadir. Masa jabatan Irwandi sendiri direncanakan berakhir pada 2012.

Sebelumnya, ia memenangi Pilkada NAD 2006 dari calon independen (non-partai). Ia berpasangan dengan Muhammad Nazar, S. Ag.. Pilkada yang dilaksanakan pada 11 Desember 2006 mampu menghantarkannya sebagai pemimpin kepala daerah pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat daerah.

Biografi

Semenjak kecil, ia terpesona dengan ilmu pertanian. Setelah tamat sekolah diniyah, dia melanjutkan ke Sekolah Penyuluhan Pertanian di Saree dan kuliah di Faktultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Setelah meraih gelar kedokteran hewan (1987), dia menjadi dosen sejak tahun 1989 untuk jurusan yang sama hingga terpaksa ditinggalkannya karena tampil sebagai kandidat kuat gubernur pada pilkada 2006. Pada 1993, ia memperoleh beasiswa untuk melanjutkan S-2 pada College of Veterinary Medicine State University (Universitas Negeri Oregon), Amerika Serikat.

Dia juga merintis berdirinya lembaga swadaya Fauna dan Flora Internasional pada 1999-2001 dan pernah bekerja di Palang Merah Internasional (ICRC) pada tahun 2000. Selain sebagai senior Representative GAM (TNA) untuk Misi Pemantau Aceh (AMM). Ia masuk Gerakan Aceh Merdeka atau GAM dan dipercaya menduduki posisi Staf Khusus Komando Pusat Tentara GAM selama 1998-2001. Rekan sesama dosen sampai terheran-heran dengan langkah pindah haluan 180 derajat itu.

Seorang teman bertanya kepadanya, "Kamu orang pandai, kenapa masuk GAM?" Mendengar pertanyaan itu, ia balik bertanya, "Saya yang kamu bilang pandai saja masuk GAM, kmu tunggu apa lagi?" Akibat sikapnya itu, ia kemudian berurusan dengan aparat keamanan dan ditangkap pada awal 2003. Ia divonis 9 tahun dalam kasus Makar.

Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 melepaskan dirinya dari penjara Keudah, Banda Aceh. Ia melarikan diri ke Finlandia. Banyak orang mengira riwayat hidupnya sudah tamat. Ternyata, ia dipercaya petinggi GAM di Swedia sebagai Koordinator Juru Runding GAM. Saat rapat pertama di Aceh Monitoring Mission, dia tampil sebagai koordinator Juru Runding GAM di Aceh (2001-2002).

"Mungkin karena isi buku Singa Aceh yang begitu melekat di kepala, saya kemudian masuk GAM," kata Irwandi kepada wartawan Tempo pada Desember 2006. Ia yang tak mewakili partai manapun sudah membaca buku itu semenjak berumur tujuh tahun. Cerita tentang kepahlawanan tokoh-tokoh Aceh di masa kerajaan itu seperti menembus waktu dan merasuk dalam dirinya. Inspirasi dari para tokoh Aceh tersebut membuat pilihannya berjuang bersama GAM daripada menjadi dokter hewan.

Hasil penghitungan cepat (quick count) yang dilakukan PT Lingkaran Survei Indonesia (LSI) bekerja sama dengan Jaringan Isu Publik (JIP) menunjukkan keunggulan suaranya atas pasangan-pasangan lain. Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar menempati urutan teratas perolehan suara sebesar 39,27%[1]. Pada 29 Desember 2006, KIP Aceh mengumumkan penghitungan resmi akhir pemilihan kepala daerah dan ia berhasil memenanginya.

Dengan 768.745 suara (38,2 persen), ia unggul atas saingan-saingannya dan berhak menjabat untuk periode 2007-2012. Suara yang sah masuk mencapai 2.012.370, sedang suara tidak sah mencapai 158.643. Rekapitulasi hasil penghitungan suara ditetapkan Komisi Independen Pemilihan atau KIP di Banda Aceh. Pasangan ini memenangi perolehan suara di 15 dari 21 kabupaten/kota di Nanggroe Aceh Darusslam. Namun, kalah di Kota Banda Aceh, Kabupatan Pidie, Aceh Tengah, Bener Meriah, Singkil, dan Aceh Tamiang.

Kunjungan ke Jakarta

Pada 11 Januari 2007, bersama wakilnya, ia diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden (Jakarta). Presiden didampingi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Widodo AS, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Boediono, dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteran Rakyat Aburizal Bakrie. Sedang, selain wakilnya, ia didampingi Plt Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Mustafa Abubakar.

Sebelumnya, ia bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan Menteri Dalam Negeri Muhammad Ma'ruf. Ia juga bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Pada kesempatan itu, ia meminta agar komitmennya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dipersoalkan karena sudah jelas dan sudah ditandatangani dalam Nota Kesepahaman Helsinki pada 15 Agustus 2005.

Pranala luar

Didahului oleh:
Mustafa Abubakar (Pejabat Gubernur)
Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam
8 Februari 2007–Sekarang
Diteruskan oleh:
Sedang Menjabat