Kota Singkawang

kota di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia
Revisi sejak 17 April 2015 10.07 oleh Karina Ayu Pradita (bicara | kontrib) (Vihara Tri Dharma Bumi Raya: Tambahan singkat Danau Biru di Pariwisata)

Kota Singkawang atau San Keuw Jong (Hanzi: 山口洋 hanyu pinyin: Shānkǒu Yáng) adalah sebuah kota (kotamadya) di Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 145 km sebelah utara dari Kota Pontianak, ibukota provinsi Kalimantan Barat, dan dikelilingi oleh pegunungan Pasi, Poteng, dan Sakok. Nama Singkawang berasal dari bahasa Hakka, San khew jong yang mengacu pada sebuah kota di bukit dekat laut dan estuari.

Kota Singkawang
Daerah tingkat II
Motto: 
Bersatu Untuk Maju, Singkawang Berkualitas
Kota Singkawang di Kalimantan
Kota Singkawang
Kota Singkawang
Peta
Kota Singkawang di Indonesia
Kota Singkawang
Kota Singkawang
Kota Singkawang (Indonesia)
Koordinat: 0°44′55.85″S 108°51′47.6″E / 0.7488472°S 108.863222°E / -0.7488472; 108.863222
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Barat
Tanggal berdiri17 Oktober 2001
Dasar hukumUndang-Undang RI, Nomor 12, Tahun 2001
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 5
  • Kelurahan: 26
Pemerintahan
 • BupatiDrs. H. Awang Ishak M.Si.
Luas
 • Total504 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total246,306 (2.011)
 • Kepadatan369,7/km2 (958/sq mi)
Demografi
 • AgamaBuddha (47%), khonghucu (10%), Islam (21%), Katolik (15%), Protestan (4%), Tao (3%) dan Hindu (0,011%)[butuh rujukan]
 • BahasaBahasa Indonesia, Hakka, Bahasa Melayu
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
6172 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 562
Kode Kemendagri61.72 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 411.475.134.475,00
DAURp. 431.527.888.000.-
Situs webhttp://www.singkawangkota.go.id/

Sejarah

Asal Usul Singkawang

Awalnya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kesultanan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya dan Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas). Waktu itu, mereka (orang Tionghoa) menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (Bahasa Hakka), mereka berasumsi dari sisi geografis bahwa Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai sampai ke muara laut. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka yang cukup menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi ada yang menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang.

Pembentukan Kota Administratif Singkawang

Kota Singkawang semula merupakan bagian dan ibukota dari wilayah Kabupaten Sambas (UU Nomor 27 Tahun 1959) dengan status Kecamatan Singkawang dan pada tahun 1981 kota ini menjadi Kota Administratif Singkawang (PP Nomor 49 Tahun 1981). Tujuan pembentukan Kota Administratif Singkawang adalah untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan secara berhasil guna dan berdaya guna dan merupakan sarana utama bagi pembinaan wilayah serta merupakan unsur pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan. Selain pusat pemerintahan Kota Administratif Singkawang ibukota Sambas juga berkedudukan di Kota Singkawang.

Pembentukan Pemerintah Kota Singkawang

 
Singkawang, 2007

Kota Singkawang pernah diusulkan menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang yaitu melalui usul pemekaran Kabupaten Sambas menjadi 3 (tiga) daerah otonom. Namun Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang tidak langsung direalisir oleh Pemerintah Pusat. Saat itu melalui UU Nomor 10 Tahun 1999, hanya pemekaran Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang dari Kabupaten Sambas yang disetujui, sehingga wilayah Kota Administratif Singkawang menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang, sekaligus menetapkan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sambas beribukota di Sambas.

Kondisi tersebut tidaklah membuat surut masyarakat Singkawang untuk memperjuangkan Singkawang menjadi daerah otonom, aspirasi masyarakat terus berlanjut dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Sambas dan elemen masyarakat seperti: KPS, GPPKS, Kekertis, Gemmas, Tim Sukses, LKMD, para RT serta organisasi lainnya. Melewati jalan panjang melalui penelitian dan pengkajian yang terus dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Barat maupun Tim Pemekaran Kabupaten Sambas yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bersama antara Bupati Sambas dan Bupati Bengkayang No. 257 Tahun 1999 dan No. 1a Tahun 1999, tanggal 28 September 1999, serta pengkajian dari Tim CRAIS, Badan Pertimbangan Otonomi Daerah. Akhirnya Singkawang ditetapkan sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang, dan diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden Republik Indonesia.

Pembagian Administratif

Singkawang memperoleh status kota berdasarkan UU No. 12/2001, tanggal 21 Juni 2001. Berdasarkan Perda Kota Singkawang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perubahan desa menjadi Kelurahan di Kota Singkawang dan Perda Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan Perubahan Nama Kecamatan di Kota Singkawang sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, terdapat 5 (lima) kecamatan dan 26 (dua puluh enam) kelurahan, yakni:

  1. Kelurahan Pasiran,
  2. Kelurahan Melayu,
  3. Kelurahan Kuala, dan
  4. Kelurahan Tengah.
  1. Kelurahan Sei Garam Hilir,
  2. Kelurahan Naram,
  3. Kelurahan Sei Bulan,
  4. Kelurahan Sei Rasau,
  5. Kelurahan Setapuk Kecil,
  6. Kelurahan Setapuk Besar, dan
  7. Kelurahan Semelagi Kecil
  1. Kelurahan Sedau,
  2. Kelurahan Sijangkung,
  3. Kelurahan Pangmilang, dan
  4. Kelurahan Sagatani.
  1. Kelurahan Sanggau Kulor,
  2. Kelurahan Pajintan,
  3. Kelurahan Nyarumkop,
  4. Kelurahan Bagak Sahwa, dan
  5. Kelurahan Mayasopa.
  1. Kelurahan Roban,
  2. Kelurahan Condong,
  3. Kelurahan Sekip Lama,
  4. Kelurahan Jawa,
  5. Kelurahan Sei Wie, dan
  6. Kelurahan Bukit Batu.

Geografi

Dengan luas wilayah 504 km², Singkawang terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 0°44’55,85” - 1°01’21,51"LS 108°051’47,6”-109°010’19”BT.

Batas-batas wilayah Kota Singkawang adalah:

Utara Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas
Timur Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang
Selatan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang
Barat Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Samudra Pasifik

Jumlah penduduk

 
Masjid Raya Kota Singkawang di malam hari
Berkas:Patung Naga Singkawang.jpg
Patung Naga berwarna emas yang terletak di sudut Kota Singkawang

Kota Singkawang merupakan salah satu pecinan di Indonesia karena mayoritas penduduknya adalah orang Hakka (dengan persentase sekitar 42%) dan selebihnya adalah orang Melayu, Dayak, Tio Ciu, Jawa dan pendatang lainnya. Populasi penduduknya terus mengalami peningkatan setiap tahun dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 adalah 5,6 persen. Berdasarkan data Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Singkawang pada tahun 2011, tercatat jumlah penduduk sebanyak 246.306 jiwa.

  • Singkawang Selatan

- Tahun 2006: 37.396 jiwa

- Tahun 2007: 40.708 jiwa

- Tahun 2008: 41.466 jiwa

  • Singkawang Timur

- Tahun 2006: 18.951 jiwa

- Tahun 2007: 19.022 jiwa

- Tahun 2008: 19.054 jiwa

  • Singkawang Utara

- Tahun 2006: 20.287 jiwa

- Tahun 2007: 21.160 jiwa

- Tahun 2008: 21.401 jiwa

  • Singkawang Barat

- Tahun 2006: 59.534 jiwa

- Tahun 2007: 60.307 jiwa

- Tahun 2008: 60.656 jiwa

  • Singkawang Tengah

- Tahun 2006: 52.132 jiwa

- Tahun 2007: 55.882 jiwa

- Tahun 2008: 56.330 jiwa

Iklim

Secara umum wilayah Kota Singkawang beriklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar antara 21,8 °C sampai dengan 30,05 °C. Iklim tropis di wilayah Kota Singkawang termasuk klasifikasi iklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2.819 mm/tahun atau 235 mm/bulan. Jumlah rata-rata hari hujan 157 hari/tahun atau rata-rata 13 hari hujan/bulan. Rata-rata kelembaban udara di kota Singkawang adalah 70%. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Kota Singkawang memiliki wilayah datar dan sebagian besar merupakan dataran rendah antara 50 meter s/d 100 meter diatas permukaan laut. Kota Singkawang yang terletak pada 0° LS dan 109° BT, wilayahnya merupakan daerah hamparan dan berbukit serta sebelah Barat berada pada pesisir laut.

Tempat Wisata

Pantai Pasir Panjang

Berkas:PasirPanjang.jpg
Pantai Pasir Panjang.

Pantai Pasir Panjang telah lama menjadi tempat rekreasi yang terkenal di Kalimantan Barat. Posisinya yang menghadap ke laut Natuna serta didampingi beberapa pulau kecil di sekitarnya, antara lain pulau Lemukutan, pulau Kabung dan Pulau Randayan. Perahu-perahu kecil dan speed boat dapat disewa di sini untuk menuju ke pulau-pulau tersebut. Sebagai sebuah tempat rekreasi, obyek wisata ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, antara lain hotel di sekitar pantai, cottage, toko-toko, diskotik dan fasilitas-fasilitas lainnya tersedia bagi wisatawan. Tempat ini sangat cocok bagi orang-orang yang menyukai olahraga renang, memancing, menyelam, dan ski air atau berselancar. Pantai Pasir Panjang berada di Kecamatan Tujuhbelas, hanya 17 km dari pusat kota Singkawang. Kondisi jalan masuk telah beraspal dan dapat dilewati oleh kendaraan roda empat. Sarana transportasi dari dan ke Pasir Panjang berupa kendaraan umum, taksi, minibus maupun kendaraan pribadi. Hamparan pasir putih dan bebatuan yang memanjang disertai hembusan angin dan deburan ombak yang aman sebagai kawasan pemandian, suasana Pasir Panjang akan terasa pada saat matahari terbit dan tenggelam di cakrawala. Dengan ditemani deretan Gunung Besi dan pepohonan yang menaunginya semakin menambah keelokan dan kekhasan wilayah wisata ini. Fasilitas yang lengkap dan nyaman dapat anda rasakan saat berwisata atau berlibur ke pantai Pasir Panjang ini. Mulai penginapan, kolam renang keluarga, tempat bermain anak-anak, warung-warung makan hingga fasilitas olahraga seperti motorcross, road race dan gokart. Anda dapat pula memancing langsung ke kawasan laut.

Sinka Island Park

Berkas:SinkaIslandPark.jpg
Sinka Island Park.

Salah satu tujuan wisata baru di Singkawang terletak di kawasan wisata Teluk Karang/Teluk Ma'jantuh. Terletak sebelah selatan kota Singkawang 8 km sebelum memasuki kota ini. Dari pinggir jalan raya Pontianak - Singkawang berjarak 3 km. Merupakan objek wisata masa depan yang menawarkan fasilitas hiburan modern dan alami, kawasan wisata tepi pantai ini menyajikan pemandangan pantai dan hiburan lainnya untuk keluarga yang ditopang dengan berbagai fasilitasnya, seperti delman maupun kuda bagi pengunjung yang dapat disewa untuk mengelilingi taman rekreasi ini. Selain itu pengelola menyediakan kolam renang, kantin dan fasilitas lainnya.

Sinka Zoo

Berkas:Jerapah-SinkaZoo.jpg
Jerapah di Sinka Zoo.

Sinka Zoo terletak di sebelah kawasan Sinka Island Park, tepatnya di sebelah selatan dengan jarak 500 meter setelah memasuki Sinka Island Park. Keunikan kebun binatang ini terletak diberbagai penjuru mengelilingi gunung dan nampak keindahan laut dari atas gunung tersebut yang menampilkan hewan-hewan langka lokal maupun luar daerah, taman rekreasi ini juga memiliki mobil pembawa para wisatawan untuk mengelilingi gunung Bajau. Dari atas gunung ini kita dapat menyaksikan keindahan kota singkawang dengan jelas.

Taman Bukit Bougenville

Merupakan taman bunga yang terletak di sebelah selatan, tepatnya di Kelurahan Sijangkung dan berjarak ± 6 km dari pusat kota Singkawang. Posisinya terletak di kaki bukit berlatar belakang Gunung Pasi dan dikelilingi areal hutan dan perkebunan. Taman ini memiliki luas 1,5 ha. Walaupun bunga Bougenville yang menjadi tampilan utama, namun terdapat pula beragam bunga-bunga lainnya dan penataan taman yang asri untuk dapat dinikmati keluarga dan muda-mudi. Fasilitas yang disediakan untuk pengunjung relatif telah memberikan kesan "kenyamanan" untuk dinikmati, mulai dari sarana publik seperti tempat parkir, musholla, pondok-pondok tempat bersantai, rest room, cafetaria, kolam renang mini untuk anak-anak hingga hutan homogen yang dinamakan "Area Super Sejuk" dan dapat digunakan untuk area fotografi pengantin, alam dan sebagainya. Dilengkapi keramahan yang menyapa anda dari tiap ruang hingga sajian menu sesuai selera.

Taman Chidayu

Berdampingan dengan taman Bougenville, Chidayu memiliki karakteristik khas dengan tempat pemancingan, pepohonan buah-buahan, taman bunga dan taman bermain anak-anak. Kesejukan hembusan angin dapat kita nikmati sembari melihat sunset di ufuk barat dan hidangan cafe Chidayu.

Taman Teratai Indah

Tidak sampai 10 menit dari kota, tempat rekreasi keluarga untuk menikmati pemandangan gunung yang berjejer menghiasi kota Singkawang dengan nuansa 'air' dapat pula bersenda gurau di danau buatan sembari mengengkol sepeda air, berenang bersama keluarga di kolam renang, dan menikmati sajian makanan dan minuman di restoran atau danau.

 
Vihara Tri Dharma Bumi Raya di malam hari

Pasar Hong Kong

Bukanlah persoalan jika anda merasa lapar di malam hari, karena deretan gerobak yang menjual berbagai jenis makanan di pasar Hong Kong siap mengisi perut Anda. Pasar Hong Kong adalah sebutan orang Singkawang untuk Jalan Bawal dan sekitarnya di malam hari. Di pagi dan siang harinya, lokasi ini hanyalah jalan biasa tempat berlalu-lalang berbagai kendaraan, namun ketika malam tiba akan dipadati gerobak-gerobak yang menjual berbagai jenis makanan.

Vihara Tri Dharma Bumi Raya

Kota Singkawang juga dikenal dengan sebutan kota Seribu Kuil, karena di setiap sudut kota ini dapat ditemui banyak bangunan vihara atau lebih dikenal sebagai kelenteng atau pekong. Bangunan ini memiliki arsitektur yang khas, didominasi warna merah dan hiasan liong.

Danau Biru

Danau Biru Singkawang terletak di daerah Singkawang Timur tepatnya di daerah Wonosari, Roban yang hanya berjarak sekitar 6 km saja dari pusat kota Singkawang.[1]

Budaya

Cap Go Meh

Seperti halnya bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia lainnya, perayaan Imlek untuk menyambut tahun baru China merupakan tradisi termegah yang selalu dirayakan seluruh lapisan masyarakat Singkawang setiap tahun. Bagi mereka perayaan Imlek tidak ada bedanya dengan masyarakat Indonesia lainnya ketika merayakan Idul Fitri atau Natal.

Tahun baru Imlek muncul dari tradisi masyarakat Tiongkok yang dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan sekaligus harapan agar musim berikutnya memperoleh hasil yang lebih baik. Imlek selalu dirayakan selama 15 hari berturut-turut dan hari puncak ke-15 disebut dengan Cap Go Meh. Dalam tradisi Tionghoa berarti malam ke-15 yang merupakan puncak perayaan Imlek dan Cap Go Meh dirayakan secara khusus. Kalau mau ditelaah lebih jauh, Cap Go Meh di Indonesia sendiri merupakan perpaduan budaya Tiongkok dan Indonesia, yakni adanya lontong Cap Go Meh. Lontong adalah makanan asli Indonesia, sedangkan Cap Go Meh adalah tradisi yang lahir dari Imlek.

Puncak acara Imlek atau Cap Go Meh ini dimaksud untuk menangkal gangguan atau kesialan di masa mendatang. Pengusiran roh-roh jahat dan peniadaan kesialan dalam Cap Go Meh disimbolkan dalam pertunjukan Tatung. Tatung adalah media utama Cap Go Meh. Atraksi Tatung dipenuhi dengan mistik dan menegangkan, karena banyak orang kesurupan dan orang-orang inilah yang disebut Tatung. Upacara pemanggilan tatung dipimpin oleh pendeta yang sengaja mendatangkan roh orang yang sudah meninggal untuk merasuki Tatung. Roh-roh yang dipanggil diyakini sebagai roh-roh baik yang mampu menangkal roh jahat yang hendak mengganggu keharmonisan hidup masyarakat. Roh-roh yang dipanggil untuk dirasukkan ke dalam Tatung diyakini merupakan para tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok, seperti panglima perang, hakim, sastrawan, pangeran, pelacur yang sudah bertobat dan orang suci lainnya.

Roh-roh yang dipanggil dapat merasuki siapa saja, tergantung apakah para pemeran Tatung memenuhi syarat dalam tahapan yang ditentukan pendeta. Para Tatung diwajibkan berpuasa selama tiga hari sebelum hari perayaan yang maksudnya agar mereka berada dalam keadaan suci sebelum perayaan.

Dalam atraksi Tatung yang sudah dirasuki roh orang meninggal bertingkah aneh, ada yang menginjak-injak sebilah mata pedang atau pisau, ada pula yang menancapkan kawat-kawat baja runcing ke pipi kanan hingga menembus pipi kiri. Anehnya para Tatung itu sedikit pun tidak tergores atau terluka. Beberapa Tatung yang lain dengan lahapnya memakan hewan atau ayam hidup-hidup lalu meminum darahnya yang masih segar dan mentah.

Di Singkawang banyak orang Dayak yang juga turut serta menjadi Tatung, mereka terdorong berpartisipasi karena ritual Tatung mirip upacara adat Dayak. Sejak pertama kali datang ke Singkawang masyarakat Tionghoa telah menjalin persahabatan erat dengan penduduk pribumi khususnya suku Dayak. Karena itu tidak ada kecanggungan di antara kedua etnis ini. Dahulunya Singkawang merupakan tempat persinggahan para penambang emas yang berasal dari Tiongkok. Gelombang migrasi besar-besaran pada tahun 1760, membawa masyarakat suku Tionghoa Hakka dari Guangdong China selatan yang mendarat di Pulau Kalimantan. Mereka menetap dan bekerja sebagai kuli tambang emas dan intan di monterado, Kalimantan Barat. Meski secara fisik maupun budaya ada yang berasimilasi dengan penduduk lokal, mereka juga tetap mempertahankan adat istiadat leluhur yang dipertahankan hingga kini. Karena pada umumnya mereka penganut Kong Hu Cu dan Buddha maka perayaan imlek menjadi tradisi istimewa yang senantiasa mereka rayakan.

Di era Orde Baru perayaan Imlek khususnya ritual Tatung dilarang dipertontonkan di depan umum. Tetapi di era reformasi mantan Presiden Gus Dur mengizinkan kembali, bahkan pemerintahan berikutnya Megawati Soekarnoputri mengesahkan dalam bentuk undang-undang. Dengan demikian warga Tionghoa di Singkawang khususnya menjadi lebih leluasa untuk menjalankan tradisi atau upacara keagamaan mereka. Di dunia pariwisata, Tatung berpotensi untuk menarik turis dalam negeri dan mancanegara. Selain mengangkat nama Singkawang di dunia internasional, Tatung juga ikut meningkatkan perekonomian daerah setempat.

Gawai Dayak Naik Dango

Upacara Naik Dango yang merupakan kegiatan ritual seputar panen padi adalah ungkapan syukur masyarakat Dayak kepada Sang Pencipta akan hasil yang telah diperoleh. Upacara ini diadakan di setiap kabupaten termasuk kota Singkawang. Tempat penyelenggaraan dilaksanakan bergantian antar kecamatan setiap tahun, ditetapkan oleh Dewan Adat kabupaten setempat. Di samping upacara adat, diadakan pula pesta wisata dan budaya Naik Dango yang diisi dengan pertunjukan kesenian, lomba permainan tradisional, lomba kesenian daerah, pameran, seminar kebudayaan dan pasar rakyat.

Perekonomian

Perdagangan

Singkawang terkenal sebagai kota perdagangan terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah Kota Pontianak. Letaknya di pantai barat sangat strategis, yakni berada di antara kabupaten Sambas dan Bengkayang, sangat menguntungkan Singkawang dalam mengembangkan daerahnya sebagai sentra bisnis dan pemasaran produk dari dan ke wilayah di sekitarnya. Selain juga menampung dan mendistribusikan barang-barang yang tidak diproduksi di Singkawang dan daerah sekitarnya, seperti barang-barang sandang, alat-alat pertanian dan lainnya. Sebagian besar barang yang diperdagangkan merupakan hasil bumi, seperti produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan hasil kerajinan atau industri kecil di Singkawang dan kabupaten tetangga.

Pertanian dan Peternakan

Singkawang adalah wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura terdapat di Kecamatan Singkawang Selatan, Utara dan Timur. Wilayah itu memiliki potensi yang cukup besar, baik dari segi lahan yang tersedia maupun jenis tanaman yang sesuai untuk dikembangkan. Lahan yang luas dan tanah yang subur serta tenaga kerja 11.829 orang merupakan faktor yang sangat mendukung bagi pengembangan agroindustri.

Tanaman jagung, misalnya, banyak diusahakan di Singkawang Selatan dan Timur. Komoditas ini baru tahun 2001 diusahakan di Singkawang Selatan seluas 10 hektare. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak-sebagian besar untuk ayam ras petelur di Singkawang sangat besar, yakni 100 ton per hari. Singkawang sendiri belum bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut, karena produksi tahun 2001 baru sekitar 20 ton. Hingga kini kebutuhan itu disuplai Kabupaten Bengkayang sebanyak 40 ton dan sisanya dari Semarang, Lampung, bahkan dari China.

Hasil pertanian itu selain dijual dalam bentuk buah segar, juga mulai diolah. Jeruk siam dan nanas, misalnya, dibuat sari jeruk, minuman ringan dan nanas dalam kaleng. Demikian pula pisang, dipasarkan dalam bentuk tepung pisang, pisang selai dan keripik pisang. Usaha industri ini mulai berkembang walau masih dalam skala industri kecil. Industri secara umum banyak terdapat di Singkawang Barat, berupa industri pengolahan bahan makanan dan minuman ringan. Ada juga industri furnitur dari kayu yang bahan baku serta pemasarannya bersifat lokal.

Hasil peternakan, terutama ayam petelur dan babi. Produksi peternakan selain untuk konsumsi sendiri, beberapa peternak besar, terutama telur ayam dan babi, juga dipasarkan ke luar Kota Singkawang. Bahkan telur ayam menguasai hampir 95 persen pasar di Kalimantan Barat.

Industri

Hasil industri yang menjadi produk andalan adalah keramik. Industri ini telah lama berkembang dan pasarannya pun merambah ke mancanegara meskipun masih berskala industri kecil. Ada delapan unit usaha yang bergerak di bidang usaha keramik dan dikelola turun-temurun. Pembuatan keramik tradisional itu terdapat di Desa Sakok, Kelurahan Sedau, Singkawang Selatan. Buatannya sangat menarik dan artistik bergaya Dinasti Ming. Ciri khasnya terletak pada desain yang berupa gambar naga. Keramik ini telah memenuhi pasaran ekspor ke Singapura, Malaysia dan negara lainnya.

Kota Singkawang juga terkenal dari hasil industri kecil dengan makanan khasnya, yaitu tahu dan mie Singkawang dan makanan ini sering dijadikan oleh-oleh bagi para pelancong yang datang ke Singkawang. Rasa dan aroma tahu Singkawang memiliki ciri khas tersendiri. Makanan berbahan dasar kedelai yang dibuat secara tradisional ini terasa lembut dan terlihat bersih, berbeda dengan tahu umumnya yang mungkin terasa sedikit asam. Hasil sampingan dari pembuatan tahu Singkawang adalah bubur tahu dan air tahu.

Pendapatan

  • APBD sebesar Rp. 3.411.475.134.475,-
  • Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.14.934.687.606.110,-
  • Dana Perimbangan sebesar Rp. 1.881.144.108.000,-

Festival

Berkas:ImlekSingkawang.jpg
Perayaan Tahun Baru Imlek Singkawang di malam hari pada tanggal 31 Januari 2014.

Berbagai festival banyak digelar di kota ini, misalnya:

Tokoh terkenal kelahiran Kota Singkawang

Referensi

  1. ^ "Danau Biru, Keindahan dari Bekas Penambangan di Singkawang". Travelmate Kamu. Diakses tanggal 17 April 2015. 

Pranala luar