Stasiun Palmerah

stasiun kereta api di Indonesia

Stasiun Palmerah (PLM) merupakan sebuah stasiun kereta api yang terletak di jalan Gelora. Hampir semua kereta api berhenti di sini. Stasiun ini sebelumnya mempunyai 4 jalur kereta api, namun sekarang tinggal 2 jalur. Kini stasiun ini sedang diperluas dan akan mempunyai 2 lantai. Bangunan baru stasiun ini akan menyerupai bangunan Stasiun Sudirman.

Stasiun Palmerah

Stasiun Palmerah sebelum direnovasi
Lokasi
Koordinat6°12′26.518″S 106°47′50.896″E / 6.20736611°S 106.79747111°E / -6.20736611; 106.79747111
Ketinggian+ 13 m
Operator
LayananKA Commuter Jabodetabek
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya     Stasiun berikutnya
Templat:KRL Jabodetabek lines
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejarah

Stasiun Palmerah, Jalur kereta api Palmerah mulai beroperasi pada periode 1899 – 1900. Pembukaan jalur kereta api itu adalah pengembangan jalur kereta api atau trem uap dari Batavia menuju Tangerang dengan cabang dari Djembatan Doewa menuju Palmerah. Jalur trem uap menuju Palmerah melewati beberapa halte, yaitu halte Gang Chaulan, halte Djati Lama, halte Pekembangan, dan halte akhir Palmerah. Dari titik koneksi utama sampai titik akhir di halte Paal Merah, jalur trem uap itu membentang sepanjang 8.49 kilo meter.Dengan dibukanya jalur trem uap Palmerah, arus transportasi dari tengah kota Batavia mulai terhubung menuju pinggiran kota di Kebayoran.

Sejak akhir abad ke-19 itu, kondisi lalu lintas dari pusat kota Batavia menuju Palmerah sangat ramai dipenuhi para pelawat yang hilir mudik silih berganti. Dari mulai pejalan kaki, pemikul, sado, kargo kereta berkuda, juga kendaraan roda empat terus melewati jalur ini untuk berbagai keperluan, yang terutama perdagangan.Menurut informasi para pedagang Cina, beberapa komoditas yang beredar di wilayah itu antara lain adalah beras, gabah dan padi; ikan kering, minyak tanah, kacang, tepung, mengkudu, bawang, kopi, gula, nila, gambir, babi, minyak, kain cita, kain batik, kayu bakar, sabun, topi jerami, kapur, pasir, batu-batuan, dan semen.

Oleh karena itu untuk melayani kebutuhan transportasi di jalur Batavia – Kebayoran, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Besluit No. 4 tanggal 24 Januari 1891 yang memberikan konsesi untuk pembangunan dan pengoperasian trem uap di Residensi Batavia dengan ketentuan antara lain trem digunakan untuk pengangkutan orang dan barang, lebar spoor 1.067 mili meter, dan pemerintah memberi jaminan modal sebesar 15.000 gulden. Salah satu jalur kereta api yang beroperasi pada awal abad ke-20 dan masih bisa kita gunakan hingga saat ini.

Kereta Api

Angkutan umum

  • Mikrolet M09 ke Tanah Abang (via Permata Hijau)
  • Mikrolet M09A ke Tanah Abang (via Pos Pengumben)
  • Kopaja B86 ke Kota (via Pondok Indah - Kebayoran Lama - Simprug - Slipi - Grogol - Angke)
  • DAMRI ke Lebak Bulus (via Tol Sediyatmo - Slipi - Patal Senayan - Kebayoran Lama - Pondok Indah)

Galat Lua: unknown error.

  1. ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020.