Seni bela diri bertongkat

Revisi sejak 13 Oktober 2007 03.03 oleh Hartcone (bicara | kontrib)


Stick fighting adalah terminologi secara general untuk seni bela diri yang mengunakan bentuk tongkat atau stick, tumpul, senjata genggam, secara keseluruhan terbuat dari bahan kayu atau sejenis untuk keperluan pertarungan seperti toya (tongkat panjang), tongkat sebagai alat bantu para manula, stick sepanjang 40-70 cm atau yang serupa.

Beberapa teknik bisa dilakukan dengan menggunakan payung atau mungkin sebuah pedang yang masih dalam sarung, tetapi bentukan-bentukan senjata sejenis yang lebih berat dan lebih besar diameternyah seperti gada atau gada perang besi adalah diluar materi 'stick fighting' (selama tidak bisa digunakan dengan lebih lincah, karena bentukan yang lebih besar tersebut lebih ke arah impact) Meskipun berbahaya tapi ‘stick fighting’ bisa dimasukkan dalam olahraga, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah adanyah pemakaian pelindung badan dan kepala dalam penerapannya, seperti kendo (beladiri pedang Jepang yang menggunakan pedang bambu yaitu shinai sebagai pengganti)


Bentukan Stick figting

Beberapa beladiri yang umum, spt Kungfu (Wushu), Pencak Silat, Aikido dll, juga memasukkan stick fighting dalam kurikulumnya, dalam tradisi Kerala's Kalarippayattu materi stick/senjata dari sejenis kayu adalah senagai dasar pelatihan sebelum meninjak kepada senjata yang lebih berbahaya yaitu senjata tajam.

Stick fighting merupakan satu sejarah panjang sebagai bagaian dari pertarungan individual atau sebagai pertarungan masal dalam berbagai kultur masyarakat di belahan dunia, salah satu contohnyah adalah suku di daerah Ethiopia, suku Surma, suku Nyangotam dimana mereka berperang dengan telanjang dada, bahkan memakai stick yang diberi tali pada ujungnya.

Di Indonesia (Lombok dan Bali) ada satu bentukan stick fighting yang disebut ujungan/peisian dimana merupakan seni permainan ketangkasan yang dilakukan oleh dua orang jawara. Mereka saling memukulkan (menyabetkan) tongkat rotan ke arah kaki, sambil diiringi oleh tabuhan sampyong yang terdiri dari gambang dan totok (kentongan bambu). Disamping itu terdapat dua orang beboto (pemisah) yang bertugas melerai jika kedua jawara saling bergumul. Sementara penonton disekeliling membentuk kalangan (arena) dan sesekali bersorak riuh, bila ujung rotan mengena dan berhasil menjatuhkan lawan.

Dalam tradisi Eropa ada banyak variasi bentuk metode dalam stick fighting sebagai quarterstaff combat, dimana tertulis dalam manuscripts oleh para master, beberapa dari system stick fighting di eropa sudah tidak dipelajari lagi, tapi ada beberapa yang masih esixt sampai saat ini, contohnya adalah Jogo do pau dari Portugal, Bâton Français dari Perancis. Sherma di Bastone dari Italia. Trattato teorico e pratico della scherma di bastone yang merupakan manual stick fighting dari Giuseppe Cerri's (1854) adalah satu bentukan stick fighting yang banyak dipengaruhi oleh para master pedang Italia, Achille Marozzo dan juga Francesco Alfieri.

La Canne, adalah satu system stick fighting yang dipakai saat ini sebagai sistem pertandingan, bentuk ini diadaptasi dari master Pierre Vigny pada awal th 1900-an yang merupakan bagian dari kurikulum Bartitsu.

Di Amerika selama awal tahun 1900-an, praktisi anggar dan spesialis beladiri A.C. Cunningham menciptakan satu system stick fighting yang unik, dengan media tongkat bantu untuk orang tua dan payung, yang ditulis dalam buku The Cane as a Weapon

Di Inggris, yang diketahui sebagai single stick atau cudgels, adalah salah satu yang populer pada jamannya, yaitu pada abad 18 sampai awal abad 20, dimana bentukan stick fighting tersebut pipertandingkan juga dlam Olimpiade, meskipun tertarik pada anggar, beberapa pelatih anggar tetap melakukan pelatihan dan mempertandingkan stick fighting, dan pada tahun 1980 stick fighting dikenalkan pada Angkaytan Laut Inggris oleh Comander Locker Madden, dan arts ini pada akhirnyah banyak mempengaruhi stick fighting di Jajahan Inggris pada saat itu.

Amerika Latin juga mendedikasikan Martial Artsnya pada stick fighting, seperti Juego del Garrote di Venezuela atau Palo do Brazil di Brazil.

Dan tentunya salah satu yang tidak bisa dilupakan dalam kontribusinya pada stick fighting adalah Filipino Martial Arts (FMA): Kali-Eskrima-Arnis, dimana sistem dan metodanya banyak dikenal di dunia, sistem stick fighting dalam FMA adalah satu bentukan yang selaras dengan beladiri tangan kosong, atau bahkan bentukan senjata tajam dengan berbagai macam bentuk dan ukuran.

Selama ini banyak terjadi salah pengertian, ketika mendengar kata : Kali-Eskrima-Arnis, bayangan sebagian orang adalah hanya pelatihan stick fighting... Kali-Eskrima-Arnis adalah MA yang komplit, memang stick bisa berdiri sendiri sebagai senjata tumpul, tetapi seseorang butuh keahlian yang lengkap, dari beladiri bersenjata tumpul maupun tajam, terlebih dalam tangan kosong (tendangan, tinju, kuncian, and gulat) dalam semua jarak, dg keadaan apapun (tangan kosong v senjata, senjata v senjata dll)

Panatukan/Pangamot merujuk kepada keahlian tangan Sikaran/Pananjakman memerujuk kepada keahlian tendangan Dumog merefer kepada gulat dan membanting lawan

bentukan stick yang digunakan dalam FMA disebut sebagai olisi atau baston, yang terbuat dari rotan, berdiameter 1.5 - 2.5 cm, sepanjang lengan dari bahu sampai ujung telapak tangan (70 cm)

Secara garis besar disini dapat disimpulkan, stick fighting bisa merupakan system yang berdiri sendiri, disisi lain stick fighting merupakan satu system pelatihan kepada suatu bentukan yang lebih tinggi, seperti pelatihan senjata tajam atau bahkan beladiri tangan kosong...

Stick fighting di berbagai negara

Secara berurutan sesuai abjad: