Kungfu

Seni bela diri Tionghoa

Kungfu atau gongfu (功夫, Pinyin: gōngfu) adalah ilmu bela diri yang berasal dari Tiongkok kuno. Akan tetapi, arti kata Kungfu sebenarnya memiliki makna yang jauh lebih luas, yakni sesuatu yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan ketekunan yang tinggi.

Kungfu
Hanzi: 功夫
Bagian dari seri tentang
Seni bela diri Tiongkok
Daftar seni bela diri Tiongkok
Istilah
Tempat bersejarah
Tokoh bersejarah
Figur legendaris
Lain-lain

Dengan demikian, seorang ahli pelaku yang mempunyai keahlian khusus atau hebat pun dapat dikatakan memiliki Kungfu yang tinggi.

Selain kata Kungfu, istilah Wushu dan Kundao atau Kuntao juga sering dipakai untuk menyebut ilmu bela diri dari Tiongkok tersebut. Ilmu Kungfu yang sudah menyebar ke Asia Tenggara (terutama Indonesia) pada masa lalu disebut Kuntao (Kuntaw), demikian menurut Donn F. Draeger dalam bukunya yang berjudul Weapons and Fighting Arts of Indonesia. Akan tetapi istilah Kuntao tersebut sudah sangat jarang dipergunakan pada masa sekarang ini.

Perkembangan sunting

Pada awal mulanya, istilah Ilmu atau kemampuan Bela Diri dalam masyarakat Tiongkok adalah Ilmu Silat atau Wushu, dan bukan Kungfu. Istilah Kungfu pada masa lalu tidaklah sepopuler seperti saat ini. Kungfu sendiri lebih menunjuk kepada suatu keahlian dan keuletan yang khusus dan teruji unggul, misalnya keahlian memasak, keahlian bercocok tanam, pertukangan dan lain-lain. Istilah Kungfu menjadi populer setelah seorang legenda ilmu bela diri, yakni Bruce Lee mempopulerkan istilah Kungfu di belahan dunia Barat. Tersentak dengan kemampuan, kecepatan dan kekuatan Sang Legenda, istilah Kungfu menjadi sangat populer dan identik dengan Ilmu Bela Diri Tiongkok hingga kini.

Ilmu bela diri Kungfu pada mulanya berkembang dari kebutuhan dan kemampuan manusia untuk bertahan hidup, baik untuk membela diri dari berbagai jenis serangan binatang buas, berburu untuk mendapatkan makanan, maupun untuk berperang melawan kelompok manusia lain yang dianggap menjadi ancaman terhadap keamanan hidup mereka. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan tentang obat-obatan dan tubuh manusia di Tiongkok kuno - serta perang saudara yang berkepanjangan, Seni Bela Diri Kungfu pun berkembang pesat dan menyebar luas, sehingga membawa banyak kontribusi dan memengaruhi cikal bakal berbagai jenis ilmu bela diri di Asia, seperti Shorinji Kempo,(Shaolin Kempo), Karate, Jujitsu, Taekwondo, Judo, Hapkido, Pencak Silat dan lain sebagainya.

Kungfu mempunyai sejarah dan merupakan tradisi ilmu bela diri yang sangat panjang, ketat, teruji dan efektif sejak 5.000 tahun yang lalu, bersamaan dengan munculnya aliran kepercayaan Dao (Taoisme) yang kemudian berkembang menjadi agama yang memiliki kekhususan sendiri.

Pada tahun 2.500-an mulai bermunculan berbagai aliran Kungfu yang melegenda hingga kini, dimulai dari Kuil atau Vihara Shaolin Siaw Liem Sie/Siu Lam, Wudang/Butong, Omei/Emei/Gobi, Kun Lun, Hua San, Thian San, Khongtong dan lain-lain. Secara umum, terdapat 100 lebih aliran Kungfu dan ribuan jurus serta berbagai jenis ilmu yang unik dan aneh, mulai dari yang paling keras dan ganas (external arts) hingga ilmu yang paling lembut dan ringan seperti kapas (internal arts). Berbagai aliran dan ilmu yang masih eksis hingga kini adalah Hung Gar/Hung Ga, Lohan, Ngo Cho, Pek Ho, Ying Jow/Eng Jiaw, Shuai Jiao, Chin Na/Qin Na, Tang Lang, Wing Chun/Ving Tsun/Wing Tsun/Yong Chun, Tai Chi/Tai Ji, Hsing-I, Ba Gua/Pa Kua, Yi Quan/I-Quan, Fanzi Quan, Chang Quan dan lain-lain. Secara umum, Kungfu terbagi menjadi 2 (dua) sub aliran utama yakni: Kungfu Utara dan Kungfu Selatan sesuai dengan perbedaan dan kontur kultural geografis. Kungfu aliran utara lebih dominan oleh kuda2 melebar, kecepatan & kekuatan yang terefleksi pada tendangan, kaitan dan sapuan kaki sedangkan Kungfu aliran selatan lebih dominan kuda2 pendek, kecepatan, kelembutan dan kekuatan yang terefleksi pada pukulan, kuncian, totokan, lemparan dan bantingan. Pada masa lalu, kombinasi atas kedua aliran tersebut terkenal dengan "Tendangan dari Utara dan Tinju dari Selatan".

Para Pendekar Kungfu masa lalu yang terkenal memberikan kontribusinya dalam Dunia Kungfu Tiongkok antara lain:

1) Bodhidharma (Da Mo/Putidamo/Damo/Tat Mo Chowsu/Dharma Taishi/Daruma).

Dia adalah pendeta spiritual Zen Budha dari India yang bertapa sembilan tahun di Kuil Shaolin dan pencipta berbagai jenis ilmu legendaris seperti: Ilmu Perubahan Urat dan Otot ("Yi Jin Jing"), Sembilan Matahari ("Kiu Yang Cin Keng"), Ba Duan Jin, Baju Besi Emas/Lonceng Emas ("Jin Zhong Chao"), Lima Jurus Hewan, Jari Sakti Zen, dan lain-lain. Namun sayangnya, beberapa di antara ilmu tersebut sudah lenyap terutama pada saat terjadi penghancuran Kuil Shaolin pada masa Dinasti Qing (1644 – 1911) dan masa perang Tiongkok modern. Konon pada saat menyeberang lautan hingga ke Tiongkok, Dia hanya berdiri di atas sebatang dahan kecil, dan di tembok gua tempat pertapaan Bodhidharma di Kuil Shaolin hingga kini terdapat bayangan lekuk tubuhnya yang terbentuk pada saat ia bermeditasi dan bersandar di tembok gua tersebut. Selama 9 (sembilan) tahun bermeditasi di gua tersebut, Bodhidharma mampu mendengar pembicaraan berbagai jenis mahluk hidup, termasuk semut yang berada di sana. Dalam perjalanan waktu, ilmu2 ciptaan Bodhidharma dikembangkan lagi oleh Biksu berbakat yakni Ciok Yen Shang Ren yang menciptakan 72 jurus Kungfu Shaolin bersama2 dengan Master Lie, ahli ilmu Kim Na Jiu dan Master Pai Ie Fung, Pendekar tanpa tanding pada zaman tersebut.

2) Zhang Sanfeng (Zhang Junbao/Chang Sanfeng/Thio Samhong/Thio Kunpo).

Pada masa mudanya, Thio Sam Hong adalah murid yang sangat berbakat di Kuil Shaolin. Karena diperlakukan semena-mena oleh para seniornya, Beliau keluar dari Kuil Shaolin dan selama perjalanan hidupnya, Beliau belajar mengembangkan ilmu Kungfu sendiri setelah memperhatikan berbagai fenomena alam menarik, yakni terpaan angin keras terhadap pohon bambu yang lentur, pertarungan antara burung bangau dan ular, kokohnya pertahanan belalang sembah dari terpaan angin kencang, dan lain-lain. Setelah mengerti dan memahami Intisari Alam Semesta, Thio Sam Hong muda menyepi di Gunung Hua San untuk menyempurnakan ilmu-ilmunya. Pada saat Beliau turun gunung, Beliau menjelajahi seluruh dataran Tiongkok dan mengadu ilmunya dengan para ahli bela diri/para pendekar dari berbagai aliran. Berdasarkan literatur kuno, tercatat 2 (dua) pertarungan yang sangat terkenal. Pertarungan yang pertama adalah pertarungan antara Thio Sam Hong dengan pegulat nomor 1 (satu) Mongol yang sangat besar, kuat dan agresif. Belakangan diketahui bahwa pegulat tersebut juga sangat ahli dalam berbagai aliran Kungfu Tiongkok. Pegulat Mongol tersebut konon mengalahkan banyak petarung Kuil Shaolin dan sejumlah pendekar aliran keras lainnya. Pertarungan antara Thio Sam Hong dengan Pegulat Mongol tersebut dimenangkan oleh Thio Sam Hong dengan ilmu barunya, yaitu Tai Chi Quan/Taijiquan. Pertarungan kedua adalah pertarungan Thio Sam Hong yang seorang diri mengalahkan lebih dari 100 orang gangster di sarang penyamun hanya dengan tangan kosong. Semenjak itu, Thio Sam Hong diakui oleh seluruh kalangan persilatan sebagai Pendekar Tanpa Tanding saat itu. Setelah merasa cukup dalam perantauanya, Thio Sam Hong naik ke Gunung Wudang (Butong) dan mendirikan Perguruan Wudang dengan basis utama pengajarannya, yaitu Taoisme. Thio Sam Hong sendiri diyakini merupakan Pencipta Ilmu Tai Chi bagi sebagian kalangan, dan sangat ahli dalam Ilmu Tao Yin (Nei Kung/Nei Gong). Konon Thio Sam Hong sendiri hidup dalam 3 (tiga) zaman dinasti, yakni Dinasti Song, Dinasti Yuan (Mongol, dan Dinasti Ming (Han), dan Thio Sam Hong dikenal sebagai immortal Taoist.

3) Yue Fei (Jenderal Yue Fei; Tangyin-Provinsi Henan, 1103-1142).

Beliau adalah Jenderal Patriot yang terkenal dari Kekaisaran Dinasti Song (960-1279) yang bertempur melawan invasi suku bangsa Jin (Jurchen/Juchen) dan hingga akhir hayatnya tetap setia membela negara walaupun difitnah dan dihukum mati oleh Penguasa lalim. Jenderal Yue Fei dipercaya sebagai Pencipta Kungfu internal dan eksternal, yakni: Hsing - I (Xingyiquan) dan Penyempurna ilmu Eng Jiaw/(Cakar Elang). Pada masa mudanya, Jenderal Yue Fei belajar dari Biksu Shaolin yang bernama Jow Tong/Lai Chin. Selain ahli dalam pertarungan tangan kosong, Jenderal Yue Fei juga ahli dalam 18 senjata Shaolin khususnya ilmu Tombak Tunggal. Konon ilmu tombaknya setara dengan ilmu tombak Keluarga Marga/Jendral Yang. Ilmu tombak Marga Yang merupakan ilmu silat keluarga turun temurun yang sangat khas dan tinggi serta hanya sedikit Ahli/Pendekar yang mampu menandingi ilmu mereka pada zamannya khususnya di medan perang. Berdasarkan catatan kuno, diketahui bahwa ilmu tombak tingkat tinggi Keluarga Yang berawal dari Jendral Yang Ye/Yang Jiye/Liu Ji Ye/Yang Chonggui (979-986) dan terkenal dengan julukan Yang The Invincible. Ilmu tombak Marga Yang mempunyai sejumlah keistimewaan unik, yakni: Ilmu Tombak Naga Melekat/Naga Berpilin dan Ilmu Tombak (Toya) Naga Perkasa yang mampu melumpuhkan/membunuh lawan tanpa menyentuh fisik tubuh lawannya. Catatan: Keluarga Yang juga merupakan Patriot Sejati terakhir yang tetap setia hingga akhir kejatuhan Kekaisaran Dinasti Sung oleh Mongol). Kungfu Hsing I sendiri sempat lenyap dari dunia persilatan pasca meninggalnya Jenderal Yue Fei hingga sampai ditemukan kembali Kitab Kungfu Hsing I yakni Kitab 10 Prinsip Hsing-I peninggalan Jenderal Yue Fei menjelang akhir Dinasti Ming oleh Ji Long Feng/(Ji Jike). Kemudian Ji Long Feng menurunkan Kungfu Hsing I ke Keluarga Ma, Cao Ji Wu dan lain-lain hingga akhirnya muncul Pendekar tanpa tanding pada masanya masing-masing, yakni Kuo Yun Shen dan Sun Lutang sebagai pewaris dan sekaligus ahli-ahli Kungfu Hsing I yang luar biasa.

4) Qi Jiguang, (1528-1588).

Beliau adalah salah satu Jenderal Patriot yang terkenal lainnya dari Dinasti Ming (1368-1644). Pada umur 22 tahun, Qi Jiguang bertempur dan mengusir tentara Mongol yang dipimpin Altan Khan yang berupaya menjajah Tiongkok kembali (1548-1552). Dia bersama Yu Dayao dan Tan Lun terkenal sebagai Patriot yang membasmi habis perompak dan bajak laut Jepang (rata-rata para perompak tersebut merupakan ex-Samurai yang kalah perang dan bekerjasama dengan perompak Tiongkok atau penguasa setempat yang lalim)yang kerap kali merampok di daratan Tiongkok khususnya wilayah Fujian dan Zhejiang. Paska pembasmian tersebut, tidak ada perompak atau bajak laut Jepang yang berani kembali lagi karena kemampuan bertempur dari tentara Jenderal Qi Jiquang yang luar biasa. Para Samurai dan perompak laut lainnya akan berlarian tunggang langgang begitu mendengar nama pasukan Jenderal Qi Jiquang datang. Beliau mencatat dan mewariskan seluruh ilmu Kungfunya dalam Kitab "Ji Shou Ching Hua" yang saat ini menjadi salah 1 (satu) pusaka yang melengkapi pustaka Kungfu Tiongkok.

5) Wang Lang (Wong Long. 3 Dinasti - Song, Ming & Qing)

Dalam sejumlah catatan literatur klasik, nama Wang Lang sangat identik sebagai pencipta Kungfu Belalang Sembah Selatan (Tang Lang/Tong Long/Northern Praying Mantis Kungfu). Nama Beliau disebut berkali2 dalam sejumlah catatan 3 (tiga) Dinasti, yakni Dinasti Song Selatan, Ming & Qing (Manchu). Catatan pertama kali terkait dengan Wang Lang muncul pada masa Dinasti Song (960-1126), dimana Biksu Kepala Shaolin terkenal pada saat itu adalah Biksu Fu Ju (Fu Yu, 1203-1275) mengundang 18 Pendekar ternama di daratan Tionggoan (Tiongkok) untuk bersilahturahmi dan sekaligus saling berbagi ilmu dikalangan para Pendekar Persilatan. Biksu Fu Ju berhasil merangkum inti sari ilmu dari 18 Pendekar tersebut dan menciptakan Kitab Kungfu berjudul: ''Mishou'' (祕手 – "Secret Hands") dan dalam perkembangan selanjutnya kitab rahasia tersebut diberikan kepada Pendeta Tao terkenal saat itu, yakni ''Shen Xiao Dao Ren''. Kitab tersebut sempat hilang dari dunia persilatan dan baru muncul kembali pada masa pemerintahan Kaisar Qian Long (1735 - 1796), Dinasti Qing (1644 – 1911) dengan judul: Chinese: 罗汉行功短打; pinyin: Luóhàn Xínggōng Duǎn Dǎ) (“Arhat Exercising Merit Short Strike Illustrated Manuscript”).

The 18 Masters Invited to Shaolin
# Name Technique Master
1 Changquan Long-range Boxing Emperor Taizu of Song
2 Tongbeiquan Through the Back Master Han Tong
3 Chan Feng Wrap Around and Seal Master Zheng En
4 Duanda Close-range Strikes Master Ma Ji
5 Keshou Tongquan Blocking Hands and Following Through Fist Master Jin Xiang
6 Gou Lou Cai Shou Hooking, Scooping and Grabbing Hands Master Liu Xing
7 Zhanna Diefa Methods of Sticking, Grabbing, and Falling Master Yan Qing

(108 Liang Shan Warriors)

8 Duan Quan Short Boxing Master Wen Yuan
9 Hou Quan Monkey Boxing Master Sun Heng
10 Mien Quan Cotton Fist Master Mien Shen
11 Shuailue Yingbeng Throwing-Grabbing and Hard Crashing General Gao Huaide
12 Gunlou Guaner Ducking, Leaking and Passing through the Ears Master Tan Fang
13 Chuojiao Mandarin ducks kicking technique Master Lin Chong

(108 Liang Shan Warriors)

14 Qishi Lianquan Seven Postures of Continuous Fist Strikes Master Meng Su
15 Kunlun Zhenru Hand Binding and Grabbing Master Yang Gun
16 Woli Paochui Explosive Strikes into the Hollow Body Parts Master Cui Lian
17 Kao Shou Close Range Hand Techniques Master Huang You
18 Tong long Praying Mantis Master Wong Long

Wang Lang dalam literatur Dinasti Song Selatan adalah anak dari Wang Man Tang, salah satu tuan tanah terkenal pada masa tersebut. Pada masa mudanya, Wang Lang belajar berbagai jenis aliran bela diri Kungfu terutama Ilmu Tai Gong Quan di Kuil Taois Shang Qing Qong (“The Supreme Purity Temple”) di gunung Lao Shan. Setelah selesai belajar, Wang Lang muda yang haus ilmu berkeliling di seluruh penjuru daratan Tiongkok untuk memperdalam pengetahuan dan kemampuan Kungfunya. Hingga akhirnya, Wang Lang tiba di Kuil Shaolin di gunung Long Shan, Provinsi Henan dan mempelajari berbagai jenis ilmu Kungfu baru di Kuil Shaolin tersebut. Setelah berguru selama 7 (tujuh) tahun, Wang Lang berhasil mengalahkan seluruh Biksu Petarung Kuil Shaolin namun hanya Kepala Biksu Shaolin utama yang tidak dapat dikalahkan oleh Wang Lang pada saat itu. Frustasi karena kegagalan tersebut, Wang Lang meninggalkan kuil dan dalam perjalanannya, Dia menemukan fenomena alam yang menarik, yakni seekor belalang sembah sedang bertarung untuk menangkap seekor cicada besar (sejenis serangga yang struktur tubuhnya lebih besar dibandingkan belalang sembah). Kagum dengan kemampuan sang belalang sembah, Wang Lang menangkapnya dan kembali ke gunung Lao Shan untuk menciptakan dan melatih jenis Kungfu baru, yakni Kungfu Belalang Sembah. Selama masa tersebut, Wang Lang bersama-sama dengan Kepala Kuil Tao, Master Yu Hua Zhen Ren mengembangkan sistem pertarungan baru yakni Tang Lang Men atau "The Gates of Praying Mantis". Sistem tersebut terdiri atas 12 pondasi utama, yakni zhan (contacting), nian (sticking), bang (linking), tie (pressing), lai (intruding), jiao (provoking), shun (moving along), song (sending), ti (lifting), na (grabbing), feng (blocking), bi (locking). 12 pondasi Kungfu baru tersebut terdiri atas 8 (delapan) jurus keras dan 12 jurus lembut dengan kombinasi gerakan kaki berbasis Kungfu Monyet.

Setelah menguasai ilmu baru tersebut, Wang Lang kembali ke Kuil Shaolin untuk menguji ilmu Kungfunya dengan Kepala Kuil Shaolin dan hasilnya kemenangan dipihak Wang Lang dengan ilmu barunya. Setelah kemenangan tersebut, Wang Lang mewarisi seluruh ilmunya kepada 2 (dua) murid terbaiknya di Kuil Taois Shang Qing Qong, yakni Yu Zhou Dao Ren and Shen Xiao Dao Ren. Beberapa tahun setelah pertarungan di Kuil Shaolin, muncul Biksu baru pengganti Biksu Kepala sebelumnya dan sangat terkenal dengan kemampuan bela diri, pengobatan dan berbagai jenis keahlian unik. Biksu Kepala tersebut bernama Biksu Fu Ju yang dikemudian hari mengundang 18 Pendekar ternama termasuk Pendekar Wang Lang untuk turut berbagi ilmunya di Kuil Shaolin. Catatan atas dokumentasi kuno ini ditemukan oleh para Biksu Shaolin pada tahun 1928, pada saat terjadi penghancuran Kuil Shaolin di masa perang.

Catatan literatur ketiga mengenai Wang Lang, kembali muncul pada masa menjelang akhir Dinasti Ming (1368 -1644) dan awal Dinasti Qing, Manchu (1644 – 1911). Disebutkan bahwa nama Wang Lang kembali muncul menjelang kejatuhan Dinasti Ming dan memberontak kepada Dinasti Qing. Dalam sejumlah pemberontakan awal, Wang Lang beserta pengikutnya memperoleh sejumlah kemenangan namun pada akhirnya seluruh pengikut Wang Lang tewas terbunuh karena kalah dalam persenjataan modern dan jumlah pasukan. Wang Lang berhasil selamat dalam pertempuran terakhirnya namun tidak dapat kembali ke gunung Lao Shan karena tentara Manchu telah menduduki seluruh area tersebut dan pada akhirnya Wang Lang menuju gunung suci Kun Lun beserta guru Taoisnya Yu Hua Zhen Ren (Nama Yu Hua Zhen Ren kembali muncul pada masa Dinasti Qing dan ditengarai juga sebagai Immortal Taois bersama Wang Lang) untuk tujuan spiritual dan berkultivasi.

6) 5 Leluhur Shaolin.

Pasca pembakaran Kuil Shaolin dalam pertempuran kedua antara para Pendeta Kuil Shaolin dengan 50.000 Tentara Qing bersenjata lengkap dan modern yang dibantu para Lhama Tibet dan Praktisi Pak Mei (White Eyebrow) atau Alis Putih.
Kelima leluhur Shaolin tersebut adalah:
1) Choi Tak-Chung (蔡德忠)
2) Fong Tai-Hung (方大洪)
3) Ma Chiu-Hing (馬超興)
4) Wu Tak-Tai (胡德帝)
5)Lee Sik-Hoi (李式開)

Berdasarkan hasil catatan literatur lama, disebutkan bahwa Kuil Shaolin hancur total dan terbakar selama 40 hari 40 malam dalam serangan tersebut. Seluruh catatan kuno ribuan tahun termasuk sejumlah ilmu Kungfu legendaris dan senjata pusaka hilang atau habis terbakar. Dari ribuan Biksu dan non Biksu Shaolin, hanya 5 (lima) orang yang lolos dari serangan tersebut dan kemudian mereka menyebar keseluruh Tiongkok sembari menyebarkan Shaolin Kungfu serta perlawanan anti Dinasti Qing. Kehancuran Kuil Shaolin diakibatkan oleh adanya pengkhianatan oknum Shaolin yang ternyata adalah antek-antek Dinasti Qing yang menyusup dan menabur racun di berbagai titik sumber air dan makanan para Biksu. Pada saat serangan kedua tersebut, kondisi fisik yang keracunan telah menyebabkan hilangnya kemampuan bertarung para Biksu dan Non Biksu Shaolin. Dalam pertarungan pertama, para Petarung Kuil Shaolin berhasil mengusir puluhan ribuan tentara Dinasti Qing yang bersenjata lengkap. Kegagalan dalam serangan pertama tersebut, membuat Kaisar Qing di puncak kemarahan. Sang Kaisar mengumpulkan tentara-tentara terbaik dari setiap legiun dan merekrut seluruh ahli bela diri Kungfu (termasuk para Lhama Tibet dan Praktisi Pak Mei) yang loyal kepada Dinasti Qing untuk bersama-sama menyerbu Kuil Shaolin serta mempersiapkan strategi penyusupan/perusakan dari dalam Kuil Shaolin. Di kemudian hari, 5 Leluhur Shaolin/Five Ancestors ini identik pula dengan 5 (lima) Tokoh Utama Kungfu Shaolin yang terkenal, yakni:

a) Hung Hei-Koon 洪熙官 Hóng Xīguān/Hung Hei Gun.

Beliau adalah Pencipta Kungfu Hung Gar. Hung Hei Koon adalah murid utama dari Biksu Gee Sin Sim See. Dia terkenal sebagai Ahli Gung Gee Fok Fu Kuen (Siu Lum Fook Fu Kuen) dan ilmu Cakar Harimau Sejati. Jurus cakar harimaunya terkenal sangat ganas dan bertenaga. Kebanyakan korban keganasan jurus Cakar Harimau Hung Hei Koon adalah para tentara Qing dan antek-antek Manchu.

b) Lau Sam-Ngan 劉三眼 Liú Sānyǎn/Lau Sam Ngan.

Beliau adalah Pencipta Kungfu Lau Gar dan dikenal dengan julukan "Lau si Mata 3". Kemampuan Kungfu Lau Sam Ngan sangat tinggi sekali. Pendekar Lau terkenal mampu bertarung menghadapi keroyokan tentara Qing dan para praktisi Kungfu lainnya tanpa harus menoleh seolah2 terdapat "mata lain" di belakang kepalanya.

c) Choi Kau-Yee 蔡九儀 Cài Jiǔyí/Choy Gau Yi.

Beiau adalah Pencipta Kungfu Choi Gar

d) Lee Yau-San 李友山 Lǐ Yǒushān/Li Yau San.

Beliau adalah Guru dari Chan Heung, Pencipta Kungfu Lei Gar (Choi Lei Fut)

e) Mok Ching-Kiu 莫清矯 Mò Qīngjiǎo/Mok Ching Giu.

Beliau adalah Pencipta Kungfu Mok Gar

7) Wong Fei Hung /Huang Fei Hong; Fushan, 1847-1924).

Beliau hidup pada zaman Dinasti Qing (1644-1912) dan tercatat sebagai Patriot Nasionalis, Ahli Kungfu, Pendiri rumah obat Pho Chi Lam dan sekaligus Shinshe Akunpuntur yang sangat terkenal dengan berbagai jenis ilmu Kungfu seperti: Ilmu Pasangan Harimau dan Bangau, Tendangan Tanpa Bayangan, Tinju Besi, Toan Ta, Toya 8 Diagram dan lain-lain. Murid-murid Dia yang sangat terkenal antara lain: Lam Sai Wing, Leung Fong, Tang Fung dan Lin Wan Gai. Wong Fei Hung merupakan anak dari Wong Kei Ying, salah satu Pesilat terkenal dari "10 Harimau Kanton" Ten Tigers of Kwangtung.

Sebagai catatan, 10 Harimau Kanton legendaris adalah: 1) Li Jen Chiao 2) Tang Ming 3) Wang/Huang Chi Ying/Huang Kei Ying/Wong Chi Ying (Leluhur Wong Fei Hung) 4) Wang/Huang Cheng Ke 5) Wan Yi Ling 6) Su He Hu 7) Beggar Su Chan/Pengemis Sakti So 8) Tieh Chow San 9) Tzou Yu Sheng/Chu Yu Seng 10) Iron Finger Chung/Jari Besi Chung

Pada umur 16 tahun, Wong Fei Hung mendirikan Perguruan Silat di berbagai wilayah, yakni: Shuijiao, Diqipu, Xiquan dan Guangdong. Selain itu, Beliau juga mendirikan Rumah Obat Pho Chi Lam dan menjadi Instruktur Pelatih Militer Termuda pada Resimen V Tentara Kanton. Pada masa hidupnya, Wong Fei Hung terkenal dengan berbagai pertarungan baik dengan para pesilat lokal maupun petarung asing demi mempertahankan "China's Pride" yang pada saat itu jatuh hingga ke titik terendah. 2 (Dua) pertarungan yang sangat terkenal adalah pada saat Master Wong menjatuhkan lebih dari 50 orang pesilat gangster/bajak laut di pelabuhan hanya dengan sebatang toya dan pertarungan kedua adalah pada saat Dia bersama dengan Jendral Liu Yong Fu berperang langsung dengan tentara Jepang di Taiwan. Master Wong sendiri merupakan murid langsung/pewaris tunggal dari Pengemis Sakti So (Beggar So), Lam Fuk Sing (salah satu Pesilat terkenal dari 10 Harimau Kanton), Lin Fu Cheng, Sun Fai Tong (Ahli Tendangan Tanpa Bayangan) dan ayahnya sendiri yang notabene adalah anak dari Wong Tai, murid langsung Luk Ah Choi, Ahli Kungfu Hung Gar dan sekaligus murid langsung dari Biksu Shaolin terkenal: Gee Sin Sim See, Li Bak Fu & Hung Hei Koon.

8) Huo Yuanjia (Fok Yuengap/Ho Goanka; Tianjin, 1868-1910).

Beliau adalah Pendiri Chin Woo Athletic Association (Jing Wu Men) yang hingga kini telah tersebar lebih dari 50 cabang di USA, Kanada, Argentina, Peru, Makau, Hongkong, China, Jepang, Wales, Selandia Baru, Srilanka, Vietnam, Australia, Singapura, Thailand, Malaysia dan lain-lain. Master Huo merupakan Pendekar Kungfu yang terkenal sangat nasionalis dan juga lahir dari Keluarga Pesilat aliran Huo. Pada awalnya, Hua Yan Jia tidak diperbolehkan belajar Ilmu Silat karena kondisi tubuhnya yang lemah dan sering sakit. Namun karena kemauan yang keras dan bakat yang tinggi, secara diam2 Hua Yan Jia muda selalu mengintip kakak2nya dan para murid Ayahnya (Huo Endi) pada saat latihan. Konon ilmunya semakin sempurna setelah berjumpa dengan salah satu Patriot Kungfu yang terkenal: Wang Wu, Si Golok Besar yang memoles kemampuan Hua Yan Jia muda. Kemampuan bertarung Hua Yan Jia teruji pertama kali pada saat Dia mengalahkan Ahli Kungfu Selatan bernama "Master Du" yang sebelumnya justru mengalahkan seluruh Keluarga Huo termasuk Huo Endi pada saat pertarungan tahunan antar Keluarga Pesilat. Pada masa hidupnya, baik Dia maupun muridnya Liu Zhensheng terkenal sebagai Pendekar Kungfu yang banyak mengalahkan berbagai praktisi aliran beladiri dari berbagai negara seperti Pegulat, Petinju, Ju Jit Su/Pejudo dan Karateka dari Rusia, Inggris dan Jepang. Pertarungan pertama Huo Yan Jia dengan Petarung Barat terjadi pada tahun 1901 dalam pertarungan terbuka di Taman Xiyuan, Tianjin. Huo Yan Jia mengalahkan Pegulat Terkuat Rusia (Pertarungan tersebut merupakan "Show of Force" Kekaisaran Rusia untuk melemahkan mental rakyat Tiongkok) secara telak dengan cara mengangkat dan melemparnya keluar dari panggung pertarungan. Pertarungan kedua terjadi pada tahun 1909 dengan Juara Tinju Inggris berpostur tinggi besar, O'Brien. Huo Yan Jia kembali mengalahkan lawannya dengan jurus ciptaannya, yakni Kungfu Mi Zhong/Mi Zhong Fist. Dalam perkembangan selanjutnya, Huo Yan Jia lebih banyak menerima tantangan dari Petarung Jepang dan tidak ada yang dapat mengalahkan Dia pada saat itu. Sayangnya, Huo Yan Jia meninggal terlalu cepat, yakni pada umur 42 (tahun 1910) dan berdasarkan hasil otopsi Tianjin Municipality Police Laboratory, ditemukan racun arsenik dalam tubuh Huo. Para petinggi Chin Woo dan Dokter pemeriksa menduga bahwa racun tersebut terkait dengan hasil pertarungan terakhir dengan Japanese Judo Association ("JJA") yang berakibat banyaknya anggota JJA termasuk Pelatih Kepala yang menderita kekalahan telak atau luka fatal di matras pertarungan.

9) Chan Tziching (Chen Zizheng, 1878 - 1933).

Beliau merupakan pewaris utama Kungfu Cakar Elang dari aliran Keluarga Marga Lau. Dia terkenal sebagai Petarung Kungfu yang tidak terkalahkan dan semua lawannya ditaklukan hanya dalam 3 jurus dan/atau dengan Pukulan 3 Inchi. Pada masa tersebut, hanya Huo Yan Jia sendiri yang mampu mengimbangi ilmu Kungfu Chan Tzi Ching. Tertarik dengan kemampuan bertempur yang luar biasa, Huo Yan Jia mengundang Chan Tzi Ching untuk turut mengajar di Chin Woo, Shang Hai pada tahun 1910. Setelah kematian Huo Yan Jia akibat terkena racun arsenik dari agen rahasia Jepang, Chan Tzi Ching yang geram dengan kependudukan Jepang dan hinaan negara barat meneruskan perjuangan Huo Yan Jia dan banyak bertarung dengan sejumlah praktisi bela diri Jepang dan Barat namun tidak ada satupun yang dapat mengalahkan Dia hingga akhir hayatnya.

10) Fan Xudong (Fan Yu Tung / Fahn Yat Tung / Fan Yuk Tung / Fang Yuk Toung; Shandong, 1841 - 1925).

Beliau mempunyai postur tubuh yang tinggi dan besar namun mempunyai kemampuan ilmu meringankan tubuh Qing Qong yang luar biasa pada zamannya. Master Fan merupakan salah 1 (satu) ahli totok Kungfu Belalang Sembah (Praying Mants), Tapak Pasir Besi (Iron Sand Palm) dan Golok Besar (Guan Dao). Pada masa hidupnya, Fan Xu Dong terkenal dengan julukan "Raja Kungfu Belalang Sembah". Fan Xu Dong terkenal sebagai Petarung Kungfu Patriot yang turut serta dalam pemberontakan Boxer karena tidak tahan dengan perilaku negara-negara Barat dan Jepang yang pada saat itu mencelakakan rakyat dan ingin menjajah Tiongkok menjelang akhir Dinasti Qing. Terdapat sejumlah pertarungan terkenal antara Fan Xu Dong dengan sejumlah petarung yang mewakili 8 (delapan) negara asing, yakni pertarungan pertama adalah pada saat Beliau menjawab tantangan jagoan Samurai Jepang yang tidak pernah terkalahkan dalam pertarungan hidup mati secara terbuka di Shandong. Secara mengejutkan, Fan Xu Dong membabat tubuh sang Samurai menjadi 2 (dua) bagian dalam hitungan detik pada saat itu dengan menggunakan senjata Guan Dao. Pertarungan kedua dan selanjutnya terjadi pada tahun 1874-1908, Fan Xu Dong mewakili Perguruan Kungfu Yantai untuk menjawab tantangan dari Juara Nasional Gulat Rusia. Pertarungan kembali dimenangkan oleh Fan Xu Dong secara telak. Setelah kemenangan tersebut, Fan Xu Dong banyak bertarung dengan petarung2 Rusia namun tidak ada satupun yang dapat mengalahkannya hingga Dia pulang ke Tiongkok kembali.

11) Keluarga Chen Tai Chi: Chen Fake (1887–1957).

Chen Fa Ke adalah salah 1 (satu) generasi penerus ke-17 Tai Chi aliran marga Chen yang sangat terkenal pada masa hidupnya karena tidak ada satupun lawan yang dapat mengalahkannya dan Beliau mengalahkan seluruh lawan2nya tanpa mencederai mereka sedikitpun. Master Chen sendiri merupakan anak dari Chen Chang Xing, salah satu Tai Chi Master aliran Chen yang terkenal. Pertarungan Master Chen yang paling terkenal adalah Pertarungan Bebas Tanpa Aturan atau Leitai selama 17 hari di Beijing. Selama 17 hari tersebut, Chen Fa Ke mengalahkan seluruh lawan-lawannya hanya dengan ilmu Tai Chi aliran Chen. Banyak Ahli Bela Diri baik aliran keras maupun lembut serta berbagai aliran Bela Diri lain yang mengakui bahwa Chen Fa Ke adalah Pesilat Tak Terkalahkan pada zamannya. Chen Fa Ke dijuluki "Taiji Yi Ren" (The Best Tai Chi Master) dan "Quan Shen" (Martial Saint) oleh para praktisi bela diri dunia. Hingga kini, Tai Chi aliran Marga Chen berpusat di Desa Chen (Chen Jiagao) dan hampir seluruh penduduk desa tersebut adalah praktisi Tai Chi. Berdasarkan catatan sejarah, Tai Chi aliran Chen ini diperkenalkan pertama kali oleh Chen Wan Ting, pensiunan Jenderal Dinasti Ming. Pewaris Tai Chi marga Chen yang legendaris hingga saat ini adalah: Master Chen Bing, Master Chen Liqing, Master Chen Qingzhou, Master Chen Xiaowang, Master Chen Yu, Master Chen Zhaokui, Master Chen Zhenglei, Master Chen Zhonghua, Master Zhen Zhiqiang, Master Feng Zhiqiang, Master Ma Hong dll.

12) Keluarga Yang: Yang Luchan (Yang Fukui,Kuangping, 1799-1872).

Beliau adalah Pendiri Tai Chi aliran marga Yang dan pada masa mudanya mempelajari ilmu Tai Chi dari Master Chen Changshing, pewaris ilmu Tai Chi marga Chen ke 14. Pada masa hidupnya, Master Yang juga terkenal sebagai Pendekar Tai Chi level tertinggi dengan julukan "Yang Wu Di = Yang Tak Terkalahkan"/Yang The Invincible. Keturunan Master Yang dan penerusnya yang sangat terkenal hingga diseluruh dunia antara lain: Master Yang Jian Hao (1839–1917), Master Yang Shao Hao(1862–1930), Master Yang Cheng Fu (1883–1936), Master Yang Ban Hou (1837-1890) & Master Chen Man Ching (1902-1975). Ilmu Tai Chi Yang Lu Chan sendiri terkenal dengan sejumlah julukan, yakni Mien Quan (Cotton Fist) dan Hua Quan (Neutralising Fist).

13) Kuo Yunshen (Guo Yunshen/Yu Sheng,1829 - 1898).

Beliau terkenal sebagai Pendekar kosen baik dari ilmu silat maupun Nei Kung/Nei Gong yang sangat tinggi. Master Kuo adalah ahli Kungfu Hsing - I (Xing Yi). Kuo Yun Shen dijuluki Ban Bu Peng Kuo karena terkenal dengan penguasaan ilmu Peng Quan "Crushing Fist" yang sempurna, salah satu ilmu dari 5 (lima) Elemen Hsing I. Konon Ilmu Tapak Kapasnya mampu merontokkan tubuh lawan cukup hanya dengan menyentuhnya. Kuo Yun Shen pernah menepuk 10 batu bata dengan lembut dan semuanya hancur terburai. Master Kuo sendiri adalah murid terbaik dari Master Li Luoneng dan tidak pernah terkalahkan oleh siapapun pada zamannya. Hanya 1 (satu) orang yang dapat mengimbangi Master Kuo Yun Shen pada jamannya, yakni Master Tung Hai Chuan/Dong Hai Chuan dalam pertarungan sengit selama 3 hari 3 malam yang berakhir seri dan akhirnya mereka menjadi sahabat baik yang saling bertukar ilmu Kungfu.

14) Sun Lutang (Sun Fuquan, 1860-1933).

Beliau adalah Pencipta Tai Chi aliran Sun dan terkenal sebagai Ahli Hsing I dan Bagua/Pa Kua/Pat Kwa. Master Sun merupakan murid dari berbagai Ahli Kungfu seperti Biksu Shaolin Wu, Master Kuo Yun Shen, Master Li Kui Yuan, Master Cheng Ting Hua (Ahli Baguazhang), Master Hao Wei Chen (Ahli Wu Yu Xiang Tai Chi) dan lain-lain. Julukan Beliau adalah: "Pendekar Kepala Harimau" dan "Lebih Pintar daripada Monyet Aktif". Nama besar Sun Lutang menggema ke permukaan pada saat Dia menolak undangan para ahli bela diri Jepang untuk melatih di dojo mereka. Terhina oleh penolakan tersebut, para ahli bela diri Jepang tersebut menantang duel Master Sun Lutang di area terbuka dengan tujuan untuk mempermalukan Kungfu Tiongkok di muka umum. Tantangan tersebut dijawab dengan halus dan tegas, bahwa Beliau tidak mau mencederai siapapun dalam pertarungan bebas namun Master Sun mempersilahkan para ahli bela diri Jepang tersebut untuk menguji kekuatan Chi-nya dengan cara menunjuk 5 (lima) wakil terbaiknya untuk menahan sekuat-kuatnya 2 (dua)tangan & 2 (dua) kaki berikut badannya agar tidak dapat bergerak bebas dalam kondisi apapun. Dalam hitungan detik, kelima ahli bela diri tersebut terlempar jauh seperti daun kering tak berdaya. Peristiwa tersebut membuka lebar mata ahli-ahli bela diri Jepang dan tak lama kemudian Dojo tersebut tutup karena menanggung rasa malu. Seluruh ahli bela diri dan orang2 yang hadir pada saat itu sangat kagum dengan Master Sun Lutang. Sepanjang hidup Master Sun Lutang, Beliau sering menerima tantangan dari berbagai ahli bela diri baik Kungfu, Jepang maupun Barat namun tidak ada 1 (satu) pun yang dapat mengalahkan Dia dan uniknya tidak ada 1 (satu) pun penantang yang menderita cedera ataupun tewas ditangan Master Sun.

15) Tung Haichuan (Dong Haichuan, 13 Oktober 1797 or 1813 — 25 Oktober 1882).

Beliau adalah pencipta ilmu Baguazhang dan terkenal tidak terkalahkan pada zamannya. Salah 1 (satu) satu pertarungan terkenalnya adalah pertarungan 3 hari 3 malam dengan Master Kuo Yun Shen yang berakhir seri. Selain ahli Baguazhang, Master Tung juga ahli dalam ilmu Bafanshan, Hongquan, Xingmengquan, Jinggangquan, Erlangquan dan Lohanquan. Tung Hai Chuan sendiri dikenal memiliki Ilmu Khusus lainnya yang dinamakan "Langkah Awan/Awan Berarak" sejenis Ilmu Meringankan Tubuh/Qing Qong yang luar biasa yang dapat dimainkan bersamaan dengan ilmu Baguazhang.

16) Zhang Zhaodong (Zhang Zhankui, 1859-1940).

Beliau adalah ahli tenaga dalam Neikung/Nei Qong yang terkenal memenangkan seluruh pertarungan Leitai (Pertarungan Bebas Hidup Mati/Free Fight/No Rules) dengan petarung/praktisi dari berbagai ilmu bela diri Jepang dan petinju atau orang-orang kuat Jerman yang pada masa tersebut berupaya menjatuhkan moral bangsa Tiongkok. Beliau termasuk salah 1 (satu) dari 8 (delapan) murid terkenal Master Tung Hai Chuan/Dong Hai Chuan, pencipta ilmu Baguazhang.

17) Yip Man (Ip Man; Foshan, Namhoi 1898-1972).

Beliau merupakan salah satu ahli Kungfu Wing Chun ternama dan terkenal sebagai Pesilat yang tak terkalahkan namun sangat "low profile". Dia merupakan murid langsung dari Master Chan Wah Sun, Master Ng Chung Sok & Master Leung Bik (anak kandung dari Master Leung Jan). Selama di Foshan, Tiongkok, Dia mempunyai beberapa murid yang terkenal antara lain: Lok Yiu, Chow Kwong Yue,Kwok Fu, Lun Kai,Chan Chi Sun dan Lui Ying. Pada saat di Hongkong, sejumlah murid Dia yang terkenal adalah Leung Sheung, Lok Yiu, Chu Song Tin, Wong Shun Leung, Lo Man Kam dan Li Siau Lung/Li Jun Fan/(Bruce Lee).
Yip Man merupakan anak dari sebuah keluarga pedagang yang kaya dan sangat dermawan. Asal muasal ketertarikan Yip Man belajar Kungfu dikarenakan Keluarga Yip Man mengijinkan seorang Master Kungfu yang telah berumur yakni Master Chan Wah Shun untuk melestarikan Kungfu dengan cara mengajar sekelompok murid di lingkungan kuil keluarga. Master Chan memiliki reputasi sebagai Ahli Kungfu yang baik hati karena sering membela kepentingan rakyat kecil yang tertindas oleh gerombolan perampok, penjahat atau pejabat yang semena-mena. Yip Man yang saat itu berumur 9 tahun sering mengamati latihan Master Chan dan murid-muridnya. Dia sempat memohon agar diterima menjadi murid Master Chan, tetapi Master Chan yang pada saat itu berumur 60 tahun lebih sudah tidak ingin menerima murid lagi. Namun Yip Man muda adalah seorang yang sangat keras keinginan dan pantang menyerah, walaupun ditolak berkali-kali, Yip Man tetap pantang menyerah. Untuk menguji keinginan dan kesungguhan Yip Man, Master Chan menyatakan akan menerimanya sebagai murid jika dia mampu membayar uang latihan sebesar tiga tael perak. Keesokan harinya, Yip Man justru datang dengan membawa seluruh tabungannya yang berjumlah 300 keping perak! Master Chan melihat bahwa Yip Man memiliki keinginan dan kesungguhan yang sangat kuat untuk belajar Kungfu Wing Chun. Setelah berdiskusi bersama dengan orang tuanya Yip Man, akhirnya Master Chan menerima Yip Man sebagai murid terakhirnya. Yip Man belajar Kungfu Wing Chun dengan Master Chan selama empat tahun atau hingga Master Chan meninggal dunia. Untuk lebih memperdalam ilmu Kungfunya, Yip Man kemudian belajar selama 2.5 tahun dengan senior yang lain, yakni Master Ng Chun. Ketika Yip Man berumur 16 tahun, orangtuanya mengirimnya ke Hong Kong untuk bersekolah di St Stephen's College. Dengan cepat popularitas Yip Man berkembang pesat di St Stephen's College karena Dia sering melayani dan memenangkan pertarungan terbuka baik dengan para seniornya ataupun praktisi aliran bela diri lain yang rata-rata berbasis Kungfu, Tinju dan Karate. Pada saat itu, Kungfu Wing Chun mulai populer sebagai aliran Kungfu baru yang handal di luar aliran-aliran yang telah ada.
Yip Man muda sangat menyukai pertarungan hingga pada suatu saat Dia memperoleh informasi bahwa di pabrik sutera salah seorang temannya, terdapat seorang Ahli Kungfu yang luar biasa namun telah berumur 50 tahun. Ahli Kungfu tersebut tinggal di perahu nelayan yang bersandar dekat pelabuhan Hongkong. Yip Man kemudian menemui sang Master dan meminta petunjuk dari sang Ahli Kungfu. Namun sang Ahli Kungfu tersebut justru meminta Yip Man untuk mendemonstrasikan Kungfu Wing Chun-nya. Setelah melihat beberapa jurus Yip Man, sang Ahli Kungfu tersebut justru meledek bahwa ilmu Kungfu Wing Chin Yip Man sebenarnya masih jauh dibawah standar Ahli Kungfu Wing Chun! Merasa bahwa kemampuannya direndahkan, Yip Man menantang sang Ahli tersebut untuk bertarung. Dalam satu-dua gerakan, Yip Man justru terlempar ke perairan! Setelah berkali-kali mencoba menyerang dengan berbagai jurus rahasia yang dipelajarinya selama ini, akhirnya Yip Man menyadari bahwa Ahli Kungfu yang ditemuinya ini adalah Ahli Kungfu tingkat tinggi karena seluruh serangan Yip Man tidak dapat mengenai sasaran! Akhirnya Yip Man pun menyerah dan menyatakan keinginannya untuk belajar dari sang Ahli Kungfu tersebut. Tertarik dengan bakat dan kemampuan Yip Man, Ahli Kungfu tersebut menerima Yip Man sebagai muridnya. Belakangan Yip Man baru tahu bahwa Ahli Kungfu tersebut ternyata adalah Master Leung Bik yang masih satu "lineage/akar" dengan ilmu Kungfu Master Chan Wah Sun. Master Leung Bik sendiri merupakan Ahli Kungfu dari berbagai aliran namun lebih memfokuskan diri pada aliran Kungfu Wing Chun. Namun selama ini, tidak ada orang/ahli Kungfu lainnya yang tahu bahwa Master Leung Bik sebenarnya adalah Ahli Kungfu Wing Chun hingga kedatangan Yip Man!
Kungfu Wing Chun Master Leung Bik dan Master Chan Wah Sun sebenarnya berasal dari akar yang sama, yakni Shaolin Wing Chun Ng Mui namun Master Leung Bik melakukan sejumlah perubahan sesuai dengan pengalaman bertarungnya selama ini sehingga terdapat perbedaan pola dan jurus yang antara Kungfu Wing Chin Tradisional dengan Kungfu Wing Chun miliknya. Setelah belajar selama 2.5 tahun, Master Leung Bik telah mewarisi seluruh ilmunya kepada Yip Man dan meminta Yip Man untuk menyebarluaskan Kungfu Wing Chun kepada khalayak ramai. Seiring dengan selesainya masa studi Dia, Yip Man kembali ke Foshan dan bercita-cita untuk melaksanakan mandat gurunya. Yip Man mengajarkan seluruh kemampuannya kepada rekan-rekan seperguruan namun keinginan tersebut sempat menemui ganjalan karena salah seorang seniornya tetap ingin mempertahankan tradisional Wing Chun sehingga sempat terjadi pertarungan antara Yip Man dengan seniornya. Namun pada akhirnya sang senior dapat menerima bahwa ilmu Kungfu yang baik adalah ilmu Kungfu yang dapat beradaptasi dan berubah sesuai dengan perkembangan yang ada. Selama di Foshan terjadi banyak peristiwa yang mengubah jalan hidup Master Yip Man, mulai dari masuknya penjajahan Jepang hingga sejumlah pertarungannya dengan ahli-ahli bela diri Jepang yang menindas rakyat kecil. Yip Man sering menjawab tantangan para ahli bela diri Jepang yang berupaya merontokkan mental rakyat Tionghoa dengan mengadakan sejumlah turnamen bela diri. Kemenangan demi kemenangan diraih dengan mudah dan cepat dalam setiap pertarungan hingga akhirnya Yip Man harus dilarikan dari Foshan ke Hongkong kembali karena menjadi target pembunuhan.
Pada awal mulanya di Hong Kong, Yip Man bekerja di restoran dan sehari-harinya mengajar Kungfu Wing Chun kepada Wong Sheung Leung, salah seorang praktisi Kungfu Pak Mei/White EyeBrow dan sekaligus murid pertama Yip Man. Kehidupan di Hongkong yang keras sering menyebabkan Yip Man menerima banyak tantangan baik dari aliran Kungfu maupun bela diri lainnya. Pada umumnya, Yip Man menolak secara halus tantangan tersebut namun pada akhirnya pertarungan tetap tak terhindarkan. Yip Man tidak pernah mengalami kekalahan sekalipun atau melukai lawan-lawannya dalam setiap pertarungan dan pada umumnya setelah pertarungan selesai, para lawan-lawannya justru sangat segan terhadap Yip Man karena sikap Yip Man yang rendah hati dan ksatria. Setelah mengajar ilmu Kungfu Wing Chun selama 20 tahun di Hongkong, Master Yip Man meninggal dunia.

18) Bruce Lee (Lee Jun Fan/Lee Siau Lung, 27 November 1940 – 20 July 1973).

Beliau adalah praktisi Kungfu Wing Chun dan sekaligus pendiri aliran bela diri baru: Jeet Kune Do (The Way of Intercepting Fist). Bruce Lee adalah aktor sekaligus seniman bela diri yang memulai perjalanan di bidang bela dirinya dari hobi berkelahi di jalanan, termasuk dengan anggota-anggota geng mafia. Pada masa hidupnya, dia terkenal dengan sejumlah pertarungan nyata dengan berbagai praktisi bela diri baik pada waktu shooting film maupun pada hari-hari yang telah ditentukan. Berikut adalah daftar pertarungan Bruce Lee yang tercatat sepanjang hidupnya:
a) Pada tahun 1958, Bruce Lee mengalahkan Juara Tinju Boxer Inggris tiga kali, Gary Elms, di ronde ketiga dengan KO dalam kejuaran Hongkong Inter School Amateur Boxing Championship.
b) Sebelum berhadapan dengan Gary Elms, Bruce Lee mengalahkan Shen Yuen, Lieh Lo, dan Yang Huang; semuanya di ronde pertama dengan KO.
c) Bruce Lee mengalahkan Pu Chung, Ahli Kungfu Choy Li Fut dengan KO di ronde pertama dalam pertarungan Full Body Contact. Sponsor pertarungan tersebut adalah Wong Sheung Leung.
d) Dari tahun 1959 hingga 1960, Bruce Lee terlibat banyak pertarungan di jalan dan rata-rata korbannya KO atau cacat, sehingga pihak kepolisian menjadi sibuk akibat kesukaannya tersebut.
e) Pada tahun 1962, Bruce Lee mengalahkan Uechi, juara Karate Dunia Sabuk Hitam, dengan KO dalam waktu 11 detik, di Seattle. Taki Kimura, salah seorang murid utama sekaligus sahabat Bruce Lee, justru menghitung KO tersebut dalam waktu 10 detik.
f) Pada saat shooting film The Big Boss di Thailand, Bruce Lee menjawab tantangan para Muay Thai dengan meng-KO wakil mereka hanya dalam hitungan detik.
g) Pada saat shooting film Enter the Dragon, Bruce Lee juga menjawab tantangan seorang karateka Sabuk Hitam dengan meng-KOnya dalam hitungan detik.
h) Dalam beberapa kesempatan, Bruce menjawab tantangan dari berbagai ahli bela diri baik dengan menggunakan tangan kosong maupun senjata, tetapi semua lawannya rata-rata mengalami nasib KO atau tidak dapat melanjutkan pertarungan. Pada umumnya pertarungan tersebut disaksikan banyak orang atau ahli-ahli bela diri lainnya.
i) Pertarungan yang terlama dan cukup menguras energi Bruce Lee adalah pada saat dia berhadapan dengan Wong Jack Man, ahli Xing Yi, Kungfu Shaolin Selatan dan Tai Chi. Konon Wong Jack Man sendiri adalah petarung Kungfu dari Chin Woo School. Pertarungan selesai dalam waktu 20-25 menit dengan kemenangan Bruce Lee. Pada kesempatan lain, Wong Jack Man mengajukan tantangan kembali namun Bruce Lee tidak pernah menanggapinya. Belajar dari pertarungan-pertarungan tersebut, Bruce mengintegrasikan seluruh kemampuan dan ilmu bela dirinya dan akhirnya menciptakan aliran bela diri baru, yakni Jeet Kune Do.

Akhirnya seiring dengan semakin pesatnya kemajuan dan keterbukaan negara Tiongkok, berbagai jenis dan aliran ilmu bela diri Kungfu berangsur-angsur digabung dan distandarisasi menjadi suatu bentuk olahraga yang dapat dipertandingkan secara internasional, yang saat ini dikenal sebagai Wushu atau "Seni Tempur".

19) Ma Xianda (Xian, 1923-2013) Beliau termasuk salah 1 (satu) Pendekar Kungfu pemegang “Duan 9”. (“9th Duan” adalah level tertinggi dalam sistem ranking Ilmu Bela Diri Tiongkok. Level tersebut identik dengan peringkat “Dan” dalam ilmu bela diri Korea dan Jepang). Para Pendekar ternama pemegang level Duan 9 pertama kali adalah Master Cai Longyun (The Big Dragon with The Magic Fist, 1928-2015), Master He Fusan, Master Zhang Wenquang (1915-2010) dan Master Ma Xianda (Fist of The Bodyguard, 1923-2013). Diantara keempat Master tersebut, Master Ma adalah pemegang Duan 9 termuda sepanjang sejarah Kungfu modern.

Ma Xianda lahir dari keluarga suku Hui yang mayoritasnya adalah Muslim dan termasuk kategori keluarga ahli-ahli bela diri sejak 6 (enam) generasi. Ma muda belajar ilmu bela diri dari ayahnya, Ma Fengtu, dan pamannya, Ma Yintu yang juga tercatat sebagai pakar ilmu bela diri. Ma Fengtu sendiri adalah Jenderal besar di bawah Panglima Perang terkenal Feng Yuxiang (1882-1948). Ma Yintu sendiri juga adalah murid dari Master Zhang Wenguang, pemegang Duan level 9. Master Ma muda mempelajari berbagai ilmu Wushu tradisional, seperti Tongbei Pigua, Kaimen Baji, Ba Shan Fen dan Cuo Jiao bahkan Dia juga sempat mempelajari tinju dan gulat. Master Ma sendiri adalah salah 1 (satu) Master ilmu bela diri Tiongkok pertama yang belajar olahraga bela diri Barat.

Master Ma sangat populer di kalangan para praktisi bela diri barat, khususnya Amerika terutama bagi mereka yang pernah menyaksikan sendiri laga pertarungannya dengan sejumlah ahli bela diri lokal maupun asing di arena “Leitai” (pertarungan bebas tanpa ada aturan ala dunia persilatan di panggung terbuka). Selain itu, legacy Master Ma juga mengakar pada murid2nya, di mana lebih dari 20 orang murid Master Ma telah memperoleh gelar “Wu Yin” atau “Pahlawan/Pendekar Bela Diri”. Gelar ini dianugerahkan kepada atlet bela diri yang berulang kali menempati posisi 3 (tiga) teratas dalam kompetisi bela diri Nasional. Kedua anak Master Ma, yakni Ma Yue dan Ma Lun juga juara Nasional bela diri dan tercatat sebagai Master tingkat tinggi juga. Salah seorang murid Master Ma yang sangat terkenal adalah Master Zhao Changjun (Xian, Kaifeng-Henan; 1960 sd sekarang). Beliau adalah juara Wushu Nasional dan Dunia sekaligus sejak tahun 1978 sd 1987. Sepanjang umurnya, Master Zhao telah mengoleksi lebih dari 54 medali emas kejuaran dan mendapat julukan “Jenderal Tak Terkalahkan”. Hingga kini, Beliau juga tercatat sebagai pemegang level Duan 6. Artis bela diri terkenal lainnya, Jet Li/(Li Lian Jie) adalah pesaing terdekat Master Zhao Changjun pada era tahun 1970-an dan Jet Li muda juga tercatat sebagai salah seorang murid langsung dari Master Ma khususnya dalam hal ilmu bela diri Fanzi Quan.

Master Ma Xianda meraih sukses pertama pada tahun 1952, pada saat mengikuti kejuaraan seni bela Leitai pertama yang diadakan oleh Pemerintah RRC sejak berdiri tahun 1949. Kejuaraan tersebut bersifat eliminasi langsung, tidak ada peraturan dan siapapun yang sanggup mengalahkan lawan2nya dan berdiri hingga selesai kejuaraan dianggap sebagai pemenang. Dalam pertarungan puncak, Master Ma mengalahkan Master bela diri Tongbei yaitu Master Deng Hongzhao dan Master bela diri Cuo Jiao, Master Li Xuewen. Selain itu, Master Ma juga mengikuti pertandingan pertarungan senjata pendek (pisau/pedang) dan sejumlah pertarungan Kungfu lainnya pada saat yang hampir bersamaan. Seluruh pertandingan tersebut dimenangkan secara gemilang pada saat usianya baru mencapai 19 tahun. Tahun berikutnya, Master Ma kembali memenangkan kejuaraan senjata pendek di Huabei. Pada tahun 1995, Master Ma tercatat resmi sebagai 10 Besar Profesor Seni Bela Diri di Tiongkok.

Master Ma mendedikasikan hidupnya untuk ilmu seni bela diri. Setelah lulus dari perguruan tinggi Hebei Teachers, Dia mengajar wushu, tinju dan berbagai jenis ilmu bela diri Wushu lainnya di Xian Physical Education selama 30 tahun. Pada tahun 1998, Master Ma memperoleh pengakuan dan penghargaan Nasional sebagai Pemegang Duan ke Sembilan dan terkenal sebagai “National Treasure of Wushu”.

Sanda/Sanshou sunting

Sanda atau Sanshou (Mandarin: 散手; pinyin: sǎnshǒu; "tangan bebas") adalah seni beladiri yang berakar dari Kungfu. Sanshou dikembangkan oleh angkatan bersenjata Tiongkok sebagai standard kurikulum beladiri di akademi militer. Sanshou menggabungkan teknik-teknik kungfu, gulat, dan tinju dalam penggunaannya.

Pranala luar sunting